SeSum - Selasa Mesum

By PseuCom

512K 1.7K 48

Kompilasi cerita Mesum untuk yang berumur 21++ Makasih banget buat yang dengan setia dan sabar menunggu hingg... More

06 Februari 2018
Duo Polisi Mesum
Dendam Duda Uchiha
Gong Yoo X Taehyung
Polisi Sesat
Budak Seks
Daddy's Baby
The Prisoner
13 Februari 2018
Manekin
Selingkuh
Crazy Woman
Just One Night
Tamagoyaki
Laptop Om
Fool
Spy-C3M3N
20 Februari 2018
Mission Accomplished
Recruitment
Longdown's Story
Serigala Berbulu Kelinci
Russian Spy
Perang Gank
Pelir dan Mr Angry Bird, selamanya.
RUN
Diteror, siapa?
Beringin Keramat
Swafoto Penyelamat Hidup
Balas Dendam Hantu
Hantu Viagra
Berak ZigZag. pfft!

Labirin Maut

47.1K 110 0
By PseuCom

Sesum by Your Majesty Lord Luxiufer HyungNim Sama

***

Lari.

Lari.

Lari.

Hanya kata itu yang ada di kepalanya.

Tak peduli betapa kakinya lelah dan perih oleh goresan semak berduri, tak peduli paru-parunya sakit karena dipaksa bernapas kencang melebihi kapasitas normal.

Lari.

Lari.

Lari.

Naluri alami sebagai buruan yang sedang diincar pemangsa terus mendera kakinya untuk terus bergerak.

Labirin tiada akhir ini tak akan menjadi kuburannya. Tidak. Dia tak akan pernah membiarkannya. Sesulit apa pun, dia harus bertahan hidup. Dia sudah berjanji pada kekasihnya. Dia pasti pulang. Pasti.

Setitik cahaya terlihat.

Akhirnya!

Ujung dari labirin!

Bruk!

Di pintu keluar labirin, sesosok tubuh menjulang tegak, menghalangi laju menuju kebebasan.

Tawa teredam di balik topeng gorila seolah mengejeknya.

"Menyerah sajalah, kamu hanya membuang-buang tenagamu dengan berputar-putar di dalam labirin ini. Yah, waktuku juga terbuang sia-sia."

Suara rendah serak. Sekilas terdengar familier, entah di mana dia pernah mendengarnya.

Mencoba mengulur waktu untuk mengumpulkan sedikit tenaga, bertanya dengan napas terengah, "A-apa maumu? Kenapa kamu memburuku?"

Lagi-lagi suara kekehan teredam di balik topeng.

"Kau sungguh tak ingat padaku? Wah, wah, wah ...," tertawa kecil, tangannya terangkat ke kepala, memegangi topengnya, "kau sungguh pria yang dingin. Sayangnya, aku terlalu terobsesi padamu."

Menelan ludah, tangannya meraba-raba permukaan tanah, mencari-cari apa pun yang bisa dijadikan senjata, paling tidak bisa memberi perlawanan.

Dapat!

Batu yang pas di genggaman, sedikit tajam. Walau tidak bisa membunuh, membuatnya terluka sudah lumayan.

Sengaja berlambat-lambat, pria bertopeng gorila menatap puas ke mangsanya yang sudah terlihat pasrah.

Dari balik topeng, matanya nyalang menjelajahi kulit mulus yang mengintip dari balik kemeja yang berantakan. Sebentar lagi pria yang tak pernah menundukkan kepala ini akan menjadi miliknya. Tubuh molek yang sudah lama diimpikannya akan bergetar di bawah himpitannya. Bibir yang tak pernah mengukir senyum akan mendesah penuh kenikmatan.

Ahhh, hanya membayangkannya saja sudah membuat kejantannya bereaksi, menggeliat tak sabar di balik celananya.

Sabarlah, sebentar lagi si pangeran es ini akan menjadi milik kita sepenuhnya.

Senyum samar terukir, mengulang kata bagai mantra untuk menenangkan dada yang bergemuruh tak sabar.

Dari kejauhan, samar-samar mengalun lagu Jaran Goyang, membuat si pemuda yang terduduk di tanah kian tak tenang.

Terakhir kali dia mendengar lagu itu, saat mengungkap kasus perkosaan yang dialami pria muda belia, diberi kode : Ranjang Ternoda. Kasus yang hingga hari ini belum terungkap. Entah siapa manusia sakit jiwa yang mendatangi rumah korban, memutar lagu Jaran Goyang, memerkosa hingga mereka mengalami trauma lahir batin.

"Tuan Detektif, pertama kali aku melihatmu, aku sudah terus membayangkan bagaimana rasanya menggoyang tubuh mulus mungilmu."

Detektif muda membeliakkan mata. Ingatannya berkelebat, menampilkan sosok yang selalu muncul di alam tak sadarnya.

Allan.

Saksi yang pertama kali melaporkan kasus itu.

Sejak awal dia sudah mencurigai pria terhormat yang selalu menatapnya dengan aneh itu, tapi posisi Allan sebagai Kepala Penyelidik dari pusat membuat semua kecurigaannya berakhir sebagai bahan olokan.

Bukti dan saksi juga tak mendukung kecurigaan, hanya intuisi yang menjerit tak percaya.

"Oh? Sepertinya kamu sudah menyadari siapa aku? Baguslah, aku tak perlu lagi berbasa-basi. Mari kita nikmati malam panjang di bawah taburan bintang ini, Nick Handerson."

Topeng dilepas dalam sekali tarikan, memperlihatkan wajah tampan dengan mata hitam eksotis.

Allan Goldiar.

Tanpa memberi celah, sekonyong-konyong diterkamnya detektif muda yang sudah lama diinginkannya. Tangannya bergerak tak sabar menyentuh bagian paling sensitif di antara paha si pria muda.

Hantaman keras di pelipisnya membuat gerakan liar terhenti, darah segar hangat mengucur deras dari pelipis yang terluka. Tangannya diangkat, menyentuh darah seolah tak percaya, detik berikutnya, serangan ke-2 datang, kembali menghantam tempat yang sama, membuatnya meringis, tapi tak berhasil membuatnya bergeming dari atas tubuh.

"Kau ingin bermain kasar rupanya."

Kata yang diucapkan masih melayang di udara malam, mulut yang mengucap sudah mendarat di bibir pria yang dihimpitnya, mengigit kasar bibir kenyal, sementara tangan yang tadi menggerayangi kini menahan tangan yang tadi menghantamnya.

Tangan boleh ditahan, kaki masih bebas. Nick tak akan menyerah begitu saja. Tubuhnya lentur berkat latihan khusus, mengangkat kaki hingga menghantam kepala penjahat bertopeng pria terhormat ini bukan masalah sulit baginya.

Sepatu keras menghantam kepala, sesabar-sabarnya seorang pendeta, tetap saja ada batasannya.

Tangan kokoh mengepal, mendarat keras di rahang kiri.

"Aku sebenarnya tak ingin melukai wajah cantikmu, tapi kau yang memintanya."

Tak berhenti sampai di sana, tangan yang baru saja meninju wajah cantik bergerak cepat ke area selangkangan, meremas kasar bagian yang menjadi kelemahan tiap pria.

Tidak butuh waktu lama, sekian detik sudah lebih dari cukup untuk membuat Nick lemas kehabisan tenaga, menahan sakit remasan.

"Nah, begini lebih baik bukan?" Lawan sudah lemas, waktunya menikmati hasil buruan.

Suara robekan kain mengisi udara, di atas tanah dingin berembun, tubuh putih tergolek pasrah, hati melawan, apa daya tenaga sudah terkuras.

Bibirnya digigit kuat-kuat, menahan suara pekikan agar tak terlepas saat gigi tajam menggigit gemas putingnya secara bergantian. Leher hingga dada sudah dipenuhi bercak merah, bagai kelopak mawar merah di atas kain putih, bertebaran tak teratur.

Kejantanan yang dari tadi diremas, sakitnya tak lagi bisa diuraikan lewat kalimat atau rintihan, ditambah jari kasar yang menyodok lubang analnya, membuatnya hanya bisa menggeliat menahan sakit.

"Keluarkan suaramu, aku ingin mendengarnya."

CUIH!

Siapa yang sudi menyenangkan pria jahanam yang menggagahinya ini.

Air ludah bercampur darah mendarat di wajah yang menyeringai senang.

"Kau sudah tak sabar rupanya, hehehehe ... bersabarlah, pasti akan segera kau dapatkan," desisnya di antara kekehan menjijikkan.

"Ugh!" Sekuat tenaga bertahan, lenguhan tertahan tak kuasa dicegahnya saat merasakan benda tumpul keras dan panas menerobos paksa lubang yang selama ini hanya pernah dijamah oleh milik kekasihnya.

"Nah, seperti itu, ekspresi yang bagus ...."

Deru napas dan lenguhan, suara kecipak lidah yang memasuki mulut yang megap-megap meraih udara, tubuh terhentak seirama hujaman, darah segar mengalir dari kulit yang terobek tragis, mata membeliak meneriakkan sakit tanpa kata.

Pelan tapi pasti, kegelapan mulai melingkupi. Kesadaran makin menipis seiring hilangnya rasa di bagian belakang.

Dengusan napas memburu  dan semburan cairan panas, napas Nick terputus di saat bersamaan dengan suara derak tulang patah.

Di puncak kenikmatan, Allan menekan leher jenjang itu terlalu kuat.

-Selesai-

Continue Reading

You'll Also Like

10.8M 838K 64
[CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD (DI AKUN INI), SELAIN ITU PASTI PLAGIAT] seperti apa jadinya jika seorang CEO mesum menikah dengan seorang gadis SMA...
10.6M 185K 51
WARNING 21+ Nira memiliki sebuah rahasia masa lalu yang selalu ditutup dengan rapat. Hingga tiba-tiba hadir seseorang yang secara ajaib mengetahui s...