Hidup adalah pilihan.
Semuanya tau itu.
Bagiku pilihan itu mudah.
Aku sudah menemukan
jawabannya sejak lama.
Sekarang giliranmu.
Apakah pilihan bagimu
itu mudah?
Only You : 41
Alex baru saja menghidupkan mode data selulernya. Sesudah seharian tidak memegang benda tipis canggih itu, kini ia memiliki kesempatan untuk membuka dan membaca setiap pesan.
Kedua alisnya terangkat ketika melihat pesan LINE yang menerapkan 999+ pesan, padahal sepeninggalnya aplikasi itu hanya menerapkan 50-an. Karena penasaran, cowok itu membukanya. Dan mendapati 250 pesan dari group tsb. Sudah biasa. Banyak dari beberapa OA, itu juga sudah biasa.
275 pesan dari Irene.
Eh...?
Alex mengangkat bahu dan sudah menduga bahwa gadis itu akan kuatir. Belum lagi ketika dia membuka missed call yang menerapkan lebih dari 10 kali. Gadis itu memang berlebihan.
Alex menghela nafas dan melirik jam yang masih menunjukkan pukul 10. Dia yakin Irene belum tidur karena pacarnya itu sering melakukan girls out, atau sleepover bersama teman-temannya di malam hari.
"Halo? Irene?"
Panggil cowok itu dengan lembut seketika nada sambung terhubung dengan pihak lain.
"Alex?! Omg, babyboy, Where were you? Aku kuatir! Aku takut! Kamu pergi ga bilang-bilang!"
Seruan yang menyerupai rengekan terdengar. Dan Alex memutar bola matanya. Untung saja pacar-nya itu tidak sedang berhadap-hadapan dengannya. Hingga dia bebas menerapkan berbagai ekspresi di wajahnya.
"Maaf, maaf. Boy's hang out, biasa--"
"Kamu boong!, aku tadi ke rumah Derek!! Teman-teman kamu lagi ngumpul disana, dan kamu ga ada!. Aku tanya mereka, mereka juga ga tau kamu dimana!"
Buset...
"Ya, emang teman aku cuman mereka, Ren? Aku kan termasuk gang motor, temen-temen aku juga bukan tsb doang. Santai aja.. Kamu udah makan?"
"Jangan ngalihin pembicaraan, Al!"
"Eh?"
"Kamu jalan kemana sebenarnya? Biar aku nyusul deh.."
"Irene, ini kumpulan para cowok. Gamungkin kamu ikutan. Lagian kamu ga percaya ama aku, hm? Kamu kira aku selingkuh?"
"Engga, yang. Aku kan cuman pengen tau---"
"And I'm all fine, Irene. Kalo kamu emang ga percaya, mending ga usah pacaran sama aku."
Alex mematikan panggilan dan langsung melemparkan handphone nya ke sebelahnya. Alex memejamkan matanya. Menghiraukan hp-nya yang kembali bergetar.
💀💀💀
Bug!
"ADUH!"
Cowok itu terbangun dan menggelengkan kepalanya. Pandangannya masih sayup-sayup, hingga tidak dapat melihat jelas sosok semacam apa yang ada di hadapannya.
"Sarapan! Breakfast time! Gue laper!"
Suara lengking itu berteriak, dan Alex langsung tau siapa sosok itu.
"Lee? Gimana lo bisa masuk?"
"Makanya otak lo jangan sampleng. Kebiasaan ga ngunci pintu. Untung yang nyelinep gue!, bukan orang lain!."
Sara mengambil posisi duduk di ujung tempat tidur, dan Alex langsung duduk di sebelah gadis itu.
"Mandi, yuk?"
Pertanyaan Alex membuat Sara melotot dan langsung jantungan.
"B-bukan mandi bareng. Maksud gue, kita mandi dulu baru sarapan." Alex mengusap lehernya karena dia tau bahwa gadis itu salah mengerti.
"Oh,, hehe. Ya udah, gue balik dulu, deh." Sara beranjak dari tempat tidur.
"Tapi kalo mau mandi bareng juga ayo, Lee."
Plak!!!
"HAHAHAHA"
Tawa Alex dengan mudah meledak ketika gadis itu melemparkan sandal hotel tepat ke kepala Alex. Untung saja tidak kena.
Sesudah mandi, keduanya langsung berjalan turun ke bawah dan mulai menyantap sarapan.
"Ini hari terakhir. Mau kemana?" tanya Alex sambil mengunyah serealnya.
"Hm... Lo maunya ke mana?"
"Terserah, lo."
Sara tampak berpikir, begitu juga dengan Alex.
"Kita jalan-jalan aja, dulu. Liat-liat. Mungkin belanja? Hehe."
"Ok." Alex memanggut.
"Kemarin Irene, gimana? Nelpon?"
Cowok itu terhenti mengunyah sejenak, tapi kemudian kembali menikmati makanannya.
"Udah pasti lah."
"Terus? Marah ga?"
"She was." Alex mendesah.
"What's wrong?"
"Ya, dia terlalu kuatir gitu. Seakan dia ga percaya sama gue kalo gue ga selingkuh."
Sara memanggut dan hanya menghela nafas.
"How was Mika? Dia marah ga, karena ga lo chat?"
"..."
Sara tampak diam, dan membuat Alex mengangkat sebelah alisnya karena bingung. Gadis itu slalu bahagia sepenuh hati jika sudah membicarakan Mika. Lalu kenapa sekarang murung?
"Lee? Everything okay?" Alex melembutkan suaranya, dan menyelediki gadis itu.
Sara menatapnya dan tersenyum tipis. "Tadi pagi gue nelpon dia."
"Oh ya? Terus?"
"Pu---" Sara menghentikan ucapannya, dan ia langsung merapatkan bibirnya.
"Pu..?" Alex mengernyitkan kening dan mencari tau akan lanjutan kalimatnya.
"---Puas gue teleponan ama dia. Dia juga ga marah sama skali."
Senyuman manis yang terpancar di wajah gadis itu membuat Alex menghela nafas lega.
"Bagus. Bagus. Untung dia ga ngambekan kaya Irene ya." kekeh Alex. Sara tersenyum kecil.
"Jalan sekarang?"
Cowok itu mengusap ujung bibirnya dengan tissue makan dan menatap gadis di hadapannya dengan senyuman.
"Yok."
💀💀💀
Alex menghabiskan waktu bersama Sara dengan belanja dan melihat-lihat kota Bandung. Dipenuhi dengan canda tawa, senyuman, dan bisa dibilang kebahagiaan.
Sebagaimana para petani merindukan hujan, sebagaimana bulan membutuhkan bintang. Rasanya keduanya seakan tidak pernah bertemu selama beberapa tahun, sampai-sampai mereka menanyakan kabar masing-masing.
Ada saat dimana mereka akan berhenti di tempat parkiran di pinggir jalan, hanya untuk menonton kartun Mickey Mouse di dalam mobil Alex, menonton bioskop, dan ber-skating. (padahal dua-duanya sama-sama tidak bisa skating, hingga slalu terjatuh dan kemudian saling mengejek.)
Sayangnya, hari tidak lebih dari 24 jam, dan rasanya acara melepas kerinduan ini berlalu cukup cepat. Waktu yang menunjukkan pukul 7 malam membuat keduanya hanya bisa saling melirik dan dengan ketidak ikhlasan harus meninggalkan kota Bandung yang dingin di malam hari itu.
Bulan sudah menerangi perjalanan saat keduanya sudah berada di tengah jalan tol dan entah kenapa keduanya saling diam. Alex yang fokus menatap jalanan, dan Sara yang menatap jendela dengan pandangan kosong.
"Lee, besok sekolah."
Ucap Alex sesudah lebih dari 15 menit mereka saling berdiam diri. Sara melirik sejenak.
"Trus?"
"Jam segini. Kita tidur jam berapa lagi, hon?"
Sara terkekeh mendengar nama panggilan yang masih digunakan Alex untuknya.
"Gapapa telat tidur skali-skali keleus. Dasar kutu buku!" ejek Sara. Alex tersenyum miring.
"Lex."
"Hm?"
"Slama ini lo jadi playboy, lo ngelakuin juga ga?"
"Ena ena? Enggalah. Hahaha. Kenapa lo nanya gitu?"
Fyi, Alex dan Sara sejak dulu tidak pernah malu untuk menceritakan berbagai pengalaman memalukan, maupun yang bersangkutan dengan hal pribadi. Bagi mereka itu biasa, dan itu yang membuat persahabatan mereka abadi.
"Ya dari cara lo cium-ciuman, dan hal 'mesum' lainnya, gue kira lo udah ga..." Sara mengangkat bahunya seperti menganggap enteng.
"Haha, engga Lee. Gue masih perjaka. Kalo lo?"
"Hm?"
"Are you still a virgin?"
Plak!
Tamparan pedas mendarat di lengan kiri Alex dan cowok itu tertawa lepas.
"Kaya gue punya pacar aja sebelum-sebelumnya!. Cuman Mika doang!"
"Sapa tau slama vacation kemaren, Lee? Kan lo berduaan mulu."
"For God's sake, Alex. He was my first kiss!. Gue ga mungkin langsung ngelakuin itu."
"Ya, kalo emang pengen ga usah takut. Slama make k*ndom, you are fine."
"Anjir, HAHA" Keduanya tertawa lepas.
Bzzz... Bzzz...
Keasikan kedua remaja itu terhenti disaat mereka menoleh ke sumber suara. Tampak handphone Alex bergetar dengan layarnya yang menerapkan satu nama disana.
Alex langsung menoleh ke Sara dengan alis yang berkerut, dan Sara hanya tersenyum kecil sambil mengangkat kedua alisnya.
"It's okay, sayang. Jawab aja." ucap gadis itu kemudian, lalu menoleh kembali ke jendela.
Meskipun mrasa ga enak, dengan berat Alex mengangkat panggilan itu. Kemauan Sara, bukan?
"Halo?"
"Sayang!!!"
Ga di speaker, tapi sungguh, Sara dapat mendengar teriakan dari ujung sana. Teriakan bahagia.
"Jangan sekarang, gue lagi nyetir." Alex berkata cuek.
"Sayang, aku minta maaf...."
"Lo mau gue mati? Bentar dulu, gue lagi nyetir." desah Alex.
"Iyadeh, call me soon, okay?"
Alex memutuskan hubungan. Membuat gadis di sebelahnya menoleh dengan bibir yang dirapatkan.
"Lo ribut besar ya?" tanya Sara saat cowok itu meletakkan kembali hp-nya ke tempat semula.
Alex mencuri pandangan, lalu kembali fokus pada jalanan.
"Lama-lama ga kuat juga. Males gue." desah sahabat gadis itu. Sara ikut cemberut. Seakan dapat merasakan apa yang dirasakan Alex. Sudah lama ia tidak merasakan hal itu, dan rasanya kehadiran Alex yang kembali kehidupnya berhasil mengembalikan rasa yang disebut 'simpati' tersebut.
Keheningan kembali meliputi kedua remaja itu. Sara dapat mengerti akan raut wajah Alex. Tampak kedua alis tebalnya yang hampir membentuk huruf 'v' dan tatapan tajamnya ke arah jalan, membuat Sara semakin yakin bahwa cowok itu sedang marah.
"Lex, btw, lo buruk banget dalam hal ber-skate. Hahaha, ga kebayang gue ngeliat muka melas lo pas jatoh diliatin cewe-cewe." Sara mengalihkan pembicaraan dan kembali tertawa saat dia mengingat ekspresi Alex. Cowok itu tercengang dengan wajah tidak terima.
"Sendirinya pas jatoh hampir ngelorotin celana orang!" sindir Alex.
"HAHAHA. Yang penting ga melorot!!"
"Hampir Lee, malu banget gue!. Lain kali ga mau gue blajar skate ama lo." cibir Alex yang tampak kapok.
"Yeh, gitu deh. Kan masih belajar." Sara membela diri. "Siapa suru make celana kegedeaan?"
"Pilihan mama gue, nih. Milih celana ukuran XL, anjay."
"HAHAHAHA. Yang nyuruh pake ini sape? Kan lo sendiri."
"Ga nyadar, hon. Soalnya ada celana gue yang style nya kaya gini juga. Sama persis. Nyesel gue milih celana ini." Alex lagi-lagi mengeluh dan membuat Sara tertawa.
"Tolol."
"Tapi kan, gue ganteng kalo make celana ini. Ya gak?" Alex mengangkat kedua alisnya dan tersenyum genit.
"Coba lo naek rollercoaster 12 jam, terus lo nanya gue lagi." ejek Sara, dan Alex langsung cemberut.
He hates those games.
Sara tertawa. Again, and again.
Tak terasa lamanya perjalanan membuat gadis itu mengantuk, dan perlahan dengan lelap ia tertidur di bawah jaket yang menutupi wajahnya.
💀💀💀
"Bangun. Bangun, Lee. Bangun!" bisikan lembut terdengar sayup-sayup, dan terdengar semakin nyata. Ditambah dengan guncangan pelan yang menyentuh tangannya membuat mata bermulu mata lentik itu terbuka.
Alex, cowok tampan bermata teduh itu terlihat di sebelahnya. Ia mendapati cowok itu sedang menatapnya dengan pandangan lembut, dan gadis itu menyukai pandangan itu. Sara mengedipkan kedua matanya dan langsung melihat sekeliling.
"Dah nyampe ya?"
Alex mengangguk, dan kemudian keduanya keluar dari mobil.
"Lo bawa kunci rumah?" tanya Alex.
Sara memeriksa kantong dan tas kecil yang digendongnya.
"Sial! Anjir, Lex. Kayanya ketinggalan di toilet hotel, deh."
"Lah, ko bisa disitu?"
"Pas tadi gue dandan, smua isi tas gue keluarin." Sara mendesah dengan wajah memelas. Membuat cowok itu tidak memiliki pilihan selain...
"Manjat ke kamar lo, gue bantuin ya?" tawar cowok itu. Sara mengangguk dan tersenyum.
Keduanya berlari dan Alex langsung membantu Sara memanjat pohon yang kebetulan berada di dekat jendela kamr Sara.
"Untung gue make celana. Kalo rok, udah modus lo!" cibir Sara saat gadis itu memanjat tepat diatas Alex.
"Gue mah gampang, Lee. Gue juga bisa ngelorotin celana lo sekarang, kalo gue mau." kata Alex dengan entengnya. Gadis itu menatap tajam ke arah bawah, tepatnya ke cowok itu. Alex terkekeh pelan.
Keduanya sampai di kamar Sara dengan selamat. Sara menghempaskan diri ke tempat tidur, melepas lelah.
"Gue balik ya, Lee?"
"Eh? Lex?" Sara terduduk, menatap Alex yang masih berdiri di depan tempat tidurnya. "Lo ga mau tidur di sini aja? Ribet banget mesti balik ke rumah lagi."
Alex tersenyum dan menggeleng. "Ribet besok."
Sara berdiri dan langsung mengikuti langkah cowok itu ke dekat jendela. Hampir saja Alex memanjat kembali ke pohon, namun cowok itu kembali berbalik dan menatap gadis di belakang.
"Lee?"
"Apa Lex?"
"Promise me, no matter what happen, don't ever leave. Ever again."
Sara mengernyitkan kening. "Kenapa lo ngomong gitu? Lo sahabat gue Lex."
"Gue ga mau kehilangan lo lagi." ucap Alex.
Sara tersenyum karena terharu. "Gue ga bakal pergi lagi, Lex. Gue udah pulang.."
Cowok itu langsung merentangkan kedua tangannya, dan menerima pelukan erat dari gadis di hadapannya.
"Promise?" Alex menundukkan kepalanya agar dapat menatap Sara yang sudah berada di dekapannya.
"Promise." gadis itu mengangguk dan tersenyum.
Pelukan terjadi beberapa detik, hingga..
"Lex?"
"Hm?"
"Lo bau, nyet."
"Lo juga bau, bi."
"Hahaha."
"Hahaha."
Alex melepas pelukannya, kemudian cowok itu melangkah keluar dan mulai turun. Sesampainya di bawah ia kembali menatap Sara dan melambai, membuat gadis itu tersenyum.
Poor Alex.. batin gadis itu kemudian. Gue janji gue ga bakal pergi lagi, my Alex.
💀💀💀
Telat update? Sorry yaa ;-:
Tugass ><
Voment ayo voment!! 💙
Banyakin komen pendapat yaaa. Hehehe 😽
-Love, MC