Dark and Light (Wattys 2016 W...

By Mandascribes

562K 40.2K 2.4K

Pemenang Wattys Award 2016 @WattysID kategori Cerita Unik / Trailblazers. ROMANCE - FANTASY - ACTION - ADVE... More

Pengumuman Repost
Copyright
TRAILER
Prolog
Chapter 1 - The Witch
Chapter 2 - Fear of The Darkness
Chapter 3 - A Better Place
Chapter 4 - The Dark Castle
Chapter 5 - The Past
Chapter 7 - This Is Only The Beginning Of The Story
Chapter 8 - The Hellbender
Chapter 9 - Protection
Chapter 10 - (Not) a Date
Chapter 11 - Awesome Day
Chapter 12 - Fighter
Chapter 13 - The Vampire
Chapter 14 - Blood, Love, and Dust
Chapter 15 - Dance with The Prince
Chapter 16 - The Elf
Chapter 17 - Dreams
Chapter 18 - Strength
Chapter 19 - Departure
Chapter 20 - Pain
Chapter 21 - Thrill
Chapter 22 - War (1)
Chapter 23 - War (2)
Chapter 24 - War (3)
Chapter 25 - Sleeping Beauty
Chapter 26 - Gone With You
Chapter 27 - It's Not Over
Chapter 28 - Anxious
Chapter 29 - Against The Undead
Chapter 30 - Immortal
Chapter 31 - Revived
Chapter 32 - The Princess's Despair
Chapter 33 - The Prince's Despair
Chapter 34 - Opposites Always Attract
Chapter 35 - Anywhere I Would've Followed You
Chapter 36 - Rhapsodies of Dark and Light
Chapter 37 - Rescue Mission
Chapter 38 - The Missing Hellfairy
Chapter 39 - Where The Secret Lies
Chapter 40 - Goodbye
Epilog
Support Mandascribes!

Chapter 6 - Change

11.6K 1K 38
By Mandascribes

Pangeran masih memandangku anteng. Matanya menyorotku penuh teliti. Ia terlihat santai bahkan saat aku membelalakkan mataku karena tampangnya, dan karena matanya. Angin berhembus lagi, meniupkan aura lembut pada kami berdua, walaupun aku sama sekali tidak bisa tenang.

Aku memperhatikan Pangeran yang membiarkan rambutnya tertiup angin. Jubahnya yang ia singkirkan ke belakang, menunjukkan baju bangsawannya yang indah. Ia menggunakan baju hitam mengkilat, sabuk di pinggangnya mengangkut pedang panjang hingga nyaris menyentuh sepatunya. Celananya hitam tebal dan ia menggunakan sepatu buts yang dihiasi ukiran keperakan mengkilat. Dialah Pangeran Kegelapan. Sungguh, aku bisa berlama-lama mengamati semua tentangnya. Tapi, mata itu. Aku kembali melihat matanya. Mengapa matanya merah?

"Aku seorang Double Gene," terang Pangeran. "Aku seorang penyihir dan seorang vampir. Kau pasti asing dengan istilah itu."

Aku masih menatapnya heran. "Tetapi... Putri Stella bukan double gene." Aku tidak tahu harus mengutarakan kebingunganku dengan mengatakan apa. Jika Pangeran seorang vampir sekaligus seorang penyihir, mengapa Putri tidak? Aku juga baru tahu kalau makhluk dapat menciptakan spesies campuran seperti itu.

"Ada banyak faktor mengapa seseorang dapat menjadi double gene," jawab pangeran, melipat tangannya. "kebanyakan karena orangtua mereka berbeda spesies. Sebagian kecil karena terkontaminasi."

"Terkontaminasi?" ulangku terkejut.

"Ya, seperti penyakit," kata Pangeran, mengerutkan keningnya. Lalu ia terdiam. Aku pun terdiam. Kini, hanya ada suara embusan angin yang mengelilingi keheningan kami.

Aku tahu seharusnya aku tak menanyakan soal wajahnya. Kini aku menyinggungnya dengan pertanyaan yang berat. Ia pasti tahu, aku masih kebingungan. Dan ia tidak repot-repot lagi untuk menjelaskan. Kurasa, hanya sampai di situ saja yang dapat kuketahui tentangnya.

"Ma... maafkan aku sudah menanyaimu macam-macam, Pangeran," kataku kemudian. Aku sedikit menyesal. Aku memandang ke arahnya. "Tidak seharusnya aku tahu tentang ini," imbuhku.

"Bertahun-tahun yang lalu, sewaktu Ayah masih hidup," ujar Pangeran, yang sepertinya tidak menanggapi perkataanku. Aku mendengarkan dengan bimbang, antara berat hati dan penasaran. "seluruh makhluk di Demozre amat menghormatinya." lanjut Pangeran. "Ia adalah bangsawan penyihir yang hebat. Ia dapat memenangkan pertarungan apa saja, dan dapat membunuh spesies jahat apa saja yang mengganggunya."

Aku masih mendengarkan. Angin tiba-tiba bertiup sedikit lebih kencang, seirama dengan aliran darah dan detak jantungku.

"Ayah mengajariku banyak hal sejak kecil. Ia mengajariku bertarung, menggunakan sihir, tata cara memimpin, dan lain-lain. Sejak kecil, aku dididik dan dilatih dengan tekun. Aku pun mengikuti jejaknya." Pangeran Zveon sedikit menyunggingkan senyum, yang menurutku menunjukkan rasa rindunya.

Sesaat kemudian, senyumnya menghilang. Wajahnya menunjukkan paras benci. Tangannya dikepalkan. Aku menarik napas saat melihat Pangeran menjadi marah seperti itu.

"Lalu, sejak Ayahku mulai serakah akan kekuasaan, ia menghalalkan segala cara untuk menjadikan seluruh keluarganya menjadi jauh lebih kuat," katanya dengan banyak penekanan benci. "Ia hendak mengubah kami semua menjadi double gene." Pangeran Zveon menghela napas. "Vampir adalah makhluk yang kuat. Mereka bergerak dengan cepat, mampu membunuh dengan sekejap, dan tidak mudah mati. Itulah yang ada di pikiran Ayahku.

"Ayah menjadi seorang double gene dengan membiarkan seorang vampir menggigitnya. Kau tahu apa yang dia lakukan selanjutnya, saat ia sudah menjadi vampir?

"Ia menjadi semakin kuat, tentu saja. Namun Ayah sudah tidak menjadi dirinya sendiri. Kau tahu, hanya orang yang kuat yang dapat menjadi double gene vampir melalui gigitan. Itu wajar hal itu bekerja padanya. Tetapi, saat ia menggigit Ibu..."

Tiba-tiba langit yang cerah tertutupi awan kelabu berserta guntur yang semakin lama semakin keras. Aku menatap langit terkesiap. Angin mulai berembus tak karuan, dan aku mulai merasakan balkon ini bergetar. Aku memandang Pangeran Zveon. Matanya terpejam, sinar biru memancar keluar dari kepalan tangannya. Aku memandangnya dengan sedikit takut, namun aku lebih merasa khawatir.

"Ibu meninggal," Pangeran Zveon membuka matanya sambil berkata. Awan dan angin seakan hening untuk mendengarkannya. Aku terkesiap melihatnya. "Ayah sangat marah saat Ibu meninggal. Ia lalu memutuskan untuk menggigit Stella."

Aku mendesah terkejut.

"Aku mencegahnya," lanjut Zveon tenang. "Stella selamat."

Aku termenung, mengamati tangan Pangeran Zveon yang sudah tidak mengepal lagi.

"Hal selanjutnya yang kuingat," lanjut Pangeran Zveon sambil menatap langit, "aku harus melakukan hal yang terbaik untuk Ayah sebelum ia mulai melukai Stella lagi."

Aku menyimak. Hening, ia tidak mengatakan apa pun. Aku hanya bisa menebak. "Kau... membunuh Ayahmu?"

Kata-kata itu tiba-tiba keluar dari mulutku sebelum aku dapat mengontrolnya. Aku membungkam mulutku dengan kedua tangan, sangat menyesali perkataanku.

Namun Pangeran mengangguk sedih.

Detik-detik selanjutnya kami lewati dengan terdiam. Ia masih membiarkan rambutnya tertiup angin sambil memandang awan kelabu yang mulai memudar, sedikit demi sedikit menampakkan bintang-bintang dan bulan. Aku hanya terdiam memandangi halaman belakang, tak tahu harus mengatakan apa, karena baru saja Pangeran Zveon bercerita padaku, mengenai segalanya. Aku masih syok dengan semua cerita itu.

Lalu aku mengubah pikiranku. Apa sih yang salah denganku? Aku harus mengatakan sesuatu sekarang!

"Itu bukan salahmu, kau tahu." Suaraku tiba-tiba memecah keheningan. Pangeran Zveon menatapku terkejut. "Kau telah melakukan hal yang baik untuk menolong adikmu. Bagiku, itu tindakan yang sangat berani," lanjutku lagi. "Aku membayangkan betapa kuatnya dirimu sehingga kau bisa mendidik dan mengasuh adikmu sendirian hingga kalian tumbuh besar." Kusunggingkan senyuman tipis. "Kau pasti orang yang kuat, Pangeran."

Pangeran Zveon terlihat terkejut dengan tanggapanku. Aku tetap menyunggingkan senyuman kepadanya. "Jika aku menjadi Stella, aku akan sangat bangga memiliki kakak sepertimu. Kau sudah membuatnya bangga dengan itu, Pangeran. Tidak ada lagi yang harus kau khawatirkan." Aku melanjutkan. "Karena kau akan selalu ada untuk melindunginya. Iya kan?"

Aku melihat matanya yang masih terkejut dengan ucapanku. Angin kembali berhembus dengan tenang. Sinar bulan juga semakin menerangi kami, membuatku kembali terpana memandang Pangeran Zveon. Pangeran telah menatapku lama, sedikit demi sedikit matanya kembali tenang, dan ia tak merasa gelisah lagi.

"Terima kasih, Ziella," kata Pangeran Zveon sambil tersenyum. Kami berpandangan sambil saling tersenyum. Oh, wajah itu indah sekali saat ia tersenyum. Aku sedikit merona saat ia terlalu lama menatapku.

Aku menggeleng. "Ti... tidak apa-apa, Pangeran Zveon. Aku yakin, kau akan menjadi pemimpin yang disegani rakyatmu," kataku lagi. "Omong-omong, ini sudah malam. Kurasa Pangeran harus beristirahat sekarang. Jadi, selamat malam, Pangeran!" Aku tersenyum padanya sambil membungkuk sedikit, lalu aku pergi meninggalkan balkon, berlari dari tatapannya yang masih kurasa di belakangku.

***

Hari berikutnya, aku bersarapan bersama Pangeran Zveon dan Putri Stella seperti kemarin. Pangeran Zveon sudah tak menggunakan tudung untuk menutupi wajahnya lagi. Aku sedikit terkejut memandangnya. Aku mendatangi tempat dudukku seperti biasanya yang berhadapan dengan Putri Stella dan duduk.

"Selamat pagi, Ziella." Aku baru saja akan mengucapkan salam pagi pada Pangeran dan Putri saat Pangeran Zveon mendahuluiku. Ia menyunggingkan senyum menawan di wajahnya, aku pun otomatis tersenyum membalasnya. Sungguh, ia nampak berbeda. Jubahnya masih ia kenakan, namun ia tidak menutupi seluruh tubuhnya dengan itu seperti biasanya. Ia terlihat jauh lebih bahagia. Aku sedikit melihat ada rona merah di pipinya, ia tidak terlihat sepucat kemarin. Dan mata merahnya itu bersinar tajam, mengingatkan aku pada mata Gerard yang sangat keren.

"Selamat pagi, Pangeran Zveon, Putri Stella." Aku membalasnya, melemparkan senyumanku pada keduanya.

Kami pun mulai makan. Aku menyadari tatapan Putri Stella padaku yang mengandung senyum jenaka.

"Putri, mengapa kau memandangku seperti itu?" tanyaku penasaran. "Apa ada sesuatu di wajahku?"

Putri Stella tersenyum, menahan tawanya. "Tidak, tidak ada kok." Ia melanjutkan makannya.

Aku mengangkat bahu, kembali berfokus pada sarapanku yang menggiurkan itu. Ada sandwich lezat yang berisi sayur dan telur, segelas susu, dan berbagai buah-buahan. Aku kembali mengingat George, betapa makanan yang selama ini kumakan adalah buah dari kerja kerasku dan George sendiri, dan kami tidak pernah mendapat hidangan mewah yang disediakan setiap hari seperti ini.

***

Waktu makan siang tiba. Aku makan berdua dengan Putri Stella. Saat aku duduk untuk menyantap makan siangku, Putri Stella menyuruhku untuk cepat-cepat menghabiskan makananku.

"Ziella, ayolah cepat habiskan makananmu. Cepat," katanya di antara sela-sela makannya. Aku memandangnya heran. "Mengapa, Putri?" tanyaku penasaran. "Sudahlah pokoknya kau habiskan makananmu dengan cepat, sekarang!" ketusnya lagi. Aku pun menuruti perintahnya dan makan dengan cepat sambil berhati-hati agar aku tidak tersedak.

Setelah kami menghabiskan makan siang kami, Stella menarikku berlari ke kamarnya. Aku sangat curiga dengan tindakannya ini. Mengapa Putri Stella sangat tergesa-gesa? Aku berusaha menyamakan langkah dengannya saat kami berlari menyusuri koridor, tangga, hingga akhirnya kami sampai di kamarnya.

Aku menghela napas tersengal. "Ada apa sih Putri?" tanyaku. "Mengapa kau membawaku ke sini?"

Putri Stella menghempaskan aku ke atas sofa hingga aku terduduk. Lalu ia ikut duduk di sofa, berhadapan denganku. Aku memandangnya heran.

"Ziella, sudahlah tak perlu kau sembunyikan lagi," jawabnya, secara aneh, karena ia menyunggingkan senyum yang sangat lebar. "Kau pasti telah melakukan sesuatu pada kakak sehingga ia terlihat berbeda begitu. Iya kan?"

Aku ternganga lebar mendengar pertanyaannya.

"Ayolah Ziella," Putri Stella memohon. "Aku telah hidup selama lima belas tahun bersama kakakku, dan baru kali ini aku melihat sikapnya yang seperti itu!" Putri Stella menunjukkan paras yang sangat senang.

"Se... seperti apa?" balasku terbata. Putri Stella berdecak kesal. "Kakakku tak menggunakan tudungnya!" pekiknya gelisah. Aku hanya menanggapi dengan merona.

Lalu, Putri Stella mengamatiku. Lama sekali. Aku gelisah dipandanginya seperti itu. Ia seperti sedang menginterogasiku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hanya dengan tatapan mata yang tajam. Aku semakin salah tingkah. "Errr... Putri Stella, apa Putri baik-baik saja?" tanyaku padanya.

"Oh, aku lebih dari baik," jawabnya. Putri lalu tersenyum lebar. Tak kusangka, beberapa detik kemudian Putri Stella memelukku. Aku heran dibuatnya.

"Terima kasih, Ziella. Apapun yang kau lakukan, kau berhasil mengubah kakakku. Kau bahkan belum berada di sini lebih dari tiga hari! Dan kakak sudah menunjukkan sikap perubahannya seperti itu." Putri Stella melepaskan pelukannya. Ia memegang pundakku dengan senang. "Ziella, kumohon," katanya, "aku selama ini sangat ingin agar kakak merasa senang. Ia selalu menjadi orang yang tertutup setelah kami kehilangan orangtua," ucap Putri Stella penuh renungan. "aku senang apabila kakak dibuat senang. Kumohon, Ziella, maukah kau terus membawa kebahagiaan pada kakakku?"

Aku terkejut. "Eeeh, ke... kebahagiaan?" pekikku. "Bagaimana aku bisa membuatnya bahagia?"

Putri Stella tersenyum. "Selama ini, kakak memiliki banyak teman yang selalu ada di sisinya. Termasuk aku, sebagai adiknya. Tapi ia tak banyak mengekspresikan perasaannya, kau tahu?" Putri Stella mendesah. "Aku juga tak ingin membicarakan apapun tentangnya pada orang lain. Banyak sekali orang yang ingin tahu tentangnya melaluiku. Tapi aku menghargai privasi kakakku, dan aku tidak akan pernah menceritakannya pada seorangpun."

Aku mengangguk. "Aku mengerti itu, Putri Stella."

"Tapi kau berbeda, Ziella!" timpalnya cepat. "Aku merasa, kaulah satu-satunya yang dapat membuat kakakku..." Putri Stella sedikit menunduk. "tidak kesepian." lanjutnya.

Aku termenung melihatnya. Kesepian?

Aku tak tahu harus menanggapinya dengan apa. Aku langsung memeluk Putri Stella. "Kau jangan khawatir, Putri," kataku. "Aku akan membantunya selagi aku bisa."

"Ziella, kau jangan memanggilku 'putri' lagi, ya. Panggil aku Stella," jawab putri kegelapan itu antusias.

"Baiklah, Stella."

[]

Continue Reading

You'll Also Like

9.2K 2.2K 68
[BOOK 1] Khass memang seorang Guru Muda, tetapi Par takkan menyerah untuk menyeretnya keluar dari perguruan menuju neraka dunia. = = = = = = = = =...
7.8K 1.9K 71
Tatkala sebuah dataran menyimpan suatu hal. Laksana cermin, menyerupai mata pisau. "Dahulu kala, orang-orang dengan pakaian bersih dan bercahaya data...
88.5K 17.3K 46
Wattys winner 2021 🏆 (4 Desember 2021) Daftar Pendek Wattys 2021 (1 November 2021) Elijah dan para tawanan perang Kerajaan Avery diasingkan menuju s...
16.6K 7K 35
Buku terakhir dari trilogi The New Girl. Jen harus berhadapan dengan Antoinette, pengendali langka dengan kekuatan yang mengerikan. Di tengah-tengah...