Terasa lucu, kemarin kita merangkai cerita dan memimpikan hidup bersama dengan kata saling mencintai,
Tapi sekarang kata cinta itu hilang di gantikan kata menyakitkan;
Bahwa kamu telah menemukan dia, memilih dia yang sempurna, dibandingkan aku yang sangat rusak ini.
Bagian luka, Ziya
⛄⛄⛄
Ziya menatap pantulannya di cermin, kini ia sedang berada di toilet.
Kenapa dunia sesempit ini?
Dua bulan lalu, baru saja Dio membatalkan pernikahan. Dan kali ini, kami di pertemukan kembali dengan kenyataan yang tidak pernah ia duga. Ah- kenyataan-- dia begitu cepat melupakannya, dan akan segera menikah.
Ziya mengusap air mata yang percuma saja ia tahan dari tadi, tapi nyatanya tetap mengalir tanpa ia bisa perintah.
Ziya menghela napas, "Sudahlah, ini mungkin yang terbaik."
"ini tidak terlalu buruk" ucapnya setelah membenarkan make up serta matanya yang yang terlihat sembab.
Entah kenapa langkahnya tidak menuntunnya kembali lagi ke kafe tadi, tapi malah membuatnya berhenti di sebuah taman sederhana yang tidak jauh dari kafe tersebut.
"Kenapa kamu di sini?" Suara bariton itu, membuat Ziya menoleh lalu tersenyum dalam diam.
"Maksudnya sedang apa kamu di sini? Kenapa gak ngumpul lagi di kafe?" tanya seorang laki-laki sambil menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Sebenarnya ia merasa sedikit canggung ketika bertanya kepada teman sekelasnya ini.
"Gak tahu, pengen aja ke tempat ini. Kayaknya tempat ini lebih menawarkan ketenangan." ucap Ziya membuat laki-laki itu sedikit lega mendapat respon yang baik.
"Ehem.. anu, kamu masih inget aku?" Tanyanya ragu.
Ziya sebenarnya ingin terkekeh mendengar semua perkataan laki-laki itu, yang terkesan aneh tepatnya, karena rasa kecanggungannya mungkin."Siapa sih yang gak kenal sama si Rio sang mantan Ketua Kelas yang super duper tegas, disiplin dan mampu membawa kelasnya sebagai kelas terbaik?"
Rio tertawa,"Bisa aja kamu."
"Tapi fakta, kan?" ucap Ziya membalas.
"Boleh gabung duduk nih?" tanyanya dan langsung di balas anggukan oleh Ziya karena bangkunya yang memang cukup panjang untuk di duduki.
"Mata kamu kenapa? " tanya Rio tiba-tiba.
Ziya gelagapan, apa yang harus ia katakan? Masa ia harus jujur, matanya seperti ini karena habis menangis, karena mantan tunangannya akan segera menikah! Katakan itu tidak lucu!
Akhirnya Ziya berkata, "Gak tahu kenapa juga, tadi habis dari toilet."
"Kelilipan mungkin?" ucapnya menyimpulkan, Ziya hanya tersenyum tipis.
Ia tidak membenarkan, bukan?
"Kayaknya aku, harus pulang." ucap Ziya setelah melihat arloji yang melingkar di tangannya.
"Oke." ucap Rio mengikuti Ziya berdiri.
"Rio, aku sudah cari cari kamu kesana kemari tidak tahunya kamu di sini ,sama siapa-" ucap seseorang yang membuat jantung Ziya berdetak, Dia sangat mengenal suara ini.
"Hehe.. maaf pak Dio." kekeh Rio.
"Oh iya, ini kenalin temen sekelas Rio dulu Pak, waktu Smp. Dia memang cenderung pendiam, tapi tahunya udah sukses aja sekarang." ucap Rio bersamaan dengan Ziya yang berbalik karena posisinya yang membelakangi Dio-mantan tunangannya.
Ziya dan Dio sesaat seakan sama-sama tenggelam dalam diam, tapi detik berikutnya mereka bersikap biasa saja seperti dua insan yang sebelumnya tidak saling mengenal.
"Oh, ya? Kalau begitu perkenalkan nama aku, Dio." ucapnya pura pura antusias. Dia seakan tak mengenal dirinya.
Hello jadi cerita panjang kemarin apa?
Ziya tertawa getir dalam hatinya,
Sebenci itukah kamu? Sehingga kamu berpura-pura kita seakan tidak saling mengenal sebelumnya?
"Ziya." ucapnya membalas perkenalan Dio sambil menyatukan kedua tangannya.
"Gak nyangka, kan Ziy, pak Dio ini dulu kakak kelas kita, sang ketos angkatannya. Dan sekarang dia mau nikah sama Ketos angkatan kita. Memang cocok. Dia juga bos aku di kantor."
Semenjak Ziya mengenal Dio, dia tahu, ternyata Dio itu kakak kelasnya waktu Smp, dua tahun di atasnya.
"Selamat pak Dio atas rencana pernikahannya. Kalian sangat cocok. Semoga pernikahannya berjalan lancar dan sukses." tulus Ziya.
Dio menghela napasnya, "Tentu saja. Kami akan menjadi pasangan serasi. Listy perempuan yang semourna."
Sakit mendengar itu. Seakan secara tidak langsung Dio membandingkannya. Tapi Ziya sadar. Ia memanglah sangat buruk.
"Tentu. Aku tahu Listy sangatlah sempurna."
Rio nampak sedikit kebingungan.
"Aku kira memang seperti itu. Pak Dio dan Bu Listy memang cocok. Beruntung sekali pasangan ini nanti."
Ziya menarik senyuman kecilnya. "Benar sekali Rio."
"Kalau begitu, aku permisi izin kembali ke kafe, sepertinya aku akan segera pulang mengingat ada suatu pekerjaan yang belum selesai." jelas Ziya berpamitan.
Rio hanya mengangguk memahami Ziya, berbeda dengan Dio yang cenderung diam tanpa berkata atau berekspresi apapun kepada Ziya.
Aku dipertemukan kembali dengannya,
Yang kini hanya bagian dari masa lalu. Tersenyumlah Ziy, ini adalah jawaban yang diberikan Allah atas do'amu. Kalian memang tidak berjodoh. Itu yang harus kamu yakin. Ziya meyakini dalam hatinya sambil berjalan sendiri menerima semuanya.
Terkadang hidup tak bisa kau tebak. Dan kamu adalah pemeran yang harus menjalaninya.
💙
Tbc:*
Jangan lupa benerin typo (baik kesalahan tulisan atau yg lainnya)
Salam, AR Gumilang