Satu tahun kemudian,
Jam di dinding menunjukkan pukul 9 malam saat kaki Elang sampai di depan ruang persalinan dengan ketakutan yang teramat dalam, Natasya yang sangat ia cintai sedang berada di ambang kematian. ketakutan luar biasa menyerang Elang seperti ribuan jarum yang menusuk jantungnya berulang-ulang
Antara cemas, ketakutan dan kebahagiaan tidak dapat Elang bedakan, dan justru berbaur menjadi satu. bagaimana tidak? saat ini istrinya sedang berjuang untuk melahirkan anak pertama mereka dan berada di ambang kematian, hidup dan mati adalah hal yang pasti
"bang tenang dulu, kak nata pasti baik-baik aja. dia perempuan yang kuat" ucap Nathan mencoba menenangkan kakak iparnya yang sedari tadi mondar-mandir di hadapannya
"bagaimana aku bisa tenang sementara Natasya di dalam sedang mempertaruhkan nyawanya untuk anak kami" ucap tegas Elang yang tidak bisa ia pungkiri lagi bahwa ini adalah ketakutan terbesarnya setelah kematiannya sendiri
"lang, ayo duduk nak. tidak ada gunanya kamu mondar-mandir seperti ini, kamu berfikir positif saja bahwa Natasya akan baik-baik saja" kali ini Anna yang mengangkat bicara. Elang menghembuskan nafas nya pasrah kemudian menyandarkan tubuh di tembok yang langsung berhadapan dengan pintu ruang bersalin.
kecemasan, ketakutan luar biasa merasuki nadinya. apa jadinya jika perempuan itu tidak bisa selamat? Elang menggelengkan kepalanya kuat-kuat, membuang fikiran negatif itu jauh-jauh
selang beberapa waktu seorang dokter bernama Liana, salah satu teman akrab Natasya saat bekerja di rumah sakit ini keluar dari ruang persalinan dan langsung di serbu oleh dua keluarga yang ikut berdatangan
"bagaimana keadaan istriku?" tanya Elang terburu dengan harapan bahwa kabar baik yang akan di dengarnya
"ibu dan anaknya sehat. selamat putra mu sangat tampan" ucap Liana. Elang tersenyum bahagia, rasa takutnya hilang seketika, debaran jantungnya pun kembali menormal
"boleh kami melihat keadaan merek?" tanya Dita dengan senyum yang mengembang. tak bisa dipungkiri lagi kebahagiaan ada pada diri wanita itu
"silahkan. saya akan memberikan resep obat, silahkan salah satu ikut saya ke ruangan" ucap Liana. Anna pun mengikuti dokter berusia 27 tahun itu ke ruangan yang tidak jauh dari ruang bersalin. sementara yang lainnya langsung menyerbu tempat Natasya
"dia tampan. sama sepertimu" gumam Natasya saat Elang sudah berada di sampingnya seraya menatap bayi mungil di dekapannya
"aku sudah memiliki nama untunya lang" sambung Natasya. Elang mengerutkan kening, seingatnya ia tidak pernah berpesan atau membahas masalah nama dengan Natasya tapi perempuan itu sudah memiliki nama lebih dulu
"siapa sya?"
"Samudra Genta Pradipta" jawab Natasya dengan senyum sumringah. Elang pun demikian
"nama yang bagus. artinya apa?"
"Samudra artinya luas, Genta artinya berarti dan Pradipta atas usul mama Dita yang mengambil dari nam kakek kamu dengan arti terang, bercahaya. aku berharap anak kita memiliki maaf seluas samudra yang sangat berarti bagi keluarga kita" jawab Natasya
Elang menatap Natasya dan Samudra secara bergantian, ia memiliki istri yang sangat ia cintai, dan seorang anak menggemaskan sebagai pelengkap. kehidupan Elang sudah sempurna memiliki mereka yang merupakan harta paling berharga untuknya.
Tidak ada harta yang mahal dan berharga melebihi lengkapnya sebuah keluarga.
-Selesai-
________________________________________
Misalnya author pengen buat cerita tentang Samudra Genta Pradipta kira-kira ada yang setuju nggak?
terimakasih sudah membaca Mine sampai tamat, author mangucapkan lebih lebih terimakasih untuk yang telah meninggalkan jejak di setiap cerita