" Mba " panggil Sarah pada seorang pelayan
" Ini, kembali nya buat mba aja ya "
" ohh terima kasih ibu " ucap pelayan salah satu restoran di mall itu
" Ra, ma Rasya ke kamar kecil dulu ya, mama dan Zahra tunggu disini sebentar "
" ya udah sana jangan lama-lama " ujar Sarah
Rasya pun pergi mencari kamar kecil, setelah beberapa menit Sarah jenuh menunggu dan ia sudah mulai mendecak kecil.
" Ko Rasya lama ya Ra ? "
" Engga tau ma, Zahra samperin dulu saja ya "
" Iya sudah gih, kok lama sekali sih dia "
" Mama tunggu disini aja ya Ra " ucap Sarah kembali
" Iya , sebentar ya ma "
Pandangan Zahra pun mulai mengelilingi tempat sekitar, dan mencari arah penunjuk tempat, dan akhirnya pun ia menelusuri arah menuju kamar kecil yang berada di lantai dua mall tersebut.
" Astaghfirulah " ucap Zahra
Tangannya pun tersentak meremas dadanya, nafas pun seakan-akan terhenti sesaat sehingga membuatnya sesak di bagian dada, ia langsung memalingkan tubuhnya agar tidak melihat apa yang terjadi di depannya.
" Allahu akbar " gumamnya kembali, ia mencari kekuatan dari kalimat Allah yang di ucapnya
" Pasti salah lihat, Bismillahirrahmanirrahim " gumamnya
Ia mencoba membalikan tubuhnya kembali .... Dan
deg...
" Lepas nad " ucap Rasya
" Tidak honey, aku kangen. Kamu kenapa tidak bilang mau kesini, biar kita bisa sama-sama "
" Lepas nad, aku harus pulang " ujar Rasya kembali
" Kenapa honey ini kan masih siang " ucap Nadia seraya melepas pelukannya kepada rasya
" Ohh, apa karena istri lagi, kamu berubah ya semenjak ada dia " ucap Nadia dan mendecak kesal
Tak sengaja pandangan Nadia terhenti ketika melihat seorang wanita yang menggunakan khimar berwarna biru dongker berdiri tepat di belakang Rasya namun masih tetap berjarak beberapa meter.
Dengan cepat Nadia kembali menarik Rasya, namun Rasya tetap menolaknya dan ..
" Honey mending kamu jujur aja deh sama keluarga kamu, kalau kita saling men cin tai. Jadi kamu sama aku tidak akan pernah terpisahkan lagi "
" Nadia lepas, apa-apaan .. "
" Mas " ucap seseorang dengan suara sedikit bergetar
" Zahra " ucap Rasya langsung berbalik memandang ke arahnya
" Mam.. mama sudah menunggu kita mas " ucap Zahra terbata
" Hai, lo kan yang waktu itu dirumah Rasya. Jadi lo istrinya. Lo tau engga kalau lo itu sudah menjadi duri dalam hubungan gue sama Rasya terlebih lo itu penghambat kebagaian Dia tau lo "
" Maaf mba, saya tidak bermaksud, dan saya tidak pernah tau tentang ini. Karena, karena mas rasya tidak pernah memberi tahu kan saya "
" Jadi lo yang sok suci mau bilang kalau lo tidak bersalah dan ini semua salah Rasya pacar gue "
" Stop Nad, kita sudah berakhir, berakhir ketika lo ngilang tanpa kabar. Tidak usah ganggu hidup gue lagi " ucap Rasya dan menarik tangan Zahra yang sedang mematung
" Astagfirullah " ucap Zahra ketika khimarnya di tarik dengan kencangnya oleh Nadia hingga ia sedikit terjatuh terkena ubin
" Zahra " ucap seseorang yang datang menghampiri
" Siapa kamu berani sekali menyakiti menantu saya "
" Tante, dia ini sudah merebut kebahagian anak tante sendiri, Rasya " ucap Nadia
" Merebut, siapa yang merebut. Justru kamu yang ingin merebut Rasya dari nya "
" Tante, saya dan Rasya saling mencitai, dan Rasya belum bisa mencintai perempuan lain termasuk perempuan ini kecuali saya. Iya kan honey " ucap Nadia seakan-akan meng iya kan Rasya.
" Boho.. " ucap Rasya namun terpotong oleh Sarah
" Zahra ayo pulang " ucap Sarah mengakhiri dan yang sudah tak tahan mendengan kan semua
Dikeramaian mall itu lah Zahra menahan tangisnya, tangannya terus di pegang oleh Sarah mama nya menuju ke luar mall itu.
" Ra mama malu ra, mama malu. Mama malu dengan mu "
" Ma tunggu ma, Ra aku bisa jelasin semua nya ma "
" Sudah kamu tidak perlu jelasin apa-apa, mama mau pulang "
" Kenapa kesitu ma " tanya Rasya ketika melihat mereka berdua malah menuju loby untuk memesan grab car
" Mobil Rasya di sebelah situ ma "
" Lepas Sya, mama dan Zahra naik kendaraan umum saja "
" Ma tolong ini tempat ramai, jangan buat keributan " jelas Rasya
" Tempat ramai, jadi kamu tau ini tempat ramai Sya, tapi kamu membiarkan istrimu di sakiti seperti tadi di tempat ramai ini "
" Ma, Rasya bisa jelasin. Sekarang kita ke mobil Rasya ya "
Sarah melihat ke arah Zahra, tetapi Zahra masih tetap menundukan kepalanya dan sedang menahan tangisnya.
" Ra bagaimana naik mobil Rasya aja atau mobil grab "
Zahra mulai mengangkat kepalanya menatap Rasya dan Sarah
" Naik mobil mas aja ya ma, kan kita sama-sama mau pulang "
" Iya udah deh, kamu engga apa-apa kan "
" Zahra tidak apa-apa ma "
" Iya udah, ini karena Zahra masih mau naik mobil kamu jadi mama terpaksa harus naik mobil kamu juga . Ini bawa belanjaan mama " ujar Sarah
Diperjalanan pulang hanya terdapat keheningan antar satu sama lain, tidak seperti kala dimana Sarah terus merbincang dengan Rasya, di tambah kemacetan jakarta yang tak terhentikan.
" Langsung kerumah mama dulu Sya, mama sudah cape "
" Iya ma "
" Ma Zahra mampir di rumah Bunda dulu ya, sebentar lagi kita melewati rumah bunda kan "
" Iya sayang, engga apa-apa kok. Kita mampir antar Zahra dulu sya " ujar Sarah tanpa meminta persetujuan Rasya boleh atau tidaknya
Mobil pun sudah berada di depan rumah Andi dan Fatimah
" Mama tidak mampir dulu " ucap Zahra
" Tidak ra, mama langsung pulang dulu aja ya. Nanti kamu di jemput Rasya pulangnya "
Zahra menoleh kembali ke arah Rasya " Mas Rasya kalau sibuk tidak perlu jemput zahra, nanti Zahra minta di antar ayah saja "
" Nanti saya jemput saja " ujar Rasya
" Iya udah hati-hati ya ma. Assalamualaikum .. "
"Wa'alaikumsalam warahmatullah " ujar keduanya dan meninggalkan pekarangan rumah orang tua Zahra
Zahra mulai mengatur nafasnya, ia tarik nafas dalam-dalam sebanyak tiga kali dan menghembuskannya, ia tidak ingin terlihat sedih di depan orang tuanya, namun ingin mencari ketenangan di pelukan bundanya.
" Zahra sayang, sendiri saja " tanya bunda ketika membuka pintu
" Assalamualaikum warahmatullah bunda "
" Wa'alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh sayang " balas Fatimah
" Bunda baru saja ingin ke Indomart di depan sana, Zahra datang. Jadi Zahra mau ikut bunda dulu atau menunggu di dalam saja "
" Ayah ada bunda ? " tanya Zahra
" Ayah sedang silaturahim dengan ustad mujab sahabat ayah "
" Emm ya sudah Zahra temenin bunda saja dulu " ucap Zahra
Mereka berdua pun menyeberangi jalan dan menuju Indomart terdekat di komplek itu.
" Bunda ingin membuat cake mumpung ayah tidak dirumah dan bunda sedang tidak sibuk "
" Cake kesukaan Zahra dan ayah ya bun "
" Iya sayang karena kalian berdua kan seleranya sama "
Zahra mulai memilih kan bahan-bahan untuk kue yang ingin Fatimah buat dan memilih beberapa makanan stock untuk persediaan bundanya dirumah. Ia terhenti sesaat ketika melihat seseorang yang di kenalnya sedang memilih minuman di salah satu dispenser, tatapan mereka pun bertemu seketika.
" Zahra " panggil orang tersebut
Zahra terburu untuk meninggalkan tempatnya menjauhi orang itu, namun laki-laki itu mengejarnya.
" Ra, Zahra tunggu ra " ia terhenti sesaat " Zahra aku mencintai kamu dari dulu hingga saat ini " lanjutnya membuat Zahra tersentak
" Apa kau tahu kalau saya ini sudah bersuami, kenapa masih mengejar Zahra terus "
" Cinta tidak bisa melihat pasangannya bersama orang lain Ra, aku mencintaimu. Dan aku tahu kalau suami mu tidak pernah cinta kan dengan mu. Tinggal kan dia ra, dan terima aku, aku akan membahagiakan mu, aku berjanji demi diri ku sendiri "
" Kamu tahu Dimas, kalau itu bukanlah cinta, tetapi Syahwat. Dan urusan cinta suami Zahra itu hanya dia dan Allah Shubhanahuata'ala lah yang tahu. Dan kamu harus tahu jika kita mengucap sumpah dengan mengucapkan demi maka itu tidak boleh disebut jika tidak atas nama Allah "
" Permisi Assalamualaikum " ucap Zahra
" Kamu sendiri yang akan datang pada ku nantinya Ra, dan aku akan membuat suami mu meninggalkan mu demi perempuan kekasihnya itu " ucap Dimas
Dimas segera membayar minuman nya di kasir dan meninggalkan tempat tersebut.
" Udah semua ya ra " tanya bundanya
" Sudah bun, sepertinya sudah lengkap "
Mereka berdua pun membayarnya di kasir dan pulang kembali kerumah bundanya. Sesampainya di rumah, Fatimah segera memulai menyiapkan peralatan dan perlengkapannya dan membuatnya dengan setulus hati dan di bantu pula oleh Zahra.
" Bunda zahra boleh bertanya sesuatu " ucap Zahra membuka percakapan kembali
" Tanya kan saja ra, seperti biasa bunda akan jawab dan jelaskan jika bunda mengetahuinya "
" Tapi bunda jangan mikir yang macam-macam dulu ya "
" Iya, memangnya Zahra ingin bertanya apa "
Zahra menarik nafasnya dengan pelan
" Bagiamana jika bunda mengetahui kalau ayah mencintai wanita lain, apa yang yang bunda akan lakukan " Fatimah pun tersenyum
" Kalau wanitanya itu ibunya ayah maka bunda tetap bahagia, jika wanita lain itu adalah putri kami ini maka bunda akan semakin bahagia . Sebenarnya Zahra sedang menanyakan tentang ayah atau suami Zahra nak " ujar Fatimah
" Sebenarnya apa yang terjadi dengan mu, bicaralah dengan bunda "
" Tidak ada bunda, Zahra dan mas Rasya tidak ada masalah apa-apa "
" Tidak berbohong, tanpa Zahra katakan Bunda sudah tahu, tetapi alangkah baiknya jika bunda mengetahui yang sebenarnya, bukan dari pirasat bunda saja "
Untaian kata-kata pun meluncur dari bibir manis Zahra, di iringi dengan air mata keduanya membahas hal yang sedang di rasakan Zahra, Zahra dengan lepas membagi bebannya dengan bundanya seraya mengeratkan pelukan nya pada bundanya.
Hingga Zahra pun lelah dengan tangisnya ia mulai tertidur di sofa ruang tamu, sementara bundanya terus mengelus kepalanya yang tertutup khimar berwarna biru dongker itu. Tiba-tiba terdengar deru mobil terparkir jelas di depan rumah mereka. Fatimah segera menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.
" Assalamualaikum bunda " ucap nya
" Wa'alaikumsalam warahmatullah Sya "
" Zahra dimana bunda, tadi dia minta berhenti mampir ke sini "
" Ada, dia sedang tertidur di sofa . Ayo mari silahkan masuk terlebih dahulu nak "
" Iya terima kasih bunda "
Rasya segera menghampiri Zahra, Fatimah juga bergegas menuju ke dapur untuk mengambilkan segelas air minum untuk Rasya
" Saya tahu kalau kamu habis menangis Ra, maaf kan saya, saya membuat mu menangis, tetapi saya juga tidak bisa melepaskan mu untuk orang lain " bathin Rasya
" Entah apa yang membuat ku seperti ini, aku tidak bisa menghindari semua ini, tetapi aku juga tidak ingin kau menangis seperti ini ra, maafkan saya , maaf " ucap Rasya dengan pelan namun terdengar oleh Fatimah
" Mungkin ini bukan saja kesalahan mu Sya, bisa saja ini kesalahan anak bunda yang belum bisa menjadi istri yang baik untuk mu, tapi ketahuilah dia sedang berusaha untuk menjadi istri yang baik juga sholehah untuk mu "
" Maafkan saya bunda, ini semua salah saya "
" Zahra baru saja tertidur Sya, mungkin dia kelelahan. Kamu minun terlebih dahulu. Bunda sedang membuat kue, jadi bunda mau melihatnya terlebih dahulu sudah matang atau belum nya "
" Iya bunda terima kasih minumannya "
Fatimah meninggalkan Rasya dan Zahra menuju ke kadapur kembali, sementara Rasya terus menatap Zahra yang terlelap, tak bosan ia terus menatap wajah Zahra yang sendu yang terlihat telah di banjiri oleh tangisan. Hingga Zahra mulai membuka mata kembali dan terkagetkan dengan keberadaan Rasya di dekatnya, dengan menempelkan sebagian wajahnya di sofa samping Zahra dan duduk di lantai beralaskan karpet tebal berwarna coklat motif.
Iya mencari keberadaan bundanya, dan mulai melerai untuk memindahkan posisinya, namun belum saja berhasil Rasya juga terbangun karena gerakan Zahra mengganggunya.
" Ra sudah bangun " ucap Rasya
" Mas kok tidur disitu, kan ada kamar diatas mas "
" Iya aku takut kamu terbangun kalau aku angkat kamu ke kamar "
" Memang kenapa kalau mas saja yang ke kamar, kamar itu kan juga kamar mas "
" Wah sudah pada bangun, kue bunda sudah jadi ni " ucap Fatimah menghampiri
" Wah bunda, pasti enak sekali apalagi baru bangun seperti ini. Tapi sebentar lagi azan Ashar deh bun, Kita siap-siap shalat dulu ya, setelah itu nyobain cake buantan bunda " ucap nya dan memperlihatkan gigi putihnya, ia seakan-akan tidak sedang memendam kesedihan
" Iya sudah ayo " ucap Fatimah
" Mas ganti pakaian dulu ya, trus langsung ke masjid. Baru makan kue buatan bunda "
" Iya " ijar Rasya dengan senyum tipis
***
Waktu pun sudah menunjukan malam, Zahra baru saja meletakan kepalanya di atas bantal lembut miliknya di samping Rasya, karena Zahra terlambat shalat isya maka terlebih dahulu Rasya pulang dari masjid baru Zahra selesai shalat, namun kebiasaan yang sering ia lakukan setelah shalat yaitu membaca Al-Qur'an walau hanya satu lembar atau beberapa ayat itu sudah dianggap sebagai kewajibannya sebagai muslimah.
" Mas, boleh Zahra berbicara sesuatu "
Dengan tatapan tetap lurus kedepan Zahra memberanikan untuk mengungkap kan kata-katanya
" Iya, ada apa " ucap Rasya menoleh kearahnya
Namun Zahra diam sesaat lalu meneruskan ucapannya
" Kalau mas ingin poligami, Zahra ikhlass... "
deg.. serontak kata-kata itu membuat Rasya terperanga.
*********
Maafkan ketidak jelasan ku ya
jangan lupa vote dan commentnya
Lagi ngejar target ni sebelum Ramadhan ini biar selesai dulu, soalnya lagi pengen buat cerita yang baru..
Mohon Do'a nya readers
Cikarang '03-04-2018
Eliya Yunani