[REVISI] I'm Falling You {Seh...

By kimitaee

183K 15.1K 570

[REVISI] Bagaimana jika Oh Sehun namja yang sedingin es bertemu dengan Han Jisoo yeoja yang cerewet dan manja... More

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9 (Jisoo POV)
10
11
12
13 (Sehun POV)
14
16
17
18
19
20 (Author POV)
21
22
23
24
25
26
27
28
Epilog (End)
Extra Part
Special Part
Announcement!

15

5K 459 9
By kimitaee

Kami sampai di percetakan buku.

Aku turun dari mobil bersama Jisoo dan berjalan memasuki tempat tersebut.

"Sillyehamnida." Ucap Jisoo.

"Ne, ada yang bisa saya bantu?" Ucap ahjusi karyawan disitu.

Jisoo menatapku.

"Apa?" Tanyaku.

"Bicaralah."

"Bicara apa?"

"Jika tidak ada saya akan melanjutkan pekerjaan." Ahjusi hendak pergi.

"Jamsimanyo ahjusi. Igeo, kami ingin membukukan proposal ini." Jisoo menyerahkan proposal kepada ahjusi.

"Ah, ne. Tunggulah sebentar, kalian bisa duduk dulu."

"Ah, ne. Kamsahamnida." Ucapku.

5 menit berlalu, ahjusi tadi menghampiri kami. Aku dan Jisoo berdiri menghadap ahjusi.

"Proposal ini mau diberi cover warna apa?" Tanya ahjusi.

"Biru."   "Pink."   Ucapku dan Jisoo bersamaan. Kami saling menatap.

"Jadi ini mau yang warna apa?"

"Kasih warna biru saja ahjusi." Ucapku. Mana ada proposal warna pink.

"Andwe ahjusi, warna pink saja." Ucap Jisoo.

"Ya! Proposal itu adanya warna biru atau hijau. Warna pink itu tidak ada." Ucapku

"Ya! Warna itu jelek bagusan juga warna pink." Jisoo tak mau kalah ia ingin proposal ini berwarna pink.

"Ya, ini proposal Mapala bukan proposal pengungkapan cinta."

"Aigoo. Kalian berdua manis sekali. Kalian sepasang kekasih yang sangat cocok. Jadi teringat masa pacaran." Kata ahjusi.

"Kami tidak pacaran!" Ucap kami bersama.

"Kamjjagiya." Ahjusi itu tersentak kaget.

Aku menghela nafas pasrah karena tak mau berdebat dengan Jisoo "Hah. Ya sudah."

"Jadi warna apa ini?" Tanya ahjusi.

"Pink."    "Biru."   Ucap kami bersamaan lagi.

"Ya! Tadi kau mau pink sekarang biru. Sebenarnya maumu apa!?" Tanyaku dengan geram.

"Ya! Tadi kau juga ingin biru kenapa sekarang berubah!?" Ucapnya tak mau kalah.

Aku terdiam.

"Aishh dasar anak muda jaman sekarang. Biar ahjusi saja yang pilih." Ucap ahjusi yang memberi pilihan.

"Tidak!!" Ucap kami serentak menatap ahjusi.

"Aish. Pilih warna saja bertengkar. Pacaran kok penuh dengan pertengkaran." Ahjusi ini bukannya mencari solusi malah mengatakan aku dan Jisoo pacaran.

"Kami tidak pacaran!!" Ucap kami lagi.

"Baiklah-baiklah kalian tidak pacaran. Sebaiknya warna biru saja, karena kebanyakan cover proposal itu warna biru."

"Tapi ahjusi-"

"Sudah berikan saja warna biru ahjusi jangan dengarkan dia. Dia memang sedikit gila." Ucapku penuh kemenangan. Ahjusi mengangguk mengerti.

"Mwo!!! Kau mengatakan aku apa?"

"Micheoso."

"Ya! Awas saja dikampus besok." Ucapnya mengerucutkan bibir mungilnya.

"Silahkan saja."

Ahjusi kembali membawa proposal yang sudah dibukukan.

"Igeo." Ucap ahjusi.

"Kau yang bayar." Ucap Jisoo padaku.

"Ya! Kau yang bayar bukankah kau yang membukukan!?"

"Ya! Kau kan ketua jadi ketualah yang bayar!"

Jisoo meninggalkanku memasuki mobil. Aish dasar yeoja, beginilah nasib para namja yang sedang bersama yeoja. Apa-apa harus namja yang mengeluarkan uang. Maka dari itu aku tidak pernah suka dengan yeoja.

Setelah aku membayar, aku kembali ke mobil membawa proposal. Aku duduk dikursi kemudi dan melihat Jisoo sedang memejamkan matanya. Apakah dia tidur??

"Ya! Jisoo-ya." Aku menggoyangkan badannya.

Jisoo tak meresponku.

"Jis-" belum sempat aku memanggilnya aku mendengar suara dengkuran halus dari Jisoo. Aku sedikit terkejut. Hah, ternyata benar dia tertidur. Aku tak tega membangunkannya jadi aku biarkan saja sepertinya dia lelah. Aku melajukan mobilku menuju rumah Jisoo.

****

Sampai di depan rumah, Jisoo belum juga bangun. Apa benar dia itu tertidur?? Aku takut kalau dia pingsan.

Tunggu. Apa?? Aku mengkhawatirkannya??. Astaga, aku menggelengkan kepalaku agar pikiran itu hilang. Aku mungkin sudah tidak waras jika terus-terusan bersama Jisoo.

"Jisoo." Aku membangunkannya pelan.

Tak ada respon.

"Jisoo-ya." Ucaku sedikit keras dan menggoyangkan pundaknya.

"Euung." Hanya erangan kecil dari Jisoo tapi tetap belum bangun.

Aku mulai geram dan terus menggoyangkan pundaknya agar cepat bangun.

"Jisoo bangun sudah sampai!"

"Diam!"

Plak

"Akh."

Astaga Jisoo menamparku. Dia benar-benar menamparku. Apa seperti ini membangunkan yeoja?. Aku memegang pipiku yang terkena tamparannya dan menatapnya dengan tajam.

Jisoo segera membuka matanya dan terkejut karena ia menamparku.

"OMO! Mian Sehun-ah. Apa sakit?"

"Tidak." Ucapku kesal.

"Hufftt syukurlah." Apa dia tidak peka?? Mana ada orang ditampar itu tak sakit? Ya jelas sakitlah.

"Ya!! Ini sakit bodoh!" Bentakku.

"Katanya tadi tidak sakit."

"Pertanyaanmu itu tak perlu kujawab."

Bocah ini benar-benar polos apa agak oon sih? Pertama dia sudah membuat luka di wajah tampanku ini dan yang kedua dia menamparku.

"Kan aku sudah minta maaf." Jisoo menundukkan kepalanya.

Dan dia meneteskan air mata. Dia menangis.

"Ya! Kenapa kau menangis, eoh?" Tanyaku begitu mengetahui air mata Jisoo menetes. Apa aku terlalu kasar padanya? Apa karena aku membentaknya?.

"Mianhae Sehun-ah hikss. Aku sungguh tak sengaja. Itu tadi hanya reflek hikss." Dia meminta maaf padaku lagi.

Astaga kenapa harus menangis. Aku paling tidak suka jika orang menangis dihadapanku. Aku masih terdiam.

"Mian Sehun-ah." Jisoo meminta maaf lagi.

"Aish arraseo. Sekarang diamlah aku tidak suka orang menangis." Aku memaafkannya. Sebenarnya aku tipe orang yang cuek. Jadi kejadian yang sudah terjadi akan aku lupakan.

"Aku akan diam jika kau memaafkanku hikss." Jisoo masih sesenggukkan dan masih menundukkan wajahnya.

"Aku sudah memaafkanmu. Lupakan kejadian tadi."

Jisoo mendongak dan menatapku. Matanya sembab dan wajahnya memerah akibat menangis. Aku jadi tak tega dengannya jika seperti ini. Melihatnya pun aku tak sanggup.

"Benarkan? Sudah." Ucapnya.

"Iya sudah." Ucapku

"Kau tak mau turun? Ini sudah di depan rumahmu."

"Ah iya. Gomawoyo." Jisoo tersenyum padaku.

Aku sempat terdiam beberapa saat memandangi senyumnya ternyata yeoja sepertinya bisa tersenyum.

"N-ne." Aku juga tersenyum padanya.

Ia segera turun dari mobilku dan menuju gerbang rumah. Sebelum memasuki gerbang Jisoo berbalik dan menghampiriku.

"Oh ya. Apa proposalnya sudah kau bawa?" Tanyanya.

Aku sedikit bingung dengannya. Apakah dia lupa aku yang membawanya? Oh iya Jisoo tadi tertidur dimobil setelah kami berdebat soal warna cover proposal.

"Eumm ya sudah ku bawa."

"Aah baiklah. Soalnya aku lupa. Hehe." Kekehnya.

Aku baru tahu jika Jisoo bisa terkekeh seperti itu. Biasanya jika aku bertemu dengannya aku dan Jisoo selalu sinis satu sama lain.

"Hmm. Aku pulang ya." Ucapku tersenyum.

"Ne. Hati-hati."

Aku mengangguk dan melajukan mobilku pulang ke rumah.

****

Aku memarkirkan mobilku di teras rumah. Sebelum turun dari mobil aku melihat sebuah dompet di kursi penumpang.

"Dompet siapa ini? Apakah ini dompet Jisoo?" Aku mengambilnya dan membolak balikkan dompet itu.

Aku membukanya. Aku tahu ini dompet seseorang tapi jika aku tak membukanya aku tak akan tahu pemilik dompet ini. Aku menemukan sebuah foto anak kecil dan identitas pemilik dompet ini. Aku membaca identitas itu. Ternyata benar dompet ini milik Jisoo. Berarti anak kecil di dalam foto ini Jisoo??

Aku terkekeh melihat foto berwarna hitam putih yang masih menggunakan kamera jaman dulu. Ternyata dia dulu sungguh lucu dan sedikit chubby.

Aku memasukkannya lagi dan turun dari mobil memasuki rumah.

"Sehun. Sudah selesai proposalnya?" Ucap eomma setelah aku memasuki rumah.

"Ne, eomma. Aku langsung ke kamar eomma." Ucapku.

Eomma menatapku heran.

"Wae? Kau tak makan dulu?"

"Aniyo eomma aku harus mengantar dompet Jisoo yang tertinggal di mobilku."

"Aa geureyo. Tapi pulang dari rumah Jisoo kau harus sudah makan. Arra?"
"Ne eomma, aku nanti akan mampir ke cafe dan makan disana."

Eomma mengangguk mengerti.
Aku melangkahkan kakiku menuju kamar.

"Hah~" aku menghela nafas lelah dan duduk di ranjang.

Aku hanya terdiam tak tau apa yang ku pikirkan sekarang. Aku melihat dompet Jisoo yang masih kupegang lalu meletakkannya di atas nakas sejajar dengan proposal. Sebaiknya aku mandi dan cepat-cepat ke rumah Jisoo.

Setelah selesai mandi aku bergegas turun dari kamar tak lupa membawa dompet Jisoo. Aku mengenakan mantel dan jaket tebal. Kata eomma malam ini akan sangat dingin. Jadi aku mengenakannya agar hipotermiaku tak kambuh.

"Eomma aku pergi." Aku meneliti seluruh ruangan. Tapi tak menemukan eomma.

"Kau mau kemana Sehun?"

Aku membalikkan badanku.

"Eoh? Appa. Aku akan ke rumah Jisoo mengembalikan dompetnya tadi tertinggal di mobil." Jelasku.

Appa berjalan menghampiriku.

"Eoh. Jisoo yang eomma mu ceritakan itu?" Tanya appa

"Mwo. Memangnya eomma cerita apa?"

"Ah tidak. Eomma mu hanya memujinya." Appa tersenyum lebar.

"Apa appa tak kerja?" Aku menatapnya heran. Biasanya malam jam segini appa masih sibuk-sibuknya di kantor.

"Tidak, appa sedang meliburkan karyawan. Hanya satu hari saja karena tadi pagi appa ke luar kota."

"Oohh. Eomma kemana appa?" Tanyaku.

"Mungkin sedang ke market."

Aku mengangguk mengerti.

"Kalau begitu aku pergi dulu appa." Pamitku pada appa.

"Ne, hati-hati jalanan licin." Ucap appa.

"Ne, appa."

Aku berjalan keluar rumah memasuki mobilku dan melaju ke rumah Jisoo.

****

Setelah beberapa menit mengemudi aku sampai di rumah Jisoo.

Tok tok tok

"Ne! Sebentar!" Itu suara eomma Jisoo.

Eomma membuka pintu dan sedikit terkejut melihatku yang datang ke rumahnya.

"Eoh, Sehun. Ayo masuk dulu." Ucap eomma Jisoo menyambut kedatanganku.

"Ne eomeonim." Ucapku.

Aku memasuki rumah Jisoo dan berjalan di belakang eomma Jisoo. Eomma Jisoo berbalik.

"Apa kau mencari Jisoo?"

"Eoh, ne eomeonim. Saya mau mengembalikkan dompet Jisoo yang tertinggal di mobil." Ungkapku.

"Ah Sehun, bukankah besok juga bisa."

"Saya besok ada urusan lain dan takutnya malah lupa."

"Hm baiklah. Apa kau sudah makan? Kami sedang makan malam. Sebaiknya kau ikut makan malam bersama kami."

Belum sempat kujawab eomma Jisoo langsung menarik tanganku agar mengikutinya menuju meja makan.

"Kita kedatangan tamu.." ucap eomma Jisoo meriah.

"Eoh, Sehun ayo kesini kita makan malam bersama." Appa Jisoo menyambutku.

"Wahh Sehun ada apa sampai datang kemari??" Ucap Jisung hyung sambil menaik-naikkan alisnya. Aku tak tau itu artinya apa.

"Ah aku ada perlu dengan Jisoo hyung." Ucapku mengatakan tujuanku kesini.

Sedangkan Jisoo menatapku terkejut dan membulatkan matanya. Aku hanya menatapnya dingin.

Aku duduk berhadapan dengan Jisoo.

"Urusannya nanti saja sekarang kita makan dulu." Ucap eomeonim.

"Sehun mau makan apa?" Tanya eomeonim.

"Apa saja eomeonim." Ucapku.

"Baiklah. Kau harus coba sup rumput laut buatan eomeonim. Ini makanan kesukaan Jisoo." Eomeonim mengambilkan sup rumput laut untukku.

"Kamsahamnida eomeonim." Ucapku tak lupa senyumku merekah.

Eomeonim hanya mengangguk dan membalas senyumku.

Aku memakan sup rumput laut buatan eomeonim. Dan ini benar-benar enak. Wow aku tak menyangka jika sup rumput laut seenak ini.

"Bagaimana Sehun?" Tanya appa Jisoo.

"Ini sangat enak ahjusi."

"Ah panggil saja appa. Jika mau nambah ambil saja anggap rumah sendiri."

"Eoh, ne appa." Aku melanjutkan makanku.

"Ya! Sehun-ah ada apa kau kesini?" Tanya Jisoo padaku.

"Aku mau mengembalikkan dompetmu." Aku mengambil dompet Jisoo di kantong saku jaket dan memberikannya.

"Eoh, benarkah? Aku tak tahu. Apa kau melihat isinya??" Tanya Jisoo dan wajahnya sedikit panik.

Kami menjadi pusat perhatian eomeonim, appa, dan Jisung hyung. Aku mengangguk menjawab pertanyaan Jisoo.

"Ya! Kenapa kau melihatnya, eoh!?" Jisoo menaikkan volume suaranya.

"Ya! Ada apa Jisoo? Apa yang dilihat Sehun?" Ucap appa.

"Appa disini ada foto masa kecilku pasti Sehun sudah melihatnya." Rengeknya pada appanya.

Ya aku memang melihat foto masa kecilnya tapi apa yang salah??

"Astaga Jisoo itu hanya foto. Jangan seperti anak kecil." Eomma Jisoo menggelengkan kepala melihat kelakuan Jisoo.

"Apa kau sudah melihat fotonya??" Tanya Jisung hyung padaku.

"Sudah." Aku mengangguk.

"Bagaimana? Dia jelek kan??" Ucapnya.

"Ya!! Masa kecilmu juga jelek!" Teriak Jisoo pada kakaknya.

Aku hanya terkekeh melihat mereka berdua.

"Memangnya kau tahu masa kecilku? Lahir saja aku duluan. Aku kakakmu jika kau lupa." Jisung hyung menanggapi Jisoo dengan santainya.

"Appaaa. Bantu akuuu." Rengeknya apa dia seperti ini jika berada dirumah?

Appa Jisoo hanya terkekeh menanggapinya.

Setelah kami makan malam kami berbincang-bincang di ruang tamu. Kami membicarakan berbagai hal dari masa kecil Jisoo sampai Jisoo menjadi sangat manja jika di rumah.

"Eum appa eomeonim sebenarnya saya mau minta ijin agar Jisoo bisa dibolehkan mengikuti kegiatan camping Mapala." Maksudku kesini bukan hanya mengembalikkan dompet tetapi juga meminta ijin orang tua Jisoo agar anaknya mengikuti kegiatan camping.

"Tidak. Aku tidak akan ikut kegiatan itu. Itu terlalu melelahkan dan sangat membosankan." Bantahnya.

"Jisoo kau harus mengikutinya, appa tidak mau tau."

"Tapii appa-"

"Tidak ada bantahan!"

Jisoo tertunduk lesu dan menjawab "Baiklah."

"Kalau begitu saya pamit pulang." Pamitku pada mereka.

"Eh kok buru-buru sekali." Ucap eomeonim.

"Iya takut kemalaman eomeonim."

"Baiklah. Sampaikan salam kami untuk orang tuamu ne?" Ucap appa.

"Ah ne. Saya pamit pulang." Aku berdiri dan membungkukkan badanku 45 derajat.

"Hati-hati."


To be continued

Comment and voted juseyo.

Yang comment dan vote Kimi doakan dapet pahala dan sehat sentosa. Aamminn...
Wkwkwk...

Jangan lupa follow ya..
Berbagi dengan teman itu indah...

Annyeong^_^

Continue Reading

You'll Also Like

620K 35.3K 125
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
79.8K 10.3K 24
❝Be my Pandora.❞ [Baku-Completed] ⚠️ {Fantasy, Drama, Romance, Comedy} Bagaimana jika kamu terjebak dalam tempat yang aneh di bawah alam sadarmu? It...
197K 14.2K 83
Tiga pasang remaja yang di takdirkan menemukan bayi yang di takdirkan mengurus ke empat bayi karna suatu insiden dulunya bayi bayi itu di tempatkan...
83.9K 5.8K 18
Laksita Hana Bahira adalah seorang Perempuan yang terpaksa menyewakan Rahimnya pada seorang Laki-laki karena satu masalah yang sedang membebaninya. N...