Hari ini adalah hari sabtu, Jinyoung hanya duduk di sofa dengan televisi yang menyala namun dirinya sedari tadi sibuk membaca buku.
Sembari tiduran dia membaca satu persatu kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi berlembar-lembar halaman.
Dia bosan, ingin rasanya pergi. Tapi kemana?
Sudah 2 hari dia tidak mendengar kabar Mark.
Jinyoung yang mengingat Mark pun menghentikan aktivitasnya.
"Apa ke apartemen Mark hyung saja?" Tanya Jinyoung pada dirinya sendiri.
Dia sedikit berfikir, lalu meraih ponselnya mencoba menghubungi Mark.
Mencari nama Mark di kontak nya lalu melakukan panggilan.
Tersambung.
Tapi, tidak di angkat.
Jinyoung mengulangi lagi tapi tetap saja Mark tidak mengangkatnya.
"Astaga, apa Mark hyung belum bangun?" Sekali lagi Jinyoung bertanya pada dirinya sendiri.
Jinyoung lalu kembali mencari kontak seseorang, dia menghubungi Yugyeom.
Mungkin Yugyeom tau dimana Mark dan sedang apa Mark.
"Hallo, Gyeom."
"Ada apa hyung? Kangen?"
"Ew~ Ani!"
"Lalu?"
Jinyoung menghela nafasnya sebelum melanjutkan percakapannya.
"Apa kau di apartemen?"
"Tidak. Kenapa?"
'Oh bagus. Huftt!'
"Em tidak. Hanya-"
"Jika kau khawatir dengan Mark hyung datanglah. Dia seharian ini tidak menampakkan dirinya. Mungkin sudah mati."
"Ya! Dasar tidak tau diri! Seenaknya saja bicara seperti itu!"
"Hahahaha. Sudah kau datang saja! Siapa tau kau disana Mark hyung cepat sembuh."
Jinyoung menghela nafasnya.
"Ya, dan malam ini ayo menginap di apartemen Mark-"
"Bukan maksudnya aku tidak mau hyung, aku ingin mengerjakan tugas bersama Bambam malam ini." potong Yugyeom membuat Jinyoung memutar bola matanya malas.
"Terserah kau saja. Aku tutup tel-'
Tuut Tuut
"YA!" Kesal Jinyoung, bagaimana tidak kesal. Yugyeom memutuskan pangilan begitu saja padahal Jinyoung belum selesai bicara.
"Seenaknya saja dia." kata Jinyoung lalu meletakkan ponselnya di atas meja.
Jinyoung lalu pergi menuju kamarnya, sepertinya dia memang akan pergi ke apartemen Mark.
----
Sedangkan di tempat lain, Jaebum tengah berada di sebuah kamar dengan banyak Poster Bruno Mars dan terdapat sebuah piano di dalamnya.
Seseorang tengah berbaring di kasur, dan dia adalah Choi Youngjae.
Jaebum baru saja bangun dari tidurnya, dia melirik Youngjae yang masih tertidur.
Dia meringis membayangkan keadaan Youngjae dua hari yang lalu.
<~<
Setelah dari rumah sakit Jaebum lalu memesan tiket kereta menuju Mokpo. Dia sangat khawatir dengan keadaan Youngjae, sehingga dia hanya membawa dirinya dan baju yang melekat di tubuhnya.
Dia tidak memperdulikan waktu, ini masih terlalu pagi dan dia belum tidur sedari kemarin. Dia sibuk melihat timeline Youngjae dan sibuk memikirkan Youngjae sampai seseorang menelponnya. Itu dari pihak rumah sakit.
Mereka mengira Jaebum pelakunya, sehingga pihak rumah sakit dan kampus menghubunginya.
Dan sesampainya Jaebum di Mokpo dia segera pergi ke Rumah Sakit yang di beritahukan oleh pihak rumah sakit.
Jaebum sampai disana masih sangat pagi dan tidak banyak orang yang berlalu lalang.
Jaebum juga di beri tahu kamar Youngjae, sehingga dia langsung menuju ruangan dimana Youngjae di rawat.
Ruang 1-7.
Jaebum membacanya lalu memasuki ruangan dengan pelan.
Terlihat kedua orang tua Youngjae yang sedang duduk di sofa dengan sebuah makanan di tangan mereka.
Keduanya menoleh ke arah Jaebum.
"Annyeonghaseyo~" sapa Jaebum membungkuk kan badannya.
Appa Youngjae berdiri dan menghadap Jaebum.
"Mari bicara di luar." Katanya dan Jaebum hanya mengangguk.
Dia menatap Youngjae sekilas, Youngjae penuh dengan luka lebam di wajahnya hanya itu yang Jaebum tau.
Jaebum berada di luar bersama appa Youngjae.
"Kau yang melakukan ini?" Tanya appa Youngjae. Dan Jaebum hanya menggeleng.
"Kenapa Youngjae tidak menyimpan nomer mu? Kenapa kau menghubunginya? Dan siapa kau?" Semua pertanyaan yang appa Youngjae berikan seakan menusuk hati Jaebum.
"Saya Im Jaebum, saya teman lama Youngjae. Saya baru semalam mendapat nomer ponsel Youngjae, jadi saya menghubunginya untuk menanyakan kabar dia." Jelas Jaebum dan appa Youngjae mengangguk.
"Pelaku sudah di tangkap polisi. Mereka dalam proses persidangan. Kita tunggu sampai Youngaje siap melakukan sidang." Jelas appa Youngjae.
Jadi, kenapa Jaebum di berikan banyak pertanyaan jika pelaku sudah di temukan?
Dan sehari setelah itu, Youngjae membuka matanya. Matanya memancarkan ketakutan, Jaebum lalu mengelus surat hitam Youngjae untuk menenangkan nya.
Youngjae terlihat terkejut saat melihat Jaebum di sana, Youngjae mengira dia bermimpi dan ternyata itu nyata.
Jaebum lalu memeluk Youngjae dan Youngjae membalasnya.
"Maafkan aku, aku menyakitimu." Itu yang Jaebum katakan pada Youngjae.
"Bahkan ini bukan kesalahan mu hyung." Youngjae terisak, dia rindu Jaebum. Bertemu Jaebum dengan keadaan seperti ini, Youngjae merasa dia lemah dan tak berdaya.
"Aku akan disisi mu Jae, aku akan menjagamu. Aku janji." Kata Jaebum mengeratkan pelukannya pada Youngjae, dan Youngjae membalas pelukan Jaebum.
>~<
Dan hari ini, Jaebum membuka matanya melihat Youngjae masih terbaring di ranjang.
Youngjae bilang ingin di rumah, dia tidak mau di rumah sakit.
Jaebum menghampiri Youngjae, mengelus surat hitam milik Youngjae yang masih terlelap.
"Aku janji Jae-ya. Aku akan melindungi mu!" Seru Jaebum lalu mengecup puncak kepala Youngjae.
----
Jinyoung kini berada di ruang tamu, dia selesai mandi dan hendak pergi ke apartemen Mark.
"Kau ingin pergi?" Tanya Mrs. Park dan Jinyoung mengangguk.
"Kemana?"
"Apartemen Mark hyung." Jawab Jinyoung cepat lalu berdiri dan berpamitan pada eomma nya.
"Ya! Salam untuk Mark semoga cepat sembuh!" Seru Mrs. Park yang masih mampu Jinyoung dengar.
Jinyoung tidak membalasnya, dia hanya diam dan keluar rumahnya menuju apartemen Mark.
Menunggu Bus di halte Bus sembari bermain ponselnya.
Jinyoung mengerutkan dahinya saat melihat notifikasi aplikasi Line nya.
Gyeom Brownie melakukan panggilan Group
Jinyoung lalu menggunakan earphone nya untuk ikut bergabung dengan panggilan group.
"Jinyoung hyung~" Suara khas Bambam terdengar.
"Jangan terlalu keras Bam." Giliran jackson yang bicara.
"Kau masih di tempat Jackson Bam?" Tanya Jinyoung, banyak orang yang melihatnya.
Tapi setelah tau jika Jinyoung mengunakan earphone mereka lalu memalingkan wajahnya.
"Hyung, kau sudah di apartemen Mark hyung?" Giliran Yugyeom yang berbicara.
"Sedang menunggu Bus." Jawab Jinyoung.
"Baiklah, ya Bambam! Aku akan berangkat setelah aku melihat Mark hyung sebentar!" Seru Yugyeom agar Bambam yang berada di seberang sana mendengarnya.
"Apa?! Tapi disini ada Jack hyung."
Jinyoung lalu memasuki Bus, karena bus baru saja tiba beberapa detik sebelumnya.
"Aku tidak peduli, aku sudah mandi ini."
"Astaga~" seru Jinyoung, Bambam dan Jackson bersamaan.
"Kau membawa ponsel saat mandi?" Tanya Jackson dan terdengar kekejangan dari Yugyeom.
"Astaga Kim Yugyeom, seharusnya sekalian saja kau video call tadi." Kata Bambam dan mendapat balasan Tawa dari Yugyeom.
"Aku tadi berendam air hangat. Sshh enak~" dan Jinyoung mengumpat serapah sembari turun dari bus.
Bagaimana tidak, yugyeom mengatakan kalimat itu seperti seorang yang, kalian pasti tau.
"Mulut mu bermasalah sepertinya Gyum." Kesal Jinyoung.
"Haha hyung berapa pasword apartemen Mark hyung? Aku sudah di depan."
"Hah?! Kau bilang kau mandi?! Kau membohongi kita?!" Belum sempat Jinyoung menjawab Bambam sudah terlebih dahulu menjawab dengan kesal.
"Aku tidak bohong, kan aku bilang tadi jadi aku sudah mandi. Hahaha" Seketika Bambam menyumpah serapahi Yugyeom.
Panggilan Group Berakhir
Yugyeom mengakhiri panggilannya, dan mengirim pesan pada Jinyoung.
Gyeom Brownie
Berapa password nya hyung?
Park Jinyoung
04229394
Gyeom Brownie
Thanks bro~
Jinyoung lalu berjalan menuju apartemen Mark setelah turun dari bus di halte dekat apartemen Mark. Karena apartemen itu milik keluarga Jinyoung, Jinyoung bebas datang kapan pun dan semaunya.
Jinyoung menaiki tangga demi tangga menuju kamar Mark.
Hingga dia sampai di depan pintu, Jinyoung membuka pintu dan berteriak.
"Aku datang~"
"JINYOUNG HYUNG! TOLONG!" Seru Yugyeom membuat Jinyoung berlari menuju sumber suara, bahkan dia belum sempat melepas sepatunya.
Masa bodoh dengan Mark yang akan marah karena dia tidak melepas sepatunya.
Jinyoung menghampiri Yugyeom di ruang tamu, Mark tergeletak di lantai dengan obat yang jatuh ke lantai.
"MARK HYUNG!" Seru Jinyoung berlari menghampiri Yugyeom yang berusaha mengangkat Mark.
Jinyoung membantu Yugyeom mengangkat tubuh Mark dan membaringkannya di sofa.
"Mark hyung~ bangun. Astaga!" Seru Jinyoung sambil menepuk-nepuk pipi Mark dengan wajah penuh keringat.
"Aku kan sudah bilang tentang Mark hyung mat-"
"Ya! JAGA MULUT MU SIALAN!"
Yugyeom yang mendengar Jinyoung mengatakan hal itu hanya bisa meringis.
"Sialan kau hyung! Sifat sundere mu muncul hanya karena aku mengatakan bahwa M-"
"Kau bicarakan sekali lagi, aku potong mulut mu!" Ancam Jinyoung, Yugyeom justru hanya memutar bola nya malas.
"Aku rasa efek obat membuat Mark hyung pingsan lagi." Jelas Yugyeom.
"Obat tidak membuat dia pingsan, tapi tenang tidur dalam keadaan tidak sadar." Bela Jinyoung.
"Itu sama saja pingsan." Kesal Yugyeom.
"Tentu bukan, kalo pingsan itu tidak tidur. Pingsan ya pingsan."
"Terserah kau saja hyung! Aku pergi ke apartemen Bambam saja."
Jinyoung hanya terkekeh dan menutup mulutnya ingin tertawa tapi ya bagaimana. Kasihan Yugyeom jika dia mentertawakannya.
"Dan satu lagi hyung, cium Mark hyung maka dia akan bangun."
"Sialan! Kau kira putri tidur!"
Setelah Yugyeom benar-benar menghilang, Jinyoung mengangkat tubuh Mark.
"Badan mu kecil tapi rumayan berat juga hyung." Kata Jinyoung lalu memapah, menyeret -sepertinya-lebih tepatnya Mark menuju kamar.
"Kau kelebihan otot sepertinya hyung." Jinyoung membuka pintu kamar Mark dan membawa tubuh Mark ke ranjang.
Jinyoung menarik tubuh Mark lalu membenarkan posisi tidur Mark. Jinyoung mengelap keringat yang memenuhi dahi dan wajah serta leher Mark dengan tisu.
Dan tanpa Jinyoung sadari jaraknya dengan Mark begitu dekat.
Jinyoung yang tengah mengelap keringat Mark mendongak merasakan nafas Mark mengenai wajahnya.
'Astaga Mark hyung tampan.'
Jinyoung masih setia menatap wajah Mark yang katanya tampan itu. Ya memang tampan bukan Mark Tuan?
Jinyoung tersenyum, hingga pikirannya melayang ke perkataan Yugyeom beberapa saat yang lalu.
'Cium Mark hyung maka dia akan bangun.'
"Sialan!" Kesal Jinyoung lalu melanjutkan kegiatannya mengelap wajah dan leher Mark yang penuh dengan keringat.
"Apa kau mimpi buruk hyung?" Tanya Jinyoung pada Mark, padahal Mark yang masih setia memejamkan matanya.
Setelahnya Jinyoung menarik tubuh Mark bermaksud membetulkan tidur Mark.
Saat Jinyoung menarik tubuh Mark, Mark pun sadar.
"Jie?!" Seru Mark lirih.
"Ne hyung, ad-" Jinyoung menghentikan kegiatan nya lalu menatap Mark senang.
"Ya! Hyung kau sudah sadar?!" Seru nya.
Mark hanya mengangguk dan membenarkan posisi tidurnya. Tapi Mark bukan tidur justru duduk bersandar kan dashboard.
"Hyung tidurlah, aku pasti menganggu mu." Jelas Jinyoung lalu menunduk.
"Ani. I'm okay, Gomawo sudah membantu ku." Kata Mark dan Jinyoung hanya mengangguk.
"Dimana Jaebum?" Tanya Mark, dan Jinyoung baru ingat kalau dia belum menanyakan kabar Jaebum.
"Ah dia sedang di Mokpo." Jawab Jinyoung, Mark terlihat mengerutkan dahinya.
"Mokpo?" Mark terlihat sedikit kaget.
"Iya."
"Menemui Youngjae?" Jinyoung mengangguk.
"Lalu kau? Kekasih mu pergi kau ken-"
"Aku sudah berakhir." Jinyoung memotong kalimat Mark. Yah nyatanya dia dan Jaebum sudah berakhir.
"Hah?!" Mark yang masih belum peka hanya memiringkan kepalanya heran.
"Aku dan Jaebum hyung sudah berakhir yeyyy!" Seru Jinyoung. Bahagia.
"Kau bahagia? Putus dengan kekasih bahagia?" Mark hanya menggelengan Kepala nya.
"You know? We back Cus we just want to know our feeling." Kata Jinyoung tersenyum.
"Wow your English is better Jie, why you can speaking like that?" Mark mengacungkan jempolnya dan tersenyum.
"Emm... what's you say?" Jinyoung yang tidak mengerti, karena Mark mengatakan dengan cepat.
"Jadi bisa tolong jelas-" Kalimat Mark terpotong saat ponsel Jinyoung berdering.
Tuling Tuling Tuling Tuling
Ponsel Jinyoung berbunyi, Jinyoung lalu mengangkatnya.
"Halo."
"Sedang apa?"
"Kenapa?"
"Youngjae marah."
'Ani ya!'
"Kau dengarkan?"
Jinyoung tersenyum.
"Mark hyung disini. Kau-"
"Loadspeaker!"
Jinyoung lalu Loadspeaker.
"Mark hyung!"
"Jaebum?" Mark sedikit mendekat ke arah Jinyoung.
"Ne hyung, kau tau hyung young-mmpptttt."
'Hyung jangan katakan!'
Mark dan Jinyoung terkekeh.
"Dia di bully!" Seru Jaebum.
'Jaebum hyung!'
"Ya! Jangan berteriak!"
"Dia tidak mau menceritakan nya padaku. Dan bodohnya dia membebaskan pelakunya dari pen-Ya! Sakit Jae!"
Jinyoung menutup mulutnya karena dia tertawa, sedangkan Mark hanya tersenyum.
"Bawa dia kembali Bum!" Seru Mark.
"Tunggu saja hyung!"
"Ya sudah, Youngjae harus istirahat. Aku tutup ya!" Lanjut Jaebum dan terdengar suara eomma Youngjae yang meminta keduanya makan malam.
"Iya hy-"
Tut tut tut
"Aishh!" Kesal Jinyoung karena Jaebum memutuskan panggilan sebelum Jinyoung menyelesaikan kalimatnya.
"Nah sekarang jelaskan." Kata Mark menatap Jinyoung serius.
Jinyoung nenghela nafas pelan.
"Apa yang harus di jelaskan?" Tanya Jinyoung, Mark mengangkat sebelah alisnya.
"Hubungan mu dengan Im Jaebum." Kata Mark, dan Jinyoung menatap Mark malas.
"Aku kan sudah bilang kita sudah berakhir hyung. Isshhhh Menyebalkan!" Seru Jinyoung.
Mark yang melihat wajah lucu Jinyoung hanya tertawa terbahak, padahal dia sedang sakit. Tapi kenapa Jinyoung malah seperti obat untuknya.
"Jangan tertawa! Tidak ada yang lucu!" Seru Jinyoung kesal.
Mark berhenti tertawa, lalu menepuk pundak Jinyoung.
"Jadi, apa alasan kalian kembali?"
Jinyoung memutar matanya malas.
"Bisakah kau berhenti menanyakannya?" Tanya Jinyoung dan Mark menggeleng.
"Baiklah aku ceritakan!" Seru Jinyoung membuat Mark tersenyum senang.
"Kita kembali karena hanya ingin tau apakah kita saling mencintai, dan nyatanya kita tidak mencintai. Jaebum hyung mencintai Youngjae. Dan ak-" Jinyoung menunduk.
"Kau?" Kata Mark menggunakan nada yang berlebihan.
"Aku tidak tau aku mencintai siapa." Jinyoung lalu tersenyum kikuk.
Mark menatap Jinyoung yang tersenyum lucu di depannya.
"Jika ada seseorang yang menyukai mu, apa kau akan menjadikannya kekasihmu?" Tanya Mark dan Jinyoung mengerutkan dahinya.
"Tergantung orangnya hyung." Dan Jinyoung terlihat sedikit berfikir.
"Bagaimana jika itu aku?" Tanya Mark membuat Jinyoung terkejut, sungguh jantungnya berdebar entah kenapa.
'Kau yakin hyung?'
"Haha Jie, lihat wajah mu haha lucu haha." Mark justru tertawa terbahak di atas penderitaan jantung Jinyoung yang rasanya ingin copot.
BUGH Pletak
"Ya! Aww!" Pekik Mark, bagaimana tidak. Jinyoung memukul Mark dengan cukup keras.
"Aku serius hyung!" Seru Jinyoung kesal, dan Mark menatap Jinyoung sambil tersenyum tipis.
"Aku sangat menyukai mu Park Jinyoung!" Seru Mark dan Jinyoung menatap Mark dengan tatapan tak percaya.
"Apa kau tidak menyukai ku?" Tanya Mark, dan Jinyoung hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Baby I like you! Do you like me too? Haha." Tawa Mark, jadi sebenarnya Mark bersungguh-sungguh tidak?
"Hyung, aku-"
"Jangan fikiran aku bercanda."
'Yah padahal seneng gak jadi.' - Jie
'Tapi bohong.' - Makeu
Dan Jinyoung hanya mengangguk, Mark hanya tersenyum lalu mengacak rambut Jinyoung.
"Sudah hampir malam Jie, tak pulang?" Tanya Mark membuat Jinyoung menjadi bermood buruk.
"Aku mau menginap, boleh?" Tanya Jinyoung dan dengan senang hati Mark mengangguk.
Jinyoung lalu beranjak lalu menuju samping Mark, ikut bersandar pada dashboard milik Mark.
"Aku tidur disini boleh?" Tanya Jinyoung dan Mark hanya mengangguk.
Kini Jinyoung mulai merebahkan kepalanya di pundak Mark.
Mark memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di kepala Jinyoung, sedangkan Jinyoung masih pada posisinya.
"Hyung boleh aku bertanya?" Tanya Jinyoung,
"Hm." Jawab Mark
"Berjanjilah untuk menjawab jujur." Mark mengangguk.
"Sebenarnya sakit apa kau hyung?" Tanya Jinyoung, Mark hanya menegang.
Haruskah dia mengatakan hal yang sebenarnya?
"Aku tidak sakit apa-apa." Kata Mark akhirnya. Jinyoung lalu bangkit menatap Mark tajam.
"Jangan bohong hyung!" Seru Jinyoung, Mark memiringkan wajahnya.
"Aku tidak bohong."
"Tapi kau memiliki obat! Dan kau selalu sakit kepala! Kau selalu pingsan! Kau bilang itu tidak sakit? Bagaimana jika kau sakit parah?! Ak-"
Hahahaha
Jinyoung menghentikan omelannya karena Tawa Mark yang memenuhi ruangan, membuat Jinyoung kesal.
"Hyung! Aku serius! Kenapa kau tertawa?!" Tanya Jinyoung. Dan Mark mencoba menghentikan tawanya.
"Kau berlebihan sekali haha, aduh perut ku." Kata Mark sambil memegang perutnya.
"Ishh terserah!" Kesal Jinyoung lalu tidur membelakangi Mark.
Mark yang menyadari itu ikut tidur disamping Jinyoung, menatap punggung Jinyoung yang membelakangi nya.
"Jangan marah, kau akan tau nanti Jie. Aku tidak bisa mengatakannya sekarang." Jelas Mark, Mark menepuk punggung Jinyoung membuat Jinyoung membalikkan badannya.
"Bagaimana jika kau terlambat memberi tahu ku dan kau-"
"Mati-"
Kata Jinyoung sedikit cemberut dan sedih.
Mark menatap Jinyoung dengan tersenyum.
"Percayalah ini bukan penyakit berbahaya. Kau bisa percaya itu."
Mark kembali bersandar pada dashboard ranjang miliknya.
"Bagaimana jika aku tidak percaya?!" Seru Jinyoung masih dengan posisi tidurnya.
"Harus percaya atau aku cium!" Seru Mark membuat Jinyoung merona, sayang sekali Mark tidak melihatnya.
"Cium saja kalau berani!" Seru Jinyoung, dia lalu menarik selimut dan menutup semua badannya.
Tidak ada jawaban dari Mark, karena Mark sibuk tersenyum. Kelakuan Jinyoung sangat lucu.
"Lihatlah nanti, pasti aku mencium mu." Kata Mark sebelum tidur di samping Jinyoung, masuk ke dalam selimut lalu memeluk Jinyoung.
Membuat Jinyoung bungkam.
Ada perasaan yang aneh menerpa dada dan perutnya.
"Hyung-"
"Biarkan seperti ini, nyaman." Kata Mark, jinyoung hanya diam dan tersenyum tanpa Mark ketahui.
"Good night Jie." Kata Mark lalu memejamkan matanya.
Jinyoung masih sibuk menetapkan perasaannya yang sudah tidak karuan.
Jantungnya berdetak seperti habis lari maraton.
Jinyoung mencoba memejamkan matanya, berharap rasa yang membuncah itu segera hilang.
"Good night too hyung." Kata Jinyoung.
Dan malam itu, Mark dan Jinyoung tidur bersama dalam arti tidur biasa.
Biarkan mereka menikmati mimpi mereka yang indah.
Akankah mereka mengakui jika mereka saling mencintai.
- TBC -
Yeee jelek hamdalah....
Ada yang nunggu?
Gak? Ok I'm out!
Cacian makian saran pesan di butuhkan. Please komen ya aku suka baca komen kalian lho hehehe. Kadang gak tak jawab. Bukan sombong tapi gak tau mau jawab gimana.
Udah gitu aja Bye bye