aku menatap mia beberapa saat dan kembali menatap langit-langit kamar apartemen mia. menerawang ke masa dimana tidak ada laki-laki yang ku kenal lagi saat itu selain remon, bagiku remon adalah pelindungku,setelah ayahku, dia selalu ada untuk melindungiku bahkan saat TK saja dia selalu tidak membolehkanku kenal dengan anak laki-laki lain, itu lucu bukan. dulu kita selalu bermain bersama aku, mia dan remon, setelah selesai TK tiba-tiba remon pamit pindah, dia dan ibunya akan ikut ayahnya ke prancis dan tinggal disana.
aku sedih mendengar itu bahkan aku, mia, ibu, ayah, mamih dan papih mia ikut mengantar keluarga remon sampai bandara. kita bertiga saling berpelukan,saling menyimpan rindu yang entah kapan akan kembali tersalurkan, bahkan sebelum itu, sore sebelum keberangkatan remon esoknya, dia datang kerumahku, mengajakku untuk ke taman bermain tanpa mia, dia memberikanku sebuah kotak musik cantik berwarna merah muda, dan.. sampai saat ini kotak itu masih ku simpan,dan masih menyala, untuk pertama kalinya sebagai seorang anak kecil yang masih polos aku mendapatkan ciuman pertamaku dari remon dia bilang...
"aku harus meninggalkan jejak untukmu supaya kamu selalu ingat aku anjani" aku yang masih polos hanya mengangguk, dia mengecup pipiku. "suatu hari aku akan kembali untuk menemuimu, dan melindungimu lagi, jangan takut" dia memelukku begitu erat dan aku tau saat itu anak sok pemberani ini menangis di pelukanku. aku masih terpaku dengan perlakuan anak kecil laki-laki itu kepada anak perempuan kesayangannya ini.
"woy malah ngelamun" kata mia yang mendorong pundaku dari samping. "lo FLASHBACK ya sama remon? dia pacar waktu lo TK kan?" katanya sambil tersenyum penuh arti tapi tetap fokus dengan game Mobile Legend nya. "apaan sii mi" kataku yang menoleh sebentar ke arah mia.
"sumpah demi hujan salju di indonesia, sekarang remon ganteng baanget parah, dulu aja dia ganteng banget sekarang makin ganteng loh asli" katanya beranjak dari posisi nya dan menyimpan handphonenya lalu bercerita dengan antusias, aku ikut mengangkat tubuhku dan berdiri untuk menuju kulkas mengambil minum. "ialah itu mah pasti, aku juga tau mi" jawabku santai sambil membuka pintu kulkas yang tak jauh dari kasur tempat mia duduk. "dia sempet nanyain lo, katanya gimana keadaan adinda? dia udah punya pacar? gitu?" beber mia sambil meraih air di tanganku dan meminumnya tanpa ijin, kata-kata mia sedikit mengusik hatiku, aku hanya diam tanpa mengubrisnya. aku mengambil snak di meja dekat kamar mia dan kembali ke kasur. "gue jawab aja, dia mah masih JOMBLO sampai saat ini, dari TK waktu lo ninggalin itu HAHAHA" dia tertawa puas. aku kurang mengerti dengan otak anak macan ini, sepertinya dia tak pernah berbicara sehari saja tanpa menghinaku. "sialan" ku lemparkan snak yang ku jilat sebelumnya ke arah anak macan itu "anjrit, lo jorok banget si jadi cewe" katanya sambil mengusap pipi kanannya. "haha biar anak macan tau rasa" kataku yang melanjutkan ngemilku,juni masih saja asik dengan handphonenya, dia selalu tak tau waktu kalo sudah menelpon alfian dia bisa berjam-jam lamanya di telpon yang entah apa yang mereka obrolkan selama itu, dia sudah beberapa kali berpindah tempat dan kini dia sedang berada di sofa ruang TV "eh iya aku, sempat minta kontak remon loh, dia pesan suruh kasihin ke lo juga" kata mia membuka kembali handphonenya. "dih lo malah diem aja. tulis dongo!"katanya menatapku yang bengong memandangnya "iya iya sabar sii !marah-marah mulu kaya emak-emak" ku cari handphone ku yang tadi ku simpan entah dimana. "eh hapeku mana ya mi ko ga ada?" tanyaku sambil terus menjelajahkan mataku ke segala sudut kasur mia, karna pasti tak akan jauh dari sini, "tau.." katanya yang mulai menyenderkan tubuhnya ke belakang kasur.
PLETEK
"suara apa tuh mi?" kataku memandang mia, "tau? apa ya? bentar-bentar" katanya sambil meraba-raba tempat duduknya. "yah hape lo gue dudukin ternyata din" kata mia nyengir dengan wajah tanpa dosa. "yah kamu mi, handphonenya jadi rusak kan..."kataku mulai sedih mendapati handphoneku kini retak. aku meraba-raba layar handphone yang retak dan sepertinya LCD nya kena ada sedikit layar yang jadi berwarna hitam dan kini layarnya sudah tak bisa di sentuh lagi, "miaa... handphone aku rusaaak" aku kesal dan tiba-tiba saja air mataku jatuh begitu saja "ah elah hape doang juga, noh ambil di lemari baju gue, kemaren gue beli handphone sebelum ke indonesia" katanya santai sambil menunjuk dengan isyarat matanya. tanpa menjawab aku langsung berjalan menuju lemari panjang yang besar itu, membuka dan mencari barang yang di maksud mia "mana ga ada juga??" kataku sambil terus memfokuskan mataku "itu buka lacinya" katanya. kuturuti saja apa perkataan mia, ku buka laci kecil yang ada di tengah lemari itu. GILA!!! pemandangan macam apa ini? aku sampai bergetar melihatnya, kulihat beberapa handphone yang masih full dus disana, ada jam tangan dan juga aksesoris branded dengan masih fulldus. "mi. i..i...ini punya kamu semua?" kataku yang menoleh ke mia dengan bergetar. "yaiyalah lo kira punya siapa, kan gue disini sendirian" jawabnya santai sambil membuka-buka beberapa majalah fasion di meja dekat kasur. "gila!! kamu punya barang branded sebanyak ini buat apaan?" kataku yang melihat-lihat setiap isi dus-dus kecill di laci itu, "ya koleksi aja. lo udah nemuin handphone nya?" kata mia yang balik bertanya. "yang mana?" kataku yang malah kembali bertanya pada mia. "yang mana aja serah lo" katanya menatapku sebentar. lalu kembali menatap ke arah majalah yang di bacanya, "ya.. ya.. yang mana aja?? kamu yakin" kataku yang memilah milih 1 dari 3 fulldus handphone di laci itu. tanganku sampai bergetar di buatnya, handphone-handphone ini adalah merek ternama di dunia, bahkan dia membelinya di amerika. "ah elah lama banget. gue ga jadi ngasih aja kali ya?" katanya yang menutup majalahnya dan menatapku yang sedari tadi masih berdiri di depan lemari. "jangan dong iya iyaa.. ini aku udah ambil ko, ku ambil handphone berwarna merah dengan gambar apel yang tergigit di tengah atas belakang layar, kalian pasti tau merek handphone itu, warna nya elegand dan aku suka. "kamu pinter juga ya milihnya" jawabnya sambil tersenyum picik. "ga boleh yang ini ya, kalo ga boleh aku simpen lagi." kataku yang berbalik untuk menyimpan handphone itu "dih alay banget nih musang rawa, cepetan sini mau kontaknya remon ga" ku hampiri mia di atas kasur dan memindahkan kartu perdanaku ke handphone yang telah di setting ulang berbahasa indonesia. karna mia tau temannya satu ini tidak pandai berbahasa inggris, "yey hape baru"kataku mengangkat handphone baruku. mia memang orang yang baik dia selalu berusaha memberi kepada siapapun apalagi pada sahabatnya yang kere tapi kece ini haha, coba saja kamu minta, dia pasti ngasih, asal jangan minta hape yang dia pake main mobile legend aja hehe.
"yaudah chat dia sekarang onta!" kata mia tidak sabaran. "ih lo kenapa sii, sewot terus" kataku yang langsung mencari kontak remon di aplikasi whashapp.
aku diam sejenak memikirkan apa yang pantas untuk menjadi pembuka percakapan setelah hampir 14 tahun berlalu. karna setelah kepergian remon saat masih TK itu kita sudah tak pernah lagi berbagi kabar.
saya: hay remon apa kabar?
ini aku adinda.
kirim...📨
drrt.. drrt...
tidak lama kemudian handphoneku bergetar
balasan 📩
remon: are you sure?!
this you jani?
OMG i dont believe
ya.. dulu remon selalu memanggilku dengan sebutan jani atau anjani mungkin itu panggilan kesayangannya.
saya: remon kamu udah ga bisa ngomong
indonesia ya?
remon: haha kamu masih lucu aja jani.
enggalah aku masih ingat ko, aku
berusaha untuk tidak melupakan
bahasa indonesia karna suatu
hari aku akan kembali kesana.
do you remember
darl?
saya: kamu mau kembali ke indonesia?
mau apa?
remon: untuk menemuimu dan
memenuhi janjiku dulu 😊
DEG!!!
jawaban remon sontak membuatku membeku diam tanpa sanggup untuk membalasnya kembali, remon ternyata masih ingat dengan janjinya beberapa tahun silam itu.
aku tak membalasnya lagi, ku simpan handphone yang kupegang di atas meja kecil di samping kasur,karna berjaga-jaga agar tak tertindih mia lagi.
juni menghampiriku dan mia yang masih malas-malasan di atas kasur "lo baru selesai telponan?" kata mia yang menatap calon adik iparnya yang menjatuhkan tubuhnya begitu saja di tengah-tengah aku dan mia. "heem"jawabnya penuh antusias "eh gue mau nonton Dilan loh besok sama alfian" katanya yang mengangkat sedikit tubuhnya memandang aku dan mia bergantian "yahh kamu mah curang aku sama mia masa ga di ajak" jawabku sebal "aku udah bilang ke alfian kita nontonnya bareng kambing conge sama nyamuk haha" jawabnya sambil tertawa puas dan membaringkan tubuhnya di atas kasur, "sialan lo, gue bunuh juga lo hari ini pake bantal" kata mia sambil melempar bantal ke arah muka juni. ku tekan bantal di atas wajah juni tanpa ampun , juni meronta kehabisan nafas dan beranjak bangun "ih sialan kalian berdua, kalo gue mati gimana?? lo mau masuk koran ama berita gara-gara bunuh gue?" katanya memandang aku dan mia dengan berapi-api. "jiaah... mana ada berita yang mau muat berita murahan. apalagi kamu yang ada di beritanya." tawaku dan mia "ada lah judul beritanya, 2 orang sahabat membunuh sahabatnya sendiri yang punya pacar karna tidak punya pasangan saat ingin pergi menonton film Dilan di bioskop" jawabnya dengan datar dan meyakinkan.aku dan mia saling tatap dan langsung memecahkan keheningan dengan tertawa terbahak-bahak.
***
aku beranjak dari kasur dan berjalan menuju ruang TV untuk menonton. ku cari remote TV di atas sofa dan menyalakannya.
sambil menyantap snack-snack di atas meja.
"din ada telpon nih" kata juni yang mengangkat-ngangkat handphoneku. tanpa menghampiriku. "dari siapa?" tanyaku yang masih sibuk mengalihkan chanel TV. tanpa memandang ke arah juni. "dari rey" katanya memandang sebentar ke arah layar handphone di tangannya lalu menatapku. mia ikut memandang ke arah ku, aku sangat kaget saat itu, rey menghubungiku? kenapa dia tau nomer handphoneku? bahkan kita tak pernah saling tukar nomer telpon meskipun kita satu kampus. dan kini aku tidak seakrab dulu dengan rey, kita hanya bertegur sapa saat ada perlu saja, meskipun sebenarnya aku masih selalu berharap rey meluluhkan hatinya dan menyatakan perasaannya padaku. tapi sepertinya itu bukanlah hal yang mungkin terjadi, kemungkinannya hanya 0,1% untuk semua itu terjadi.
"woy, lo mau angkat ga malah bengong" kata juni meneriaki ku dari atas kasur. "hah? oh iya" aku segera berlari kecil ke arah juni.
drrrrrrrt drrrrt drrrrt....📲
aku memandangi nya sebentar, dan mengangkatnya dengan perasaan ragu, apa yang ingin dia tanyakan sekarang?
"hallo...."
Hayoo... apa yaa yang mau rey tanyakan ke adinda penasaran kaan...??
ikutin terus kisah adinda yaa, bakal banyak lagi yang tidak di sangka-sangka di episode-episode selanjutnya.
THANKS FOR READ THIS PART YA GUYS
SEMOGA KALIAN SEMUA SELALU SUKA DENGAN CERITANYA
DAN GA BOSEN UNTUK MEMBACANYA BAGUS LAGI KALO KALIAN COMMENT AND VOTE MY STORY MESKIPUN MASIH AMATIRAN.
TAPI AKU AKAN SANGAT SENANG JIKA PEMBACA SEKALIAN MENGHARGAI DAN MEMBERI SUARA ATAS CERITAKU INI :)
thanks for read
see you next part:*