Cinta Dalam Doa [End]

By Malekanita

163K 6.8K 265

Karena pada dasarnya Cinta dalam doa adalah hal yang Indah, hanya saja kita perlu mengendalikan perasaan kita... More

Pengajian bersama disekolah
Pesan darimu
Pacaran dan Hijrah
Astagfirullah
Ananda Rafifa Az-zahra Bashiel
Coretan Saya
Ana uhibbuka fillah
Perubahanmu
Perubahanmu 2
Pengenalan Tokoh
Hidup Baru
OSPEK
Rahasia-in dulu yah ..
Maafkan Fifa
Kak Bayu, mengertilah
Ada Apa Dengan Reno (AADR)?
Pulang untuk Pergi
Palestina
Cinta Dalam Doa
Kak, Amanat ini terlalu berat ..
After Married
Anak Siapa ?
2 Anugerah
Keluarga 4R
Raffa dan Rafania
Datang & Perginya Risa
Kepulangan Raffa
Ocehan Author
Gak ada Lo Gw
Dua Adzan dihari ini
Si Kembar
Kembali pada keluarga 4R
Part Saran

Rafania Menghampiri

3.6K 172 17
By Malekanita

"Gimana bang?" tanya Rafifa saat melihat Raffa turun dari kamarnya dan ikut bergabung dengan dirinya juga Refand di meja makan. Malam ini seperti biasanya mereka bertiga selalu melaksanakan makan malam bersama, terlebih sejak kepergian Rafania, Raffa sering terlihat murung dan banyak diam dan melamun. Hanya saja Rafifa sering menasihati Raffa agar dirinya lebih kuat, apalagi Raffa masih punya tanggung jawab, yaitu Rania dan Tania yang tak lain adalah kedua buah hatinya yang baru berusia lima tahun yang tentu saja masih sangat membutuhkan Raffa sebagai sosok ayah bagi keduanya.



"Tania sih udah tidur dari tadi Mi, cuman Rania agak susah tidurnya. Dari sore emang agak rewel" Jawab Raffa sambil duduk dan mengambil makanan yang akan ia makan



"Rania sakit?"



"Enggak Mi, suhu badannya normal, nafsu makannya juga gak turun"



Rafifa menghela nafasnya lega, cucunya yang memang sangat ia sayangi yang ia kira sakit rupanya tidak. Sejak cucu-cucunya lahir, Rafifa memang terkesan sangat antusias dalam mengurusnya. Sampai sampai raffa mau menggunakan jasa Babysitter saja Rafifa tak mau karena ia ingin dirinya saja yang mengurusnya. Rafifa kekeuh tidak mau dibantu oleh babysitter, Raffa yang kehabisan akal untuk membujuk Rafifa akhirnya mendiskusikan masalah ini dengan Refand sang Abi. Dengan bujukan Refand pun Rafifa sangat sulit menurutinya, hanya saja pada akhirnya Rafifa menurutinya.

"Kakak tau kalau Fifa sayang banget sama Tania dan Rania, tapi kalau untuk mengurus keduanya ditambah mengurus rumah, Fifa bakal keteteran. Kakak gak mau Fifa sakit, pakai jasa babysitter aja yah, buat bantu bantu Fifa. Walaupun begitu kan Fifa masih bisa dengan bebas ngurusin Rania sama Tania, Iyakan?" Jelas Refand kala itu yang kemudian disetujui Rafifa


Ketiganya makan tanpa mengobrol sedikitpun, karena itulah peraturannya. Saat sedang makan tidak boleh banyak ngobrol, kata Refand kala itu yang langsung dipatuhi oleh semuanya.


Begitu selesai makan, Rafifa langsung membuka pembicaraan. Pertama tama ia sedikit berbasa basi pada Raffa sebelum berbicara pada intinya.



"Selama wanita itu ta'at pada Allah, Cinta sama abang dan sayang sama anak anak, ummi sama abi in syaa Allah setuju bang, Yakan kak? " Ucap Rafifa kemudian sambil menoleh kearah Refand meminta pendapat, Refand mengangguk setuju. Sedangkan Raffa terlihat dari ekspresi wajahnya kurang setuju dengan pendapat kedua orang tuanya itu



"Maaf Mi, Bi, tapi untuk sekarang Abang pengen fokus dulu sama Tania dan Rania. Abang juga gak mau menikahi seseorang apalagi wanita shalehah tanpa cinta, abang takut menyakiti dia Mi, karena hati abang masih ditempati oleh si Ade aja"



"Ummi ngerti nak, tapi bukannya mereka juga memerlukan sosok ibu?"



Mendengar pertanyaan umminya itu, Raffa malah nyengir gak jelas. Hal itu tentu saja tak luput dari perhatian Rafifa juga Refand hingga keduanya beradu pandang melihat tingkah anaknya itu. Rafifa tampak menaikkan satu alisnya bertanya maksud cengiran Raffa.



"Ahehe, kan ada ummi yang bisa jadi ibunya"



"Yaudah gimana abang, kan abang juga yang menjalani, ummi sama abi Cuma bisa Kasih masukan"



"Ummi gak marahkan?"



Rafifa tersenyum ramah pada putranya itu meyakinkannya kalau ia tak marah sama sekali atas keputusan Raffa. Justru sedikit banyaknya ada rasa senang dihatinya karena rupanya sang menantu masih sangat mencintai dan juga Setia pada putrinya. Tetapi ia juga kasihan pada Raffa yang telah lima tahun ini menjadi abi sekaligus ummi untuk kedua anaknya.



---



Rafifa's dream



"Masya Allah, aku dimana?" ucap Rafifa sambil berputar putar melihat sekelilingnya yanh terlihat sangat asing dimatanya. Sebuah tempat yang memang sangat ibdah berwarna dominan putih bersih namun sangat sepi, hanya ada dirinya seorang membuat Rafifa kebingungan sekaligus ketakutan. Rafifa terus berjalan pelan sambil senantiasa memandang kesana kemari mancari seseorang yang dapat ia mintai pertolongan agar ia dapat kembali kerumahnya namun hasilnya nihil. Rafifa terus memanggil nama Refand, tapi tak ada juga tanggapan membuatnya sangat sedih juga frustasi. Kemana ia harus pergi? Dimana sebenarnya dirinya kini? Kenapa tak ada orang yang menolongnya?


Rafifa yang kelelahan dan juga kecewa karena dirinya terus sendiri dan tak menemukan jalan keluar dari tempat yang membuatnya sendiri juga jauh dari keluarganya itu akhirnya ambruk terduduk diatas lantai marmer putih berkilau yang kini ia pijak. Menangis, itulah yang kini Rafifa lakukan.


Tiba tiba seseorang berjongkok didepannya dan mengangkat dagu Rafifa serta menghapus air matanya dengan lembut, senyum diwajahnya sangat meneduhkan, senyum penuh ketenangan membuat Rafifa juga tersenyum padanya.



"Jangan menangis Ummi, sesungguhnya aku merasa berdosa setiap setetes air mata keluar dari kedua mata indahmu itu" ucapnya dengan sangat lembut



"Ade? Ini kamu kan nak?" Tanya Rafifa meyakinkan apa yang ia lihat kini, ia pegang pipi putih bercahaya anaknya itu. Rupanya memang benar itu adalah putrinya yang sangat ia sayangi, Rafania. Rafania mengangguk mengiyakan pertanyaan umminya itu.



Dengan spontan Rafifa memeluk Rafania dengan erat sambil menangis penuh haru, tak menyangka ia akan bertemu kembali dengan putrinya yang telah 5 tahun ini tiada "Ummi kangen banget sama Ade, Ade kenapa tinggalin ummi?"



"Ade gak ninggalin ummi, buktinya Ade sekarang ada disini"



Rafifa melepaskan pelukannya, kembali ia tatap sekelilingnya dan ia pegang kedua pundak Rafania dengan tatapan mengunci pada Rafania "De, kita kayanya tersesat. Dari tadi ummi teriak teriak manggil abi kamu tapi gak ada. Ummi gak menemukan seorang pun selain kamu, kamu kenapa bisa sampe sini sayang?"



Rafania terseyum pada Rafifa ia raih tangan kanan Rafifa yang berada dipun daknya dan ia kecup dengan penuh hormat "Ummi gak tersesat, Kita gak tersesat. Ini memang tempat Ade sekarang dan Ade sengaja panggil ummi, maaf ya Ade ganggu waktu ummi. Tapi ada yang perlu Ade bicarain, Ade gak bisa berkomunikasi sama ummi selain disini, makanya Ade undang ummi kesini. Gapapakan mi?"



"Gapapa sayang, ada apa nak?"



"Pertama tama, Ade mau minta maaf sama Ummi, Ade banyk salah sama ummi, Ade juga sering ngerepotin ummi apalagi.." belum selesai Rafania menyelesaikan ucapannya Rafifa memotonya dengan air mata telah berjatuhan di pipinya



"Nggak sayang, ade gak punya salah sama ummi, ade anak yang shalehah, ummi sayang banget sama Ade"



"Alhamdulillah, Makasih ya mi. Ade juga titip salam dan maaf untuk abi juga bang Raffa ya Mi, sebelum ade meninggal ade udah bikin mereka repot karena harus bawa bawa ade ke rumah sakit, pasti mereka cape tuh mi, duh ade gak enak banget deh"



Rafifa menggeleng gelengkan kepalanya mendadakan bahwa ucapan Rafania itu tidak benar, air matanya terus mengalir dengan deras namun tangan lembut Rafania terus menghapusnya sambil tersenyum menyejukkan hati.



"Ummi, tapi bukan itu alasan ade manggil ummi" lanjut Rafania membuat Rafifa kebingungan



Rafifa kini menggenggam tangan Rafania dengan penuh kehangatan, tangan Rafania yang begitu dingin tetap Rafifa genggam erat dan sesekali ia dekap didadanya "Katakan sayang, beritahu ummi apa yang mengganjal dihatimu"



"Ade disini kesepian ummi" Kini justru Rafania yang mengalirkan air matanya dengan tatapan dan isakan yang memilukan hati. Membuat Rafifa tak kuasa mendengar suara menyedihkan putrinya itu hingga lagi lagi ia memeluknya dan menciumi kepala anaknya itu. Terdengar jelas dari suara sang anak bahwa ia sangat kesepian dan membutuhkan teman untuk bersamanya.



"Kamu gak sendirian sayang, ummi, abi, bang Raffa juga anak anak ade selalu mengirimkan doa untuk ade" jawab Rafifa



"Enggak ummi" Rafania melepas pelukannya dan menatap wajah umminya itu dalam dalam "Ade butuh temen disini mi"



"Kalau begitu biar ummi aja yang temenin ade ya nak ya?" tawar Rafifa



Rafania menggeleng pelan, tak setuju dengan umminya itu. Bukan ia yang Rafania inginkan, Rafania tampak tertunduk dan meneteskan airmatanya. Terpancar dari matanya sorot kekhawatiran yang dapat Rafifa lihat dengan jelas. Rafifa bertanya apa sebenarnya yang Rafania inginkan, ia akan mengabulkannya jika ia bisa.



"Ummi jangan marah ya, ade gak mau Allah murka sama ade karena bikin ummi marah" Rafifa mengangguk dan berjanji bahwa ia tak akan marah pada Rafania, bagaimana ia akan marah? Ia sangat merindukannya juga menyayanginya. Rafifa terus menyakinkan Rafania bahwa ia tak akan marah agar Rafania yang terus diam membisu mau angkat bicara. Akhirnya Rafifa berhasil, Rafania melanjutkan ucapannya "Abi masih membutuhkan ummi. Ade pengen bawa Rania, bolehkan mi?"



Seketika wajah terkejut Rafifa langsung muncul dan tentu saja tak dapat ia sembunyikan "Apa?! De, Rania masih terlalu kecil, masa depannya masih panjang sayang, masa ade tega bawa Rania"



Rafania menunduk sedih mendengar jawaban umminya yang tak setuju dan tak ingin mengabulkan permintaan dirinya itu.



"Maafkan ummi sayang, ummi gak bisa ngijinin ade nak"



"Tapi ummi, Rania anak ade. Ade ibunya, ade butuh Rania, Rania juga butuh ade. Kenapa gak boleh ummi?"



Rafifa belai kepala Rafania yang berbalut hijab putih dengan sangat lembut dan berusaha memberikan pengertian pada Rafania "Sayang, kalau kamu mengambilnya kamu akan membuat ummi, abi,.bang Raffa juga Tania sedih. Apa kamu tega nak?"



"Tentu ade gak mau ummi, tapi ade disini bener bener butuh teman. Ade rasa itu udah adil, abi masih punya ummi, bang Raffa masih punya Tania dan ade juga bersama Rania. Iyakan mi?"



"Nggak sayang ummi mohon jangan lakukan itu nak, kita akan berkumpul kembali kelak, tapi bukan sekarang nak. Biar Allah saja yang menentukan"



Rafania tersenyum lebar mendengar jawaban umminya itu "Ini juga kehendak Allah mi. Yaudah ummi tidur lagi ya, maaf ade ganggu ummi. Makasih udah mau dateng nemuin ade, ade sayang banget sama ummi, abi, bang Raffa juga Tania apalagi Rania. Ade duluan ya mi" Rafania melangkah pergi menjauh dari Rafifa. Tak puas dengan jawaban Rafania, Rafifa terus memanggil nama Rafania. Namun Rafania hanya menoleh kearah Rafifa sambil tersenyum tanpa menghentikan langkahnya.

"Ade jangaaaaaan" Teriak Rafifa sambil terbangun dari tidurnya.



Bersamaan dengan itu Refand juga terbangun karena teriakan Rafifa cukup keras, nafas Rafifa masih ngos ngosan. Refand yang kaget melihat kondisi istrinya itu segera memberinya minum air putih yang ada disampingnya, Rafifa menerimanya namun ia masih tak menjawab pertanyaan Refand mengenai apa yang terjadi dengannya dan apa yang ia mimpikan. Rafifa masih terlihat seperti orang linglung, beberapa saat ia tampak berfikir sebelum akhirnya terlintas nama Rania didalam fikirannya.



"Rania" ucap Rafifa sambil beranjak dari tempat tidurnya dan keluar kamar menuju ke kamar Rania dan Tania



Refand yang semakin bingung dengan Rafifa mencoba memanggilnya namun tak Rafifa hiraukan, ia tetap berjalan cepat menuju kamar cucu cucunya itu. Saat hampir sampai didepan kamar kedua cucunya itu Rafifa menghentikan langkahnya karena mendengar suara tangis cucunya.



"Kamu kenapa sih Fa?" tanya Refand yang kini berada di sampingnya. Rafifa hanya menoleh kearah Refand lalu berlari masuk ke kamar Rania dan Tania. Dilihatnya ada Raffa yang sedang menggendong Rania dengan wajah yang panik karena tangisan Rania kali ini cukup berbeda. Lebih kencang daripada petang tadi.



"Rania, sini sayang" Rafifa mengambil alih Rania dari gendongan Raffa tanpa permisi



"Rania kenapa bang?" tanya Refand



Raffa menggeleng tak tau "Abang juga gak tau bi, tiba tiba Rania nangis kaya gini, suhu badannya juga tiba tiba naik drastis"



Rafifa mendekap Rania dalam gendongannya, tiba tiba Rafifa mengucapkan sesuatu yang terbilang aneh dan tak dimengerti oleh Raffa dan Refand.



"Ade, ummi mohon sayang jangan lakukan ini, ummi sayang sama ade, ummi yakin ade juga sayang sama Rania, masa ade gak kasian sih liat Rania kaya gini, ummi mohon berhenti nak berhenti" ucap Rafifa sambil menangis memeluk erat Rania



Raffa dan Refand yang melihat kejadian itu langsung menghampiri Rafifa. Keduanya terus bertanya apa yang Rafifa lakukan dan apa maksudnya, namun lagi lagi Rafifa tak menghiraukannya.


Rafifa semakin erat memeluk Rania, begitupun dengan tangisan Rania yang semakin tak terkendalikan. Tania juga terbangun mendengar keributan itu, tak ingin Tania menangis juga Raffa menggendong Tania dan menenangkannya.



"Ya Allah, Ade ummi mohon sayang berhenti, ummi janji akan selalu datang nemuin ade tapi jangan gini sayang, ummi ngerti ade sendiri tapi Rania juga berhak hidup disini nak" teriak Rafifa



Refand menghampiri Rafifa dan memeluk Rafifa, ia menyangka bahwa Rafifa kesurupan "Fa, Fifa ngomong apa sih? Istighfar Fa istighfar"



"Rafania yang lakuin ini kak, ayo kak bilang sama dia jangan kaya gini. Dia anak yang baik pasti nurut sama kita kan kak?" Rafifa mesih terus menangis



Karena Rafifa terus mendesaknya akhirnya Refand menuruti permintaannya untuk berbicara pada Rafania walaupun sebenarnya Refand sendiri bingun harus apa karena ia tak melihat Rafania bahkan tak mengerti apa masalahnya.



"Ade, ade taukan segimana sayangnya abi sama ade? Ade gak sendiri nak, kita tetep sama ade walau kita berbeda alam. Pergilah dengan tenang sayang, jangan seperti ini, ini bukan ade yang abi kenal. Ade anak baik, anak yang shalehah. Pergilah nak, kita sayang sama ade"



Selesai Refand mengucapkan itu, percaya tak percaya akhirnya tangis Rania berhenti suhu tubuhnya pun perlahan berangsur normal kembali. Rafifa dan semuanya mencoba mengembalikan suasana agar Rania dan Tania kembali tidur normal tanpa rasa takut ataupun cemas.


Setelah keduanya tidur Rafifa menceritakan tentang mimpinya itu pada Raffa dan Refand, ketiganya terus beristighfar dan mengirimkan doa pada Rafania agar arwahnya tak merasa sendiri dan tak berniat mengambil anaknya lagi.


Alhamdulillah selesai juga part ini tengah malem dibuat langsung post deh... 😂
Semoga suka yaa 😁😁
Seperti biasa ditunggu Voment nya..

Majalengka
Nita Nadya Febriyanti
8 April 2018
12.47 AM
SBBunga
💐💐💐

Continue Reading

You'll Also Like

392K 52.4K 26
[A DAN Z UNIVERSE] Dibaca berurutan: A dan Z, ATHARRAZKA, ATHARRAZKA 2: Aryan, ATHARRAZKA 3: Zyana. Zyana Falisha Atharrazka, anak perempuan semata w...
9M 641K 72
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Fae...
42.8K 6.1K 62
♡ || FOLLOW SEBELUM BACA || ♡ ⏳Jadwal Updates: Up sesuai target likes/votes⭐. Menceritakan tentang Xiao Zhan, seorang kultivator tingkat leluhur bert...
4.6M 528K 61
CERITA INI SUDAH TERBIT DALAM BENTUK CETAK. KAMU BISA TEMUKAN PERJANJIAN DUA SURGA DI GRAMEDIA ATAU TOKO BUKU ONLINE, YAH ... ROMANCE- SPIRITUAL CERI...