Cast : Cho Kyuhyun
Lee Bo Na
Kang Min Hyuk
Genre : Romance, Married Life
Prolog
Lee Bo Na
Aku masih tidak dapat berfikir jernih. Pria yang sangat kusukai, akan menjadi suamiku. Suami? Tolong ambil gelas kaca dan pecahkan di kepalaku. Secepatnya aku ingin bangun dari khayalanku. Aku tidak bisa bilang aku membenci wasiat appa. Aku menyukainya. Tapi, aku membenci alasan Kyuhyun untuk menikahiku. Aku tidak dapat menolaknya, itupun kesalahanku. Karena, aku menyukainya.
Cho Kyuhyun
Aku sengaja mengucapkan kata-kata kasar untuk Bo Na. Aku mengucapkannya agar dia memiliki alasan untuk menolak wasiat appanya. Dia tidak perlu menikahiku. Dan aku tidak perlu rumah sakit appanya. Aku yakin dengan diriku sendiri. Aku pasti bisa menjadi dokter hebat nantinya, bahkan tanpa rumah sakit appanya. Tapi, lagi-lagi aku menganggukkan kepalaku dengan bodonya, saat Omma dengan lembut memintaku menikahinya. Kepala sialan ini mengangguk. Dan aku tidak tau mengapa, kepala sialan ini mengangguk hanya karena melihat isakannya. Karena, dia menangis.
At Lee Bo Na House
Lee Bo Na
Ini adalah hari terakhir aku menjadi Lee Bo Na. Besok, aku bukan lagi Lee Bo Na. Mulai besok aku adalah istri seseorang. Persiapan pernikahanku dan Kyuhyun berjalan baik. Tuan dan nyonya Cho mempersiapkannya dengan sangat rapi.
Semuanya direncanakan mereka dengan sangat teliti. Mulai dari gedung, pakaian, dan bahkan cincin pernikahan. Aku dan Kyuhyun hanya mengikuti rencana mereka. Jangan berfikir aku dan Kyuhyun semakin dekat karena persiapan pernikahan. Itu tidak benar. Kami bahkan belum pernah bertemu, semenjak makan malam terakhir di rumahnya. Kyuhyun tidak datang lagi ke perpustakaan. Dan akupun berusaha tidak mencarinya.
"Agassi, kau sudah bangun? Di bawah tuan muda Minhyuk menunggumu."
Suara bibi Han membuyarkan lamunanku. Dia berdiri di depan pintu kamarku dan menatapku khawatir. Ya, semenjak rencana pernikahanku, bibi Han yang sudah seperti ibuku sendiri ini sangat menkhawatirkanku.
Aku hanya tersenyum padanya dan mengganggukkan kepalaku. Aku turun ke lantai bawah untuk menemui Minhyuk. Beberapa hari ini, Minhyuk selalu menemaniku. Dia mendengar ceritaku, dan dia juga sangat menkhawatirkanku. Sesaat aku melihatnya, aku berjalan ke arahnya dan memeluknya. Aku memeluknya erat dan mengeluarkan semua ketakutanku karena pernikahanku.
"Lee Bon, ayo keluar! Setelah hari ini, aku tidak akan bisa bebas pergi bersamamu. Ayo kita habiskan hari ini dengan bersenang-senang."
Minhyuk menatapku dengan tatapan teduhnya. Dia mengusap pipiku dan memegang tanganku. Minhyuk benar. Ini hari terakhir aku bisa bermain dengannya. Malam nanti, aku akan memasuki rumah keluarga Cho untuk persiapan pernikahan esok hari. Aku juga ingin bersenang-senang.
"Minhyuk-a" aku memanggil namanya sendu. Menatapnya dengan wajah memerah ku. Dia tersenyum padaku dan memelukku singkat.
"Bersiap-siaplah. Hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan." Ujarnya mengacak-acak rambutku.
Setelah bersiap-siap, aku pergi menghabiskan hari dengan sahabat terbaikku. Aku ingin menghabiskan hari terakhirku menjadi Lee Bo Na dengannya. Minhyuk memegang tanganku dengan erat. Aku bisa merasakan kegelisahan dari genggamannya.
"Aku akan mengenggam tanganmu seharian. Karena, sebentar lagi aku tidak akan bisa melakukannya. Dari dulu, hanya aku yang bisa memegang tanganmu seperti ini, sehingga banyak orang yang iri denganku. Rasanya sebentar lagi aku juga akan sama seperti orang-orang itu, karena aku tidak bisa lagi menggenggam tanganmu lagi."
Minhyuk mengangkat genggaman tangannya dan tersenyum kecil. Tapi aku tahu, dia sangat gelisah. Aku bisa membaca matanya.
Kami berjalan kecil menyusuri taman kota tempat kami sering bermain. Dulu, setiap kali ada laki-laki yang mendekatiku, aku pasti memberitahu Minhyuk, dan Minhyuk akan selalu di depanku mengenggam tanganku dan mengatakan dia adalah pacarku. Begitupun jika ada perempuan yang menyukai Minhyuk. Kami adalah sahabat terbaik yang tidak ingin berbagi kedekatan kami pada orang lain. Aku mengerti Minhyuk dan dia mengerti aku. Lelah berjalan, kami duduk di salah satu bangku taman, dan menatap lurus ke arah taman. Walau tidak berbicara, deru nafas kami seolah berbicara dan mengerti isi hati masing-masing.
"Lee Bo Na. Beritahu aku kalau dia menyakitimu. Beritahu aku kalau dia membuatmu menangis. Jangan menyimpan perasaanmu sendiri."
Minhyuk memulai pembicaraan dengan suara khawatirnya. Dan dia memanggilku Lee Bo Na. Ini pertama kalinya. Dia tidak pernah memanggilku seperti ini sebelumnya. Aku mengerti, dia sangat serius saat ini.
"Kang Min Hyuk. Jangan menjauh dariku. Tetap lah menjadi Kang Min kesukaan ku. Kang Min yang mengerti aku. Hari ini, besok, dan selamanya aku adalah Lee Bon. Jangan memusuhiku."
Ujarku menatapnya dengan suara bergetar. Sama seperti dia memanggilku Lee Bon. Akupun sebenarnya suka memanggilnya Kang Min.
"Baiklah. Lee Bon, kau harus berjanji untuk berbagi perasaan padaku. Ok!"
"Baiklah..." Kami tertawa bersama. Tapi tawa yang berbeda. Tawa yang penuh kekhawatiran. Saat ini, tangan yang mengenggam tanganku ini, sedang gelisah. Wajahnya sangat menkhawatirkanku.
Aku hanya bisa berjanji untuknya dalam hatiku,
"Kang Min, maaf untuk semua yang kulakukan padamu selama ini. Kang Min, terimakasih menjadi sahabatku selama ini. Selamanya kau adalah Kang Min-ku. Jangan mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja, asal kau menghantarkan aku dengan senyummu."
Kang Min Hyuk mengantarkanku pulang ke rumah. Sesampainya disana, aku melihat mobil asing tengah parkir di depan rumahku. Aku dan Minhyuk berpandangan dan turun dari mobil secepatnya. Saat kami di ruang tengah, aku melihat koperku telah terkumpul dan semua tasku pun sudah terkumpul disana. Aku juga melihat Kyuhyun yang menatapku dingin.
"Apa kau lupa kalau malam ini kau harus ke rumahku?"
Kyuhyun dengan suara dinginnya menatapku tajam.
"Aku tahu, tapi aku sudah menelfon Cho ahjussi tadi pagi dan mengatakan aku akan sedikit terlambat."
Ujarku berlahan. Tatapannya mengintimidasi dan membuat suaraku sedikit bergetar. Aku rasa Minhyuk menyadari perubahan suaraku. Dia kembali mengenggam tanganku, berusaha mengurangi rasa takutku. Aku bisa melihat tatapan kosong Kyuhyun melihat genggaman erat Minhyuk di tanganku.
"Jangan memarahinya. Dia hanya ingin bersenang-senang sebentar, sebelum menikah. Aku yang mengajaknya pergi." Minhyuk mencoba membelaku dengan suara tegas miliknya. Sama seperti setiap saat ada pria yang mendekatiku, suara tegas Minhyuk ini membuat banyak orang sukses membuat pria-pria menjauhiku.
"Aku tidak ingin tahu, apa yang kalian lakukan. Cepat bawa barang-barangnya ke mobil. Appa sudah menunggu."
Kyuhyun hanya menjawab dingin Minhyuk. Biasanya pria-pria akan sedikit terintimidasi oleh Minhyuk. Tapi tidak dengan Kyuhyun. Kyuhyun masih dengan dinginnya, berjalan melalui kami berdua. Dia masuk ke mobilnya, membiarkan pintu bagasinya terbuka, untuk memasukkan koper dan tasku. Aku dibantu bibi Han, dan Minhyuk memasukkan koper dan tasku. Bibi Han tidak berhenti menangis melihatku.
"Ahjumma, aku hanya pergi sebentar. Jangan menangisiku. Sesekali aku akan pulang ke rumah."
Ujarku menenangkannya. Aku menyayangi wanita paruh baya di hadapanku ini dengan tulus. Wanita yang merawatnya sejak ibuku meninggal.
"Kang Min. Aku pergi." Ucapku tersenyum dan menatap Minhyuk. Minhyuk menatapku dan mengelus lembut rambutku.
"Telfon aku kalau kau tidak bisa tidur. Aku akan menyanyikan lagu kesukaanmu."
Aku hanya bisa mengangguk oleh ucapannya. Akupun masuk ke mobil Kyuhyun, dan kami pergi dari pekarangan rumahku menuju rumahnya.
Cho Kyuhyun
Aku sedikit bingung dengan appa yang memintaku untuk menjemput Bo Na. Dia bisa saja meminta supir untuk menjemput gadis itu. Kenapa mesti aku? Aku akan ujian mid test Minggu depan. Persiapan pernikahan yang dilakukan appa dan Omma membuatku gerah berada di rumah. Setiap saat, setiap detik mereka membicarakan hal yang sama. Itu seperti menusuk telingaku dan membuat konsentrasiku buyar.
Dengan girangnya, Omma menghias salah satu kamar kakakku yang sudah berumah tangga, dan tinggal di luar negri menjadi kamar seorang tuan putri. Ya, kamar buat Lee Bo Na. Kamar si pengacau itu. Kami memang menikah. Tapi kami tidak berbagi kamar yang sama, setidaknya Sampai kami lulus kuliah. Omma, takut jika aku bertindak aneh pada si pengacau itu selama masih kuliah. Omma benar-benar berfikir sejauh itu. Aku hanya bersyukur, dengan fikiran ommaku. Tapi, walaupun ommaku tidak berfikir begitu, dan walaupun kami berbagi kamar yang sama, itu tidak akan berbeda buatku. Aku tidak mungkin melakukan apapun untuknya. Karena, aku bahkan malas untuk melihatnya. Tapi, aku sangat bersyukur dengan fikiran polos Ommaku ini.
Aku sudah menunggunya lebih dari 2 jam. Asisten rumah tangganya sudah menyiapkan semua keperluannya untuk tinggal di rumahku. Han ahjumma memberitahuku, kalau si pengacau itu pergi dengan temannya, dan itu membuatku sedikit kesal. Bagaimana bisa dia berjalan-jalan dengan temannya, saat ini. Harusnya dia berdiam diri saja dikamarnya sampai aku menjemputnya. Aku menatap setiap sudut rumah ini. Aku melihat foto-foto Lee Bo Na. Fotonya bersama Professor Lee, fotonya bersama pria aneh yang pernah kulihat mengacak-acak rambutnya. Tapi, aku tidak melihat foto masa kecil Lee Bo Na. Cukup aneh memang. Tapi, aku tidak menghiraukannya.
Aku mendengar suara mesin mobil berhenti di depan rumah. Aku yakin itu adalah si pengacau Lee Bo Na. Aku melihat langkah kecilnya memasuki rumahnya. Dan seseorang berjalan di sampingnya. Ya, dia orang yang sama dengan yang kulihat beberapa hari lalu, yang mengacak rambut Lee Bo Na, yang memeluk bahunya di pemakaman, dan yang ada di barisan foto ruang tengah rumah Lee Bo Na.
Aku hanya menatapnya dingin. Jadi orang ini adalah temannya? Aku berbicara sedikit tajam pada pengacau itu, dan dibalas sedikit lebih tajam oleh temannya. Wow, Lee Bo na, dia memiliki teman seperti ini rupanya. Aku melihat sekilas tangannya yang menggenggam erat tangan Lee Bo Na. Aku seperti kembali merasakan tangan dingin Lee Bo Na di tanganku. Tapi aku tidak merasakan apapun selain itu. Aku hanya berjalan melalui mereka, dan meminta mereka memasukkan tas dan koper Lee Bo Na ke mobilku.
"Appa dan Omma sudah menyiapkan semuanya. Mereka bahkan menyiapkan kamar buatmu. Jangan memikirkan apapun. Kau hanya cukup beristirahat."
Aku mengucapkan kalimat bodoh itu sesaat Lee Bo Na masuk ke mobilku. Sejujurnya, aku mendengar saat temanya berkata akan menyanyikan lagu untuknya, kalau dia tidak bisa tidur.
"Aku tahu. Terima kasih."
Lee Bo Na menjawab ku dengan suara bergetarnya. Dia melihat keluar jendela, seolah mengabaikan ku. Akupun tidak tau apa yang harus kuucapkan padanya. Jadi, akupun mengabaikannya.
Sesampainya kami di rumah, appa dan Omma menyambut kami. 2 orang asisten rumah tanggaku membawa tas dan koper Bo Na, dan mengantarnya ke kamar Bo Na. Bisa kulihat raut wajah gugup Lee Bo Na. Mungkin ini pertama kalinya, dia akan tinggal di rumah orang lain. Dalam sekejap, kehidupan nya akan berubah. Pasti itu membuatnya gugup. Ini adalah tempat yang asing buatnya. Aku bisa maklum itu. Setelah berbincang sebentar dengan appa dan Omma, appa memintaku mengantar Bo Na ke kamarnya. Dengan sedikit kesal, aku mengantar Bo Na ke kamarnya, yang letaknya tepat di hadapan kamarku.
"Ini kamarmu. Masuk, dan beristirahatlah. Jangan mengangguku jika kau butuh sesuatu. Kamarku memang tepat di hadapan kamarmu, tapi kuminta jangan mengangguku. Kau bisa meminta Omma, atau Jung ahjumma untuk membantumu." Aku mengatakan perasaanku yang sesungguhnya. Aku memang tidak suka diganggu. Jadi, aku memperingatkannya terlebih dahulu.
Dia hanya menganggukkan kepalanya tanpa menatapku. Dia sibuk menatap kamar yang mulai hari ini menjadi kamarnya. Kamar yang di desain dengan warna paduan pink dan ungu muda, dan ranjang ukuran Queen size di tengah nya. Ya, cukup menarik memang.
Aku meninggalkannya di kamarnya, dan aku menuju kamarku. Aku tidak henti-hentinya menghela nafas panjang, mengingat hari esok. Hari keramat. Hari yang paling ingin kuhindari. Sebenarnya aku sedikit bingung. Jika aku mengingat aku harus menikah dengannya, perasaan kesal dan marah mendidih di otakku. Aku ingin menerkam apa saja yang ada di hadapanku. Tapi, jika aku mengingat nama Lee Bon. Nama itu seolah menjadi oase di Padang gurun buatku. Hanya karena nama itu. Lee Bon. Mempengaruhi ku. Hanya namanya. Beruntunglah gadis pengacau itu memiliki nama Lee Bon. Karena kalau tidak, aku mungkin sudah melarikan diri dari pernikahan ini.
Author
Hari yang ditunggu keluarga Cho akhirnya datang. Hari pernikahan Kyuhyun dan Bo Na. Sebenarnya, pernikahan ini agak sedikit private, karena usia Kyuhyun dan Bo Na yang tergolong muda. Mereka tetap saja masih remaja berusia 21 tahun. Masih kuliah. Dan itu bisa saja menghalangi masa remaja mereka nantinya. Hanya sedikit orang yang tahu. Bahkan, hanya petinggi rumah sakit Seoul saja yang tahu. Pernikahan sederhana yang hanya akan dilaksanakan di Gereja. Tanpa resepsi pernikahan.
Rencananya, mereka akan mengadakan resepsi pernikahan dan pengumuman pernikahan setelah Cho Kyuhyun menjadi dokter. Hal ini tentu saja disambut baik oleh Kyuhyun dan Bo Na. Bagaimanapun, mereka masih berusia 21 tahun. Masih terlalu dini untuk menjadi sepasang suami istri di kampus yang sama.
Bo Na dengan wajah gugupnya terlihat sangat cantik. Dengan gaun putih gadingnya dan pakaian pengantin yang sangat cocok di tubuhnya, menampilkan tubuh rampingnya. Siapa yang tidak terpesona melihat aura kecantikannya. Bo Na terus saja mengusap tangannya karena gugup. Dia tidak bisa bernafas lega.
Berbeda dengan Cho Kyuhyun. Wajah dinginnya tidak menunjukkan kegugupan di hari pernikahannya. Dia dengan santainya dengan pakaian pernikahannya masih saja membaca buku kedokterannya di ruang tunggu. Kyuhyun bisa mendengar pintu ruang tunggunya terbuka. Seorang pria yang dengan tatapan tajamnya datang menghampiri Kyuhyun.
"Bo Na, adalah gadis yang manja. Tapi dia juga gadis yang mandiri. Itu tergantung dia berada di mana. Terkadang dia manja dan terkadang dia mandiri. Kau yang menentukan sifat Bo Na yang mana yang mau kau lihat. Bo Na, tidak bisa memakan makanan laut. Dia alergi. Bo Na tidak bisa tidur tanpa musik klasik dan dia takut suara hujan yang keras. Kuharap kau mengingatnya. Biasanya, Lee ahjussi yang melakukan semuanya untuk Bo Na. Kali ini, kau yang akan melakukannya. Jangan menyakitinya, aku memperingatkanmu." Kang Min Hyuk datang menemui Kyuhyun di ruang tunggu. Cho Kyuhyun yang menunjukkan wajah kesalnya menatap dingin kang Minhyuk.
"Jangan mengancam ku. Aku tidak terpengaruh. Aku hanya menikahinya. Tidak yang lain. Menikah dengannya tidak membuatku harus memahaminya. Aku memiliki banyak hal yang harus ku kerjakan. Lee Bo Na? Jangan membuatku tertawa. Tanpa akupun, appa dan ommaku akan mengurusnya. Jangan berharap banyak pada ku."
Kyuhyun menatap tajam Kang Minhyuk, yang membuat Minhyuk sedikit terkejut. Minhyuk hanya berlalu kembali ke Gereja sebelum dia mendengar omongan Kyuhyun yang akan membuatnya bisa memukul wajah tampan kesayangan Bo Na.
Cho Kyuhyun memasuki Gereja untuk memulai ibadah pernikahan. Tidak berapa lama, Lee Bo Na memasuki Gereja. Untuk sepersekian detik, Kyuhyun menatap Lee Bo Na sebagai orang lain. Untuk sepersekian detik dia menatap Lee Bo Na sebagai anak kecil yang dulu selalu bermain dengannya, menggunakan baju pengantin dan menjadi pengantin kecilnya. Anak kecil yang selalu datang ke mimpinya. Semakin Lee Bo Na mendekatinya, dia semakin tersadar dari mimpinya. Kalau gadis yang ada di hadapannya bukan gadis yang sama dengan pengantin kecilnya dulu. Ini adalah Lee Bo Na. Bukan gadis kecil yang selalu berkeliling di mimpinya. Saat Lee Bo Na tepat di hadapannya. Saat tuan Cho memberikan tangan Lee Bo Na pada Kyuhyun, Kyuhyun kembali ke kesadaran penuhnya. Lee Bo Na, gadis penganggu yang memiliki tangan yang dingin. Sebentar lagi akan menjadi istrinya.
To be continued