Don't forget to vomment
Vote
Vote
Vote
John memeriksa denyut nadi Anastasia. Nadinya tampak normal seperti manusia lainnya. Lalu, ia menyenter mata Anastasia menggunakan senter kecil yang ia bawa. Matanya juga tampak baik-baik saja. Kulitnya tidak pucat. Dan tensi darahnya normal. John bernafas lega saat mengetahui Anastasia baik-baik saja.
“John, kenapa kau memeriksaku seperti itu?” Tanya Anastasia.
John tersenyum. “Sekarang aku adalah dokter pribadimu. Aku akan selalu memeriksamu setiap saat.”
Anastasia masih memandang John dengan tatapan bingung. John terkekeh.
“Jangan memandangku seperti itu. Kau tidak percaya aku bisa melakukan pekerjaan dokter? Kau tahu, walaupun aku adalah murid ayahmu, aku bersekolah di Fakultas Kedokteran. Jadi, aku akan selalu menjagamu.”
Anastasia mengangguk mengerti. John mendekatkan tubuhnya ke Anastasia sambil memasang wajah serius. Ia memperhatikan Anastasia dari atas hingga ke bawah.
“Apa badanmu ada yang terasa sakit?” Tanya John.
Anastasia mengeleng. “Tidak ada.”
John kembali bertanya serius kepada Anastasia. “Apa kemarin malam Daniel melakukan sesuatu kepadamu?”
Anastasia menatap bingung Jhon. “Maksudmu melakukan sesuatu seperti apa?”
Jhon sedikit gelagapan menjawab pertanyaan Anastasia. Ia menggaruk-garuk kepalanya sedikit ragu. “Seperti..... Ia melucuti bajumu dan.... eerr— meraba-raba tubuhmu?”
Anastasia menggeleng. “Tidak. Daniel tidak melakukan itu kepadaku.”
Jhon menghela nafasnya lega. “Syukurlah kalau begitu.”
Pintu kamar tiba-tiba saja terbuka. Jhon dan Anastasia menoleh kearah Daniel yang sudah berada di depan pintu dan memandang sekilas kepada mereka berdua. Anastasia bangkit dari posisi tidurnya. Daniel berjalan kearah mereka berdua menuju ranjang.
“Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?” Tanya Daniel.
John mengangguk. “Dia baik-baik saja. Sejauh ini tidak ada yang bermasalah dari tubuhnya.”
“Oh, baguslah kalau begitu.”
Anastasia menoleh kearah Daniel.
“Kenapa kau meminta Jhon memeriksaku? Aku tidak sakit atau apa pun.”
“Sekarang dia akan menjadi dokter pribadimu, Anastasia. Kami merasa khawatir dengan dirimu. Dan juga kau bisa ditemani oleh Jhon di rumah saat aku pergi kerja.”
“Benarkah? Kalau begitu aku mendapatkan teman lagi dan aku tidak terlalu kesepian lagi disini,” Ucap Anastasia girang.
Daniel tersenyum tipis. “Baiklah, aku akan bersiap-siap untuk pergi ke kantor sekarang. Kau bisa disini dengan Jhon.”
“Baiklah,” Anastasia tersenyum senang kepada Daniel.
“Jhon, aku titip istriku denganmu.”
“Baiklah,” Jawab Jhon. “Sebelum itu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan. Tapi kita bicarakan saja ini diluar.”
“Hm— Baiklah.”
Jhon memberi isyarat kepada Anastasia untuk pergi keluar sejenak. Anastasia mengangguk. Daniel dan Jhon pergi keluar kamar dan memilih untuk membicarakan hal itu di ruang tamu.
“Apa yang ingin kau bicarakan sampai-sampai kau meminta untuk membicarakannya di luar? Apa ini ada hubungannya dengan Anastasia?” Tanya Daniel.
Jhon mengangguk. “Ya, ini ada hubungannya untuk Anastasia. Sebelumnya, aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak menyentuh Anastasia hingga waktunya bukan? Aku sudah memeriksa Anastasia. Tidak ada yang mengganjal dari tubuh Anastasia. Tapi, aku masih mengkhawatirkannya,” Jhon berhenti sejenak. “Apa ayahmu ingin mendapatkan pewaris secapatnya?”
Daniel menghela nafas. Entah kenapa ia tidak menyukai dengan pembicaraan mengenai pewaris. Ia kembali menatap kearah Jhon.
“Begitulah, ayah ingin aku segera memberikan pewaris kepadanya,” Jawab Daniel. “Entah kenapa aku takut mengambil resiko mengenai hal ini. Seperti yang kau bilang, Anastasia tidak bisa mengandung anakku secepat ini. Yah— jujur aku juga khawatir mengenai kondisinya.”
Jhon menghela nafas dan menunduk. “Mungkin kita harus menunggu beberapa saat lagi.”
“Ya, kau benar. Kita harus menunggunya. Kau juga harus terus meneliti mengenai Anastasia.”
“Tentu saja.”
Daniel baru saja keluar dari ruangan ayahnya. Pagi ini ayahnya menelpon untuk menyuruhnya datang sejenak ke perusahaan. Awalnya, Daniel tidak ingin pergi kesana karena ia masih mempunyai urusan dengan kasus ini. Karena paksaan dari Ayahnya, dengan berat hati Daniel datang ke perusahaan.
Disana, ayahnya hanya menanyakan mengenai kabar Anastasia. Dan ia juga sesekali di beritahu mengenai perkembangan bisnis mereka. Daniel hanya mendengarkan dengan bosan. Kali ini ia merasa sedikit lega karena ayahnya tidak menyuruhnya untuk berlama-lama tinggal disana. Ia harus segera menyelesaikan kasusnya dan menyakan perkembangannya di Kantor Kepolisian.
Daniel berhenti di sebuah jendela kaca besar di dekat elavator lantai lima. Ia memandang keluar jendela yang menampakkan pemandangan Kota Washington. Sangat ramai dan tampak sibuk. Pastinya dunia ini sangat kecil dan juga misterius. Dunia yang aneh dengan banyak hal-hal menarik yang harus di pecahkan dan juga tentunya hukum-hukum alam yang masih berlaku hingga sekarang. Daniel tersenyum miring. Gadis itu masih saja penasaran mengenai dunia ini. Apa semenarik itu dunia luar itu baginya?
Ah— Kenapa dia memikirkan Anastasia sekarang? Gadis itu baik-baik saja di rumah bersama Jhon dan juga Maggie disana. Dia tidak perlu khawatir mengenai Anastasia sekarang. Daniel menghela nafasnya dan kembali mengamati pemandangan sekitar. Orang-orang yang berlalu-lalang, mobil-mobil yang berkendara di jalanan, dan aktifitas-aktifitas lainnya disana. Andai saja semua orang yang ada di muka bumi ini tidak melakukan hal-hal yang buruk. Mungkin ia sedikit tenang dengan tidak ada kasus-kasus mengerikan seperti ini.
“Dunia tentu mempunyai hitam-putih...”
Daniel menoleh ke sebelahnya. Adam tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya sekarang.
“Dunia itu tentu saja memiliki timbal-balik dan juga lawan. Seperti kau bermain catur, tanpa hitam tidak ada permainan. Jadi berhentilah berdiri disana dan merenungi nasibmu,” Ujarnya tiba-tiba.
Daniel menoleh kepada Adam. “Apa yang kau ketahui tentang dunia? Kau mengetahui hal-hal yang terselubung di dalamnya?”
Tiba-tiba saja Adam terkekeh.
“Tentu saja aku tahu banyak mengenai dunia yang kecil ini. Seperti yang kau tahu, dunia itu mempunyai misteri-misteri yang harus di pecahkan. Sangat menarik untuk di ungkap dan di korek hingga dasarnya.”
“Yah—,” Daniel menghela nafas.
“Mengorek hingga dasar sampai kita mendapatkan sisi buruknya. Ungkapanmu sangat bagus.”
Adam entah kenapa sedikit tersinggung dengan perkataan Daniel. Adam mengerutkan dahinya sejenak, berusaha mengganti topik pembicaraan ini.
“Jadi, apa yang membawamu kesini?” Tanyanya. “Biasanya kau sangat jarang datang ke kantor.”
“Ayahku menyuruhku untuk menemuinya. Menanyakan mengenai keadaan istriku. Mau tidak mau aku harus datang memenuhi perintahnya.”
“Istrimu? Dia baik-baik saja?” Adam merasa gejolakan hati saat mendengar kabar mengenai Anastasia.
“Tentu saja istriku baik-baik saja. Tampaknya kau sangat perhatian dengannya?”
Adam tersenyum miring. “Istrimu sangat mirip dengan kekasihku yang hilang. Saat aku bertemu dengan istrimu, aku mengira dia adalah kekasihku. Saat aku mengetahui bila kalian telah menikah, aku sungguh kaget.”
“Masa depan penuh misteri tentunya. Hari ini kau mengakui bila dia adalah kekasihmu, tapi besok ia bisa menjadi milikku.”
Daniel segera membalikkan badannya meninggalkan Adam. Adam melirik Daniel tajam. Ada yang aneh dengan pria itu. Bagaimana pun juga ia tampak berbahaya. Walau dia tidak terlalu memegang hal penting dalam perusahaan, mungkin ia bisa menjadi musuh besarnya untuk masalah Anastasia. Ia harus berhati-hati dengan pria itu.
Suara dentingan lift menyadarkan Daniel dari alam bawah sadarnya. Sangat banyak hal yang harus ia pikirkan saat ini. Dimulai dari kasus ini dan juga ia harus memikirkan tentang janjinya kepada ayahnya. Sungguh, terkadang ia merasa capek dengan semua ini. Sebelumnya, ia juga memecahkan banya kasus tapi tidak seperti saat ini. Ia bagaikan harus menyelesaikan banyak masalah secara bersamaan.
Anastasia, apa yang gadis itu lakukan sekarang? Apa dia baik-baik saja di rumah dan tidak keluar kemana-mana tanpa seizinnya? Dia harap Jhon dan Maggie menjaganya dengan baik.
Suara ponselnya kembali menyedarkannya. Daniel segera meraih ponselnya yang berada di sakunya. Tertera nama Inspektur Edgard di layar ponsel. Daniel segera menggeser ikon hijau di layarnya dan menjawab panggilan dari Inspektru Edgard.
“Halo?” Tanyanya trelebih dahulu.
“Glanville, dimana kau sekarang?” Tanya Inspektur Edgard begitu saja.
“Aku berada di kantorku. Ada apa? Apa kalian menemukan petunjuk baru?”
“Ya, kami menemukan petunjuk baru mengenai kasus ini. Segeralah datang ke kantor sekarang. Kami menemukan tersangka baru.”
“Baiklah, aku akan segera kesana.”
Daniel menutup telponnya. Ia berlarian menuju parkiran. Sesampainya di mobilnya, Daniel menghidupkan mesinnya dan melajukan kendaraannya menuju Kantor Polisi. Ya, sebaiknya ia harus cepat kesana. Ia tidak sabaran lagi untuk kembali mengorek isi kasus ini hingga sampai ke akar-akarnya.
Daniel melangkah kakinya ke Gedung Kantor Kepolisian. Ia tidak sabaran lagi untuk mengetahui perkembangan kasus ini. Ia mempercepat jalannya untuk segera sampai di ruangan Inspektur Edgard.
“Oh, Detektif Glanville,” Sapa Opsir Lewis.
Daniel menoleh kearahnya. “Dimana mereka? Dimana Inspektur?” Tanya Daniel tiba-tiba.
“Inspketur berada di ruangan introgasi sekarang,” Opsir Lewis memperhatikan Daniel dengan seksama. “Tampaknya kau sudah idak sabaran lagi ingin mengetahui kelanjutan kasus ini, Detektif.”
“Tentu saja aku tidak sabaran lagi. Aku harus segera kesana. Antarkan aku sekarang juga.”
“Baiklah.”
Opsir Lewis mengantarkan Daniel ke ruangan introgasi. Ruangan tersebut berada di gedung lain dari kantor ini. Mereka melewati taman yang menuju ke gedung selanjutnya. Lalu, Opsir Lewis membawa Daniel menuju lorong yang cukup banyak di lalui oleh para polisi, terutama polisi kelas atas. Lalu, mereka akhirnya sampai di depan ruangan introgasi. Opsir Lewis membuka pintu ruangan tersebut untuk Daniel.
“Mereka ada di dalam, Detektif,” Kata Opsir Lewis. Daniel mengangguk.
“Sebaiknya kau sedikit berhati-hati dengan wanita itu. Tampaknya ia bukan wanita yang baik-baik.”
“Wanita?” Kata Daniel bingung.
“Iya. Tersangka baru ini adalah seorang wanita. Menurut yang kami dapat ia adalah pemilik dari Call Home yang berada di New Hamspire Eve NW. Tempatnya cukup tersembunyi tapi untungnya kami bisa menangkapnya. Kau bisa melihatnya sendiri, Detektif.”
Daniel mengangguk. Lalu, ia memasuki ruangan introgasi tersebut. Di dalam, ia bisa melihat Inspektur Edgard yang sedang duduk berhadapan dengan seseorang wanita berambut pirang panjang. Daniel melihat lebih jelas ke dalam bilik yang di batasi oleh kaca tersebut. Ia mengerutkan kening. Sepertinya ia pernah melihat wanita itu sebelumnya. Tampak seperti deja vu. Daniel berjalan memasuki bilik tersebut. Pandangan Inspektur Edgard menangkap keberadaan Daniel. Ia tersenyum dan menegakkan tubuhnya.
“Glanville, kau sudah datang,” Ucap Inspektur Edgard.
“Ya— aku segera kemari saat Inspektur menelponku. Apa ada perkembangan?”
Daniel melirik kearah wanita berambut pirang itu. Ada gelagat aneh darinya saat Inspektur menyapanya tadi. Daniel kembali meneliti wanita tersebut. Dia mana ia pernah bertemu dengan wanita ini?
“Aku menemukan tersangka baru. Wanita ini adalah pemilik Call Home di New Hamspire Eve NW. Kami menyelidiki bila dia adalah seseorang yang menelpon di saat kejadiaan sedang berlangsung. Kami sudah meneliti SIM ponselnya,” Jelas Inspektur Edgard.
“Benarkah?”
Daniel memutari meja, berdiri di samping Inspektur Edgard. Ia terus memperhatikan wanita itu. Saat ia menatap wanita itu tajam, ia menundukkan kepalanya seolah-olah merasa takut. Daniel kembali meneliti wanita itu. Tidak salah lagi, ia pernah bertemu wanita itu sebelumnya entah dimana.
“Siapa namamu?” Tanya Daniel.
Tidak ada jawaban. Wanita itu semakin menundukkan kepalanya takut. Daniel menghela nafas kesal.
“Aku hanya bertanya siapa namamu? Walaupun Inspektur telah mengetahui namamu tapi aku ingin mendengarnya langsung darimu.”
Wanita itu terus bergeming. Daniel menggeram kesal. Andai saja ini bukanlah wanita mungkin ia akan memarahinya dan mulai membanting meja. Ia harus mencari cara lain untuk membujuk wanita ini agar bisa berbicara.
“Dengar, aku tidak akan memerahimu atau menyakitimu. Tolong sebutkan siapa namamu.”
Daniel terus menatap tajam wanita itu. Ia tidak bisa melihat wajahnya karena ia selalu menundukkan kepala. Rambutnya yang terurai panjang menahan pandangan Daniel untuk melihat wajahnya. Beberapa saat menunggu, tiba-tiba saja bahu wanita itu terguncang. Lalu, mereka berdua mendengar suara tangisan dari wanita tersebut. Daniel dan Inspektur Edgard menatap wanita itu bingung.
“Hei, kenapa kau menangis sekarang? Padahal sebelumnya kau tidak menangis,” Kata Inspektur Edgard.
Suara tangisannya semakin kencang membuat Daniel dan Inspektur Edgard kehabisan akal. Daniel menghela nafas gusar dan mencoba kembali bertanya kepadanya dengan nada yang lebih lembut.
“Jangan menangis. Aku tidak akan berbuat kasar kepadamu,” Kata Daniel lagi.
Wanita itu masih menangis. Ia tampak mengelap air matanya dengan tangannya di balik helaian rambutnya. Mereka bisa mendengar wanita itu sedang mengatur nafasnya yang terputus-putus.
“Daniel....”
Daniel menegang. Suara ini, ia ingat suara ini. Suara wanita di masa lalunya. Tidak! Ini bukan deja vu. Ia yakin ini adalah suara wanita itu.
Wanita akhirnya mendongak kearah mereka berdua. Ia bisa melihat bekas-bekas eyeliner yang luntur di kedua mata wanita itu. Daniel melebarkan matanya. Ia sangat tidak percaya. Ia kembali bertemu dengan wanita kurang ajar ini?! Wanita yang mencampakkannya dan memperdayakannya hanya untuk tujuan harta. Daniel mengontrol dirinya. Ia menatap taja wanita itu tidak peduli dengan wajah memelasnya yang tampak meminta pertolongan.
“Kau— Katie Lacey?”
Yang udh baca silakan tinggalkan jejak yaa.....