Nagisa membuka bekal makan siangnya saat Sugino mendekatinya.
"Hae Nagisa! Ayo makan bareng!"
"Hai Sugino!" Balas Nagisa ramah.
"Menu makanmu apa kali ini Nagisa? Kalau aku seperti biasa, makanan sehat agar energi dan staminaku kuat!" Sugino membuka percakapan.
"Hehe hanya makanan biasanya."
"Gak boleh begitu Nagisa! Kau harus menjaga makanmu juga dong! Biar sehat!" Protes Sugino, lalu melirik Karma di bagian terjauh ruangan. Ini dia... "aku sedikit khawatir kalau melihat teman-temanku makan tidak teratur. Apalagi Karma. Dia seringnya kulihat hanya minum susu strawberryyy saja."
Nagisa hanya diam. Eh... Sugino mulai resah. Urgh, dia hanya ingin memulai percakapan ringan dengan Nagisa tentang Karma. Rencananya sampai Nagisa terbuka dan mungkin saja membicarakan masalahnya dengannya. Tapi respon Nagisa masih diam tanpa memakan makanannya sendiri pun. Membuat Sugino makin resah;
"Sugino," akhirnya Nagisa berkata. "Terima kasih! Aku akan mulai berusaha mengontrol makananku juga hehe" lalu Nagisa lanjut makan. Tidak terpancing ke topik tentang Karma.
Sugino akhirnya menghela nafas. Berbasa basi bukan begitu keahliannya. "Sesuatu terjadi diantara Karma dan kamu kan, Nagisa." Sugino to the point. Nagisa kembali diam. Suasana tetiba tegang, dan Sugino tahu penyebabnya karna Sugino mengungkit sesuatu yang private. "Mungkin aku mengikut campuri sesuatu yang bukan urusanku, tapi Karma dan kamu Nagisa, adalah teman yang penting." Sugino membereskan tempat makannya dan berdiri, "aku harap urusan kalian terselesaikan dengan baik." Sugino tersenyum menyemangati dan pergi.
***
"Karma!"
Karma menengok, mendapati Nakamura berlari ke arahnya. "Apa? Kalau bukan urusan penting jangan menstop gue disaat gue buru-buru pengen maen game dan bolos."
Nakamura cemberut, tapi tak lama langsung tergantikan oleh cengiran jailnya. "Hei Karma~ ayo buat Nagisa cosplay sebagai guru perempuan!! Gue bawa peralatannya!"
Sesuatu mengaktifkan tombol marah Karma. " woe Nakamura..." panggil Karma dengan nada kalem mencekam. "Jangan dekati Nagisa." Dan dia pergi setelah tersenyum mengancam pada Nakamura.
"Sereem~" gumam Nakamura, menggerutu. "Kayak lagi datang bulan aja." Nakamura menatap Karma yang pergi menjauh. "Maksud dari perkataanya itu..."
***
"Jadi, Okuda-san, kau bisa buat cairan apa aja dari zat ini?" Karma memperhatikan tabung berisi zat berwarna bening, berfikir kejailan apa yang bisa direncanakan.
"Uhm..."
"Eeh, kita harus mencampur cairan mana dengan cairan mana agar bisa menghasilkan rancun untuk Koro-sensei~" Karma memperhatikan peralatan penelitian dengan tertarik. Karma sedang merasa bosan jika ia langsung pulang dan memainkan game yang sudah ia selsaikan, maka ia memilih mengikuti Okuda untuk penelitian kecilnya~
"Ano, Karma-kun!" Okuda akhirnya teteg berbicara.
"Hm?"
"Bukannya sulit... bukannya sulit untuk marah dalam waktu yang lama pada teman sendiri?"
"Huuh? ...Bukan teman." Jawab Karma. "Sudah sekitar beberapa bulan ini, aku tidak bisa menganggapnya teman."
Okuda kaget.
***
"Nagisa!!"
Nagisa sedikit tersentak karna Kayano tetiba memanggilnya dengan berteriak. "Ya, Kayano?"
"Ayo pulang bareng!"
"Iya." Nagisa tersenyum.
Setelah Kayano rasa saatnya sudah tepat, akhirnya dia mulai membuka percakapan. "Nagisa... apa kau baik-baik saja?"
"Eh?"
"Ma-maksudku! ...kau tidak seperti biasanya."
Nagisa merapatkan bibirnya. "Maaf," responnya. "Maaf sudah membuatmu khawatir Kayano. Mungkin, beberapa anak dikelas juga sudah menyadari sikapku yang aneh. Aku minta maaf."
"Bukan begitu Nagisa! Memfrustasikan tahu! Daripada khawatir, sekarang rasa frustasi lebih dominan. Tahu teman dekatmu kesusahan dan kau bahkan tidak bisa melakukan apa-apa. Memfrustasikan..."
Nagisa diam, memikirkan kata apa yang harus diucapkan.
***
"Iya, aku sudah tidak menganggapnya teman. Jadi, aku mungkin tidak akan minta maaf." Karma berkata geram, tapi ekspresinya berkhianat. Ini pertama kalinya Okuda melihat Karma, yang kuat dan jenius, terlihat begitu sakit tanpa adanya luka yang terlihat.
Okuda tersenyum lembut. "Karma-kun... kau terlihat seperti memaksakan diri. Kau tahu terus seperti ini juga membuatmu terluka."
"CHe, gak ada yang bisa gue lakukan! Dia bahkan tidak mau mengenalku!! ...maaf Okuda-san, aku lebih baik pulang duluan. Emosiku tidak stabil." Karma menyangkutkan tasnya lalu pulang.
Okuda menghela nafasnya.
***
Bahkan sampai mereka sampai ke rumah masing-masing, tidak ada kata yang berhasil terucap.
***
Koro-sensei mengoreksi soal murid-muridnya sambil bergumam bahagia. Kenapa? Karna hari ini hari GAJIAN! Yay! 🎉
Semuanya berjalan rileks, sampai tiba-tiba dari kolong mejanya seseorang dengan cepat menikam pisau anti Koro-sensei ke arah leher(?)nya. Koro-sensei yang refleksnya cepat, berhasil mengelak dengan mundur kebelakang, menempel di dinding kayu. Tanpa peringatan, sayatan pisau anti koro-sensei diluncurkan dari kanan Koro-sensei dan Koro-sensei dengan sigap menuju pintu keluar, yang ternyata sudah di jegat oleh seseorang.
"Well, Koro-sensei, menyerah dan matilah dengan tenang~" Nakamura berkata dengan percaya diri walau tikamannya tadi meleset.
"Jalan keluar udah ga ada, Koro-sensei." Sugino yang menjaga pintu mencoba mengintimidasi. Jendela pun sudah di jaga oleh Kayano yang tadi gagal menyayat Koro-sensei dari kanan. Dari kolong meja guru yang lain, Okuda pun ikut muncul. Well, bisa dikatakan Koro-sensei terkepung.
"... Koro-sensei?" Okuda memanggil khawatir karena Koro-sensei terlalu diam, sampai-
"HWAAAAA! TOLONG BIARKAN SAYA KELUAR DULU!!" Koro-sensei panik dan mulai memantul di dalam ruangan dengan cepat kesana-kemari, memporak-porandakan ruang guru. "TOLOOONG SAYA MAU BELI ES KRIM DI SWEDIA DULU!! HARI INI HARI GAJIAAAN!! HWAAA!! 😢😭" Dia panik sendiri -_-
"Sensei sudah tenang?", tanya Okuda setelah beberapa menit panik, akhirnya sensei terlihat tenang di bangkunya.
"Hehehe...;; e-ehem! maaf sensei sedikit panik tadi.", sensei masih mencoba terlihat keren.
"Hari gajian sih, jadi panik", gumam Sugino yang membuat Nakamura terkikik.
"Hei, Sensei dengar tahu!", Sensei menampakkan ekspresi cemberut(?) "Jadi ada perlu apa kalian kemari anak-anak? Selain berencana membunuh Sensei tentunya."
Yang lain hanya diam, seolah merasa Kayano adalah orang yang lebih tepat untuk menjelaskan tujuan mereka. Kayano diam beberapa saat sampai akhirnya berkata, "sensei, kami mau minta bantuan sensei."
"Tentu saja Sensei akan bantu dengan seluruh yang sensei bisa. Xixixi" Jawab sensei tersenyum.
"Ini soal Nagisa dan Karma sensei." Jelas Kayano akhirnya. Koro-sensei hanya diam.
"Sensei pasti sadar ada yang salah diantara mereka, kan." Nakamura akhirnya angkat bicara, mengungkapkan bukan pertanyaan, lebih seperti ke pernyataan. Seolah Nakamura sudah tahu pasti Koro-sensei tahu. "Karma dan Nagisa terlihat biasa tapi atmosfer diantara mereka begitu tenang, setenang ketenangan sebelum badai datang."
"Seperti dua dzat yang menyatu tapi tidak bereaksi dan hanya menunggu sedikit kesalahan penambahan agar dapat mengakibatkan ledakan." Tambah Okuda. "Tolong Koro-sensei!" Mohon Okuda saat Koro-sensei masih diam. "Kami sudah mencoba membicarakanya pada mereka tapi..." Ekpresi Kayano, Nakamura, dan Sugino pun ikut memohon.
"...benar apa yang dikatakan Nakamura. Sensei sudah tahu." Sensei akhirnya berbicara.
"Lalu kenapa sensei diam aja??" Sugino tanpa sadar sedikit memprotes.
"...begini anak-anak, ada hal, dimana hal tersebut hanya bisa terselesaikan oleh orang yang langsung bersangkutan." Sensei menjelaskan. "Segregetnya, segeram dan sefrustasinya kita, kadang yang bisa kita lakukan hanyalah mensupport dari bangku penonton."
Mendengar hal tersebut wajah Kayano, Sugino, Okuda dan Nakamura langsung suram.
Koro-sensei tersenyum (?? Wajah Koro-sensei memang selalu terlihat tersenyum ==') "tapi bukan berarti para supporter tidak bisa merubah keadaan dalam suatu pertandingan."