Cuacanya sedang tidak bagus hari ini, hujan turun dengan lebat. Angin menghembus kencang. Begitu pun dengan perasaan seorang yang sedang duduk dengan tangan memegang mug berisi coklat panas.
Sudah 2 Minggu berlalu semenjak kedatangan murid baru itu, entah kenapa Karen merasa ada yang mengganjal. Melihat dari tatapan mata lizi, anak baru yang digadang-gadang menjadi bad girl itu tidak menyukai nya. Bahkan ada yang terang-terangan bilang pada Karen.
"Lizi punya geng, anggotanya banyak. Hampir semua nggak suka sama lo ren"
Dwi. Biang gosip XI IPA 3 berbicara seperti itu. Entah dari mana datangnya gosip itu, hingga Dwi bisa mengetahui nya. Karen berpikir memangnya Karen punya salah apa sama mereka? Sampai segitu bencinya.
Kalau kata anak-anak sih, karena dia idolanya smagada. Cantik, pinter, Queen, ramah, baik, incaran kaum adam di sekolahnya. Maka dari itu banyak siswi yang iri dengannya. Tapi Karen tidak percaya. Dia biasa saja. Kalaupun iya ada yang naksir dengannya toh juga di tolak, karena memang Karen tidak suka.
Karen menyesap coklat panas itu. Kenapa juga dia memikirkan hal yang tidak penting itu.
Cekleek
Karen menoleh arah datangnya suara, disana. Dibalik pintu yang dibuka, ada Aisyah dengan pakaian gamisnya.
"Miranda, ada Galva dibawah. Temuin sana" Karen mengernyit, ada apa gerangan Galva datang kesini? Dalam keadaan hujan angin. Bahkan disekolah saja mereka jarang sapa menyapa. Kenapa tiba-tiba dia datang.
"Iya, Mira sebentar lagi turun" kata Karen. Aisyah mengangguk lalu menutup pintunya kembali. Karen meletakkan mug nya di atas meja. Lalu keluar dari kamarnya.
Disana, diruang tamu. Dia menemukan Galva tengah duduk sendiri sambil bermain ponselnya. Saat melihat kedatangan Karen. Galva mengunci ponselnya dan memasukkan ke dalam saku jaketnya.
Galva menilai pakaian yang dikenakan Karen saat ini. Baby doll lengan panjang, dengan rambutnya yang dicepop asal-asalan
"Tumben, ngapain?" Tanya Karen lalu duduk di depan Galva
"Tadi disuruh mama sih nganterin kue, tapi sama Tante Aisyah di tahan" kata Galva, Karen hanya mengangguk-angguk.
Keheningan menyapa mereka berdua. Galva sibuk melihat sekeliling ruang tamu rumah Karen. Karen sibuk dengan pikiran tiba-tiba kepo hubungan nya Galva dengan lizi.
"Gal"
Galva menoleh
"Lo kenal lizi?" Galva mengernyit heran, lalu mengangguk
"Kenal"
"Mantan lo kan?" Kini Galva tersentak kaget. Oh iya, Galva baru ingat. Karen berteman dengan Dina. Kekasih sahabat nya.
"Dulu"
Karen terkekeh, sedangkan Galva menautkan kedua alisnya heran
"Kenapa?" Tanya Galva
"Namanya mantan ya dulu kali gal"
Galva ikut terkekeh. Dia salah bicara.
"Dulu gue akuin mantan, sekarang bukan" jawab Galva, kini beralih Karen yang mengernyitkan keningnya
"Terus? Pacar?" Tanya Karen, membuat Galva kembali terkekeh. Membuat Karen semakin Bingung
"Bukan lah, gue anggep. Gak pernah kenal. Kenapa cemburu ya?" Goda Galva sambil menaik turunkan alisnya
Karen hanya geleng-geleng kepala mendengar celotehan Galva yang sama sekali tidak masuk akal.
"Ngarep banget lo" kini giliran Galva yang terkekeh mendengar sautan judes Karen
Mereka tampak larut dalam perbincangan. Entah membicarakan masalah sekolah, tentang bang nizar, bahkan tentang pilkada ayahnya Karen sebentar lagi.
"Assalamualaikum" teriak Nizar yang baru saja datang entah dari mana
"Waalaikumsalam" jawab keduanya bergiliran. Nizar menoleh pada dua orang yang tengah duduk berseberangan disana. Lalu tersenyum jahil.
"Eh Galva. Ngapel ya?" Kata Nizar dengan senyum jahilnya dan alis naik turun
"Apa sih lo bang, sana jangan usil deh" kata Karen
"Enggak bang, tadi disuruh mama nganterin kue" kata Galva
Nizar melebarkan kedua matanya, dan tersenyum sumringah
"Wah ada kue. Ya udah lanjutin ya ngapel nya. Gak ganggu kok" setelah itu Nizar ngacir pergi ke dapur, menemui mamanya yang sedang masak disana. membiarkan Karen yang saat ini tengah mengomel tanpa suara.
"Nizaaarr itu wortel mama jangan di lempar-lempar"
Teriak Aisyah dari dapur, Karen hanya geleng-geleng kepala dengan tingkah kakanya. Padahal usianya sudah 20 tahun, tapi kelakuan kayak bayi 2 tahun.
**************
Hari ini hari Rabu, hari dimana jadwal Karen melatih tari. Hampir Semua siswa sudah tampak duduk di pinggir lapangan hanya untuk berniat modus. Melihat cewek cantik macam Karen memakai selendang itu seperti melihat bidadari turun dari kayangan.
Karen sudah seperti biasanya, mengajar dengan selendang biru diikat di pinggang. Rambutnya dia kuncir asal-asalan. Sepatu nya sudah di lepas. Sekarang tengah menari diikuti beberapa anak di belakangnya.
"Kak, izin ya ke kamar mandi" kata salah satu adik kelas pada Karen. Siswi yang bernama Ratih itu langsung ngacir ke kamar mandi setelah mendapat anggukan dari Karen.
Disana. Jarak beberapa meter dari lapangan dimana Karen berlatih. Galva dan teman-temannya tampak ikut memperhatikan Karen. Melihat Karen yang melatih tari dengan sabar.
"Diliatin Mulu, nggak bakal ilang kok Karen nya" goda Tama sambil meminum susu ultramilk rasa coklat. Galva mengacuhkan ucapan Tama. Kini Galva beralih menatap layar kotak berlogo buah yang dia ambil dari saku celananya.
"Mending kalo suka beneran lo gercep deh gal, dari pada keduluan si Raga. Temen sekelasnya. Dengar-dengar sih dia juga mau pdkt in Karen" kata Keenan. Entah kenapa Galva menjadi bingung sendiri. Dia seketika berhenti mengscroll up instagramnya. Tapi dia tidak juga menjawab pertanyaan dari Keenan. Lalu dia melanjutkan kegiatannya, mengscroll layar hp nya untuk kesekian kalinya. Untuk mengobati rasa bimbang nya.
Di lapangan basket. Karen tampak masih mengajari tari pada adik kelasnya. Mengajari beberapa gerakan yang mereka belum bisa. Lalu memperagakannya. Tiba-tiba saja ada adik kelas yang lari-lari menghampirinya. Membuat dia berhenti Dengan kegiatannya saat ini.
"Ka - kak, kak Karen hhff hff" kata siswi itu masih dengan nafas yang tersengal-sengal
"Tenang dulu, tarik nafas dulu" kata Karen ramah. Siswi itu menurut. Menarik dan membuang nafasnya
"Sekarang cerita ada apa?" Tanya Karen
"Itu kak, itu. Ratih. Di siram jus jeruk sama kak Lizi" Karen melotot kaget, bagaimana bisa.
"Kok bisa" kata Karen
"Tadi Ratih gak sengaka nabrak kak Lizi pas bawa minum. Terus kena jaketnya kak Lizi. Terus sisa minumnya disiram ke Ratih. Padahal minumnya masih banyak" jelas siswi itu panjang lebar. Karen geleng-geleng tidak percaya. Tingak Lizi sudah dilurab batas. Menyiram adik kelas di depan umum.
"Nama kamu siapa?"
"Vivi kak" Karen mengangguk
"Oke Vivi, kamu ikut saya" Karen segera pergi dari sana. Bahkan dia saja lupa tidak memakai sepatunya sekarang
***********
Disana. Ditengah kerumunan banyak orang. Seorang siswi tengah menunduk dengan bahu bergetar. Takut. Itu kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana perasaan siswi yang bernama Ratih itu sekarang.
"Makannya, kalo jalan jangan meleng dong. Kalo ga bisa jalan ga usah jalan" teriak Lizi ditengah-tengah kerumunan. Sedangkan Ratih. Siswi yang dihakimi menunduk takut
"Iya kak, maaf. Tadi saya buru-buru"
Lizi menatap tajam ke arah Ratih. Lalu dia maju selangkah. Semua anak melotot kaget saat Lizi menjambak rambut Ratih. Sedangkan Ratih hanya meringis sakit dengan wajah yang sudah merah dengan pipi yang basah disana.
"Kalo ngomong liat matanya. Gak liat, gara-gara ulah lo, jaket gue basah. Bisa ganti lo?"
Ratih sudah tidak bisa bicara. Suaranya tercekat. Dia tidak bisa menjawab apa-apa.
"LIZI LO GILA" teriak Karen yang datang membelah kerumunan, sambil menyentak tangan Lizi yang menjambak rambut Ratih.
Lizi kini menatap Karen. Kemudian terkekeh.
"Oh mau jadi pahlawan kesiangan dia?"
Karen tidak menanggapi ucapan Lizi. Lalu dia menarik Ratih untuk berlindung dibelakang nya. Lizi tengah menatap bengis ke arah Karen.
"Lo tu apa-apaan si? Ga bisa ya ngomong baik-baik?" Kata Karen dengan tatapan dinginnya.
"Baik-baik lo bilang? Dia udah numpahin minuman di jaket mahal gue, masih bisa ngomong baik-baik?" Kata lizi dengan bengis, menatap Karen dengan tatapan mata yang tajam.
Karen melirik jaket yang dikenakan Lizi saat ini. Denim jacket, dari Zara. Harganya 999.900 atau satu juta. Karen tau, Karen Pernah membeli jaket itu. Tapi sekarang sudah hilang entah kemana.
"Terus mau lo apa? Kotor se gini doang juga bisa di cuci. Jangan kayak anak kecil, dikit-dikit bully, dikit-dikit ngadu. Udah SMA tapi perilaku kayak anak SD. Bahkan lo kalah sama anak SD" Lizi mendelik kaget, di geram mendengar ocehan Karen yang baru saja menghina dirinya. Lizi tidak terima, lalu mengambil gelas asal dari atas meja. Lalu menyiramnya ke seragam milik Karen. Alhasil sekarang, seragam Karen kotor dengan air yang baru saja di siram oleh lizi. Bisa dilihat baju seragam karen yang. Berwarna biru laut kini berubah jadi setengah merah. Diduga itu adalah jus jambu.
Semua orang disana melotot kaget, bahkan disana juga ada Dina, Wulan, Jena. Dan bahkan Galva juga memperhatikan dari jauh.
Karen menggeram marah, lalu mengambil gelas entah milik siapa berwarna hijau. Lalu menyiram ke jaket Lizi.
Lizi kaget setengah mati. Bahkan semua orang disana juga kaget, Galva pun juga ikut kaget. Dia tidak menyangka Karen seberani itu.
"Loo.... Lo berani-beraninya? Lo belum tau siapa gue?" Kata lizi sambil menunjuk Karen dengan telunjuknya.
"Apa? Gue tau siapa lo. Putri bapak Soni Saputra, kepala dinas pendidikan. Dan Ibu Arini Saputra kepala dinas pertanian." Lizi berjengit kaget, bagaimana bisa Karen tau
"Lo pikir gue takut. Kalo mau laporin laporin aja. Apa perlu juga gue sebutin siapa orang tua gue?"
Karen menghela nafasnya saat amarahnya tiba-tiba ingin meledak
"Denger ya, Lizi fareshka. Kalo ada masalah kecil nggak usah di besar-besar in. Kalo punya masalah ga usah bawa-bawa orang tua. Masalah, masalah lo sendiri. Jangan sembunyi di belakang nama orang tua. Gue nggak takut siapapun lo. Bahkan lo anak presiden pun gue nggak takut kalo emang lo salah" kata Karen penuh penekanan. Lizi tidak terima.
Lizi sudah melayangkan tangannya hendak menampar pipi putih Karen. Semua tentu saja kaget, bahkan Galva sudah berdiri dan bersiap berlari. Tapi kalah cepat, Karen lebih dulu menangkap nya, dan memelintir nya. Membuat lizi merintih kesakitan.
Giliran Karen yang melayangkan tangannya hendak menampar Lizi. Semua orang disana kaget, termasuk Galva dan teman-temannya.
Tapi Karen tidak jadi menampar Lizi. Tapi berkata yang membuat semua orang kagum dengan sosok Karen disana.
"Membalas kekerasan dengan kekerasan. Itu bukan diriku" setelah mengatakan itu Karen melepaskan Lizi dan berlalu dari sana. Karen menarik tangan Ratih.
Lizi masih tidak percaya dengan yang terjadi barusan. Bukan cuma Lizi, bahkan teman-temannya pun juga tidak percaya. Saat Lizi masih sibuk dengan fikirannya. Galva dan teman-temannya lewat. Lizi menoleh lalu memanggil Galva.
"Galva" tapi galva tetap berjalan lurus tidak peduli akan teriakan lizi.
Hanya tama yang berhenti, lalu mengahdap ke arah Lizi
"Kalo lo niat balas dendam ke Karen mending pikir-pikir deh. Perangai nya kuat. Ga ada yang bisa asal lo tau" kata Tama, lalu melenggang pergi untuk mengikuti Galva dan lainnya yang sudah lebih dulu. Meninggalkan Lizi yang menyimpan banyak pertanyaan di benaknya.
Dia ingin mencari tau, siapa Karen sebenarnya. Bagaimana bisa dia seberani itu dengannya.
"Der, Cari tau siapa Karen, dan kita lakukan rencananya"
Miarusda
12 Februari 2018
Karenia Miranda Jasmin
Lizi fareshka