Untitled - When I Love You

By Liliumputih

3K 253 28

Anggun seorang gadis biasa yang bekerja sebagai Dosen di Universitas terkemuka di Indonesia. Di umurnya yang... More

Prolog
1. Pertemuan Kembali
Pengenalan Tokoh
2. Kampus
3. Maafkan Aku
4. Pengakuan Tak Terduga
5. Semua Baru Dimulai
7. Finding
8. The Past
9. Our Problem
10. When
12. You
13. Mistery
14. Dulu
15. Now
16. His EX-Girlfriend

6. Awalnya

159 18 0
By Liliumputih

Aku memberengut kesal saat mendapati Arief berada di depan kosku padahal aku sengaja berangkat pagi untuk menghindarinya. Sepertinya aku harus menyusun rencana, mungkin pindah tempat kos adalah pilihan yang patut dipertimbangkan. Aku tersenyum sendiri memikirkan rencana konyolku.

"Aku ngganteng ya, makannya kamu senyam-senyum sendiri."

Astaga kepedean banget ini orang.

"Nggak, lagian kamu kenapa kesini?"

Aku merutuk dalam hati, kenapa aku bertanya pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.

"Kan aku sudah bilang, kalau aku akan mengantar jemputmu ke kampus, oh tidak maksudku kemanapun kamu pergi aku harus selalu bersamamu."

"Terserah kau saja." Percuma aku melawannya, nanti lama-lama dia akan bosan sendiri.

"Kamu belum sarapan kan?" Tanyanya saat aku sudah duduk di mobil.

"Aku nggak suka sarapan." Balasku ketus, ada rasa kecewa menyusup dalam hatiku karena Arief sudah melupakan kebiasaanku.

"Tenang aja, aku masih ingat kok kamu nggak bisa sarapan pagi hari, jadinya aku bawain kamu roti, dimakan ya nanti." Ucapnya saat menyadari wajah muramku lalu menyerahkan kotak bekal kepadaku.

Aku terkekeh kecil melihat kotak bekal itu.

"Kamu buat sendiri?" Tanyaku penasaran.

"Siapa lagi, khusus buat calon istriku." Jawab dia bangga.

"Apaan sih?"
Sial sepertinya aku salah tingkah sekarang.

"Oh ya nanti kamu pulang jam berapa?" Tanya dia sambil fokus ke kemudinya.

"Sore jam 5." Terpaksa aku menjawabnya, toh dia pasti akan nekat mencari tahu semisal aku tidak menjawab.

"Oke, nanti tunggu aku ya."

"Nggak usah, aku ada janji." Tolakku halus.

"Dengan siapa?"

"Bukan urusanmu." Balasku singkat.

"Tentu saja urusanku, karena kamu calon istriku."

Aku mendengus kecil selalu saja kata itu yang terlontar dari bibirnya, seolah kata itu sudah biasa di ucapkan.

"Terserah kau saja, tapi jangan salahkan aku kalau aku akan tetap pergi."

Dia diam tidak membalas perkataanku, aku heran tidak biasanya dia mengalah. Tapi aku dapat melihat tangannya mengepal erat dan otot rahangnya mengeras. Bisa kusimpulkan kalau dia sedang marah. Dasar Tuan Arogan, keluhku dalam hati.

Sampai di kampus dia tetap berada di dekatku lebih tepatnya berjalan bersamaku. Beberapa mahasiswa memandang kami dengan tatapan aneh, dan mahasiswi yang memandangku dengan tatapan iri.

"Sekarang kamu sarapan ya, aku tinggal dulu mau ketemu Ridwan."

Aku hanya mengangguk tanda mengerti ucapannya. Dia tiba-tiba mengecup keningku tanpa izin, mataku memelotot kaget. Sebelum aku mengeluarkan makianku, dia sudah berlalu pergi dengan tampang tanpa dosanya.

"Ehemm, aku ketinggalan berita nih."

Suara Lidya mengangetkanku.

"Maksudnya?"

Dia tetap mempertahankan raut wajah mengejeknya.

"Kau dan Pak Arief tentunya, jadi aku akan dapat undangan sebentar lagi."

"Ngaco kamu Lid, aku sama dia nggak ada hubungan apa-apa." Balasku.

"Nggak ada hubungan apa-apa tapi cium kening segala, aku sampai kaget tadi, ahh harusnya tadi aku foto terus aku sebarkan ke grup dosen, sayangnya aku terlalu syok dan baru ada aku di ruangan ini."

"Dia aja yang main nyosor duluan, huhhh." Keluhku kesal.

"Tapi pipimu merah gitu, ciyeeee akhirnya Anggun menemukan pelabuhannya."

"Kamu kira aku pelaut?"

"Iya dan dia dermaganya, so sweet."
Ucap dia sambil tertawa terbahak-bahak.

"Eh kamu tahu nggak, pas kemarin kamu pingsan, mukanya panik banget bahkan dia nggak mengizinkan siapa pun untuk menolong kamu, langsung sigap menggendong kamu."

Aku mengerutkan keningku tanda tak percaya, mungkinkah dia sepanik itu

"Kamu nggak cek grup WhatsApp, padahal kemarin heboh banget lho."

Aku nyengir kuda menanggapi ucapannya, gimana mau check grup Whatssapp kalau kemarin aku pingsan lama dan malamnya aku langsung tidur.

"Huuu dasar, pokoknya kamu hutang cerita padaku."

"Hemm." Jawabku malas.

"Sudah ah, aku mau ngajar dulu, bye Mrs. Arief." Ucapnya lalu berlalu pergi. Aku memberengut kecil mendengar sapaan barunya kepadaku.

Seandainya ucapannya benar, mungkin aku akan. Ah sudahlah untuk apa aku berpikiran seperti itu. Daripada aku larut dalam pikiranku lebih baik aku memeriksa laporan yang dibuat mahasiswaku saat praktik tempo hari. Ya Tuhan, banyak sekali pekerjaan yang harus aku periksa, tenggelamkan saja aku ke Laut Pasifik.

Suara pesan masuk menghentikan pekerjaanku.

Zam
Nanti jadi kan?

Anggun
Iya jadi pokoknya aku tunggu
traktirannya, 😂

Zam
Siap, tenang aja, hehe, 😉

Aku terkekeh kecil melihat balasannya, tiba-tiba aku teringat dengan ucapan Arief yang akan menjemputku sepulang mengajar, aku tidak mau mencari keributan dengannya apabila aku nekat menemui Zam. Apa sekarang saja aku menemuinya, lagi pula aku sebenarnya sebelum jam 12 aku free. Segera kuketikkan pesanku padanya.

Anggun
Zam, Gimana kalau ketemunya sekarang aja, aku lagi free nih😊

Zam
Kebetulan Enggak, oke deh, perlu aku jemput nggak?

Anggun
Nggak usah, langsung ke tempatnya saja.

Zam
Baiklah jika kamu yang meminta, akan hamba laksanakan, 😉

Aku tergelak membaca balasan chatnya. Segera kurapikan mejaku, dan bergegas menuju tempat pertmuanku dengan Zam. Sebenarnya dia mau bertandang ke rumahku, tapi karena aku masih di Jogja, jadilah di menemuiku disini.

Zam Ardiansyah adalah sahabatku, kami pertama kali bertemu saat aku kuliah di Jepang, awalnya aku memang tidak terlalu dekat dengan dia. Yahh hanya sebatas kenal saja karena kami sama-sama pelajar dari Indonesia. Tapi dari situlah kami mulai akrab, berawal dari aku yang kesulitan mencari makanan halal, dia dengan sukarela mau membantuku, dan jadilah dia menjadi sahabatku disana, apalagi kalau aku kesulitan mengerjakan tugas, dialah yang akan siaga membantuku.

Akhirnya disinilah aku berbincang dengan Zamu. Dia masih sama dengan saat terakhir kali kami bertemu setahun yang lalu, kaca mata itu masih setia bertengger di wajahnya. Padahal modelnya menuruku sudah jadul sekali, tapi dia tetap kekeh mempertahankannya karena katanya itu adalah kacamata pilihan dariku.

Suara dering ponsel terus mengangguku tanpa henti, pasti itu Arief siapa lagi kalau bukan dia. Tak terhitung sudah berapa kali dia menelpon, dan aku tidak mengangkatnya. Lagipula ada urusan apa dia mencariku.

"Angkat saja, siapa tahu penting."

"Nggak ah palingan sales kredit, biasalah sering telpon nggak jelas." Balasku sambil mematikan ponselku.

"Hahaha." Dia hanya tertawa menanggapi ucapanku.

Kami melanjutkan perbincangan kami, tanpa terganggu dering ponselku lagi.

"Jadi kamu disini."

Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku, tanpa melihatpun aku tahu bahwa itu adalah dia.

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

****

Akhirnya Up lagi Untitled,😂😂😂

Setelah fokus sama Adiemas balik lagi dah ke lapak ini, hahahaha😊😊😊

Sepertinya aku harus tidur lagi, biar ide Untitled lancar jaya kaya jalan tol, wkwk😉😉😉

Selamat membaca, jangan lupa Vomment-nya.

Kritik dan Saran bersifat membantu, 👍

🌿🌺 3 Desember 2017🌺🌿

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 11.1K 18
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
560K 2.7K 17
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!
642K 28.2K 43
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
7.3M 355K 76
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...