Manusia berubah seiring berjalannya waktu, ntah itu karena waktu, atau masalalu.
-Square-
Kuliahku hari ini sudah selesai. Lelah sekali rasanya, aku kemudian pergi ke warung yang ada di dekat kampus untuk membeli air dingin. Ketika aku membeli air dingin, satu mobil parkir tepat di depan warung, mobilnya berwarna abu-abu.
Aku melihat mobil itu "Bagus sekali, mobil siapa ya?" Tanyaku sendiri
Setelah membeli air dingin, aku melanjutkan perjalananku ke apartemen.
Mobil itu seperti mengikutiku
Aku tidak berani menoleh ke belakang, aku terus berjalan.
Mobil itu masih mengikutiku, tepat di belakangku.
Aku kemudian berhenti dan memberanikan diri untuk menoleh ke belakang
Mobil itu berhenti
Aku melihat Fahri keluar dari mobil, kali ini tidak bersama temannya, dia sendiri.
Dia mendekatiku, jarak berdirinya sangat dekat denganku. Aku sedikit mundur untuk menjaga jarak dengannya.
"Pulang denganku?" Tanya Fahri
Dengan berani aku menjawab "Aku bisa pulang sendiri, permisi!" Kataku sembari meninggalkannya
Dia hanya diam melihatku
Aku terus berjalan sambil sesekali melirik ke belakang, takut jika dia masih mengikutiku.
Benar saja! Mobil itu mengikutiku dan terakhir berhenti tepat di depanku.
Aku terkejut
Fahri turun dan langsung menarikku "Ayo pulang denganku!"
Aku juga menarik diriku, agar aku bisa melepaskan tanganku darinya dan langsung pergi, aku benar-benar takut. "Tidak! Kenapa kamu memaksaku?"
Dia berhenti menarikku tapi tetap memegang tanganku "Kenapa tidak mau pulang denganku?"
Aku berusaha melepaskan tanganku darinya tapi tidak berhasil "Sudah kubilang aku bisa pulang sendiri!"
Dari arah belakang, ada mobil berwarna merah. Mobil itu berhenti tepat di samping kami.
Kami melihat mobil itu
Fahri masih memegang tanganku
Ternyata Kevin, dia turun dari mobil dan mendekatiku. Dia melepaskan tanganku dari genggaman Fahri. "Jangan memaksanya, bercuma saja! Dia tetap tidak mau!" Nada bicaranya datar
Aku memegang-megang pergelangan tanganku
"Kau siapa! Beraninya berkata seperti itu."
Kevin hanya diam sambil melihat Fahri, lalu melihatku. "Ketrin, ayo pulang!"
Aku yang tidak punya pilihan lain langsung mengangguk dan masuk ke mobil
Fahri hanya diam sambil melihat kami
Kami meninggalkannya
"Besok-besok pulanglah denganku" Kata Kevin
"Tidak perlu repot-repot, aku bisa pulang sendiri."
"Jangan keras kepala, kau mau diganggunya lagi? Hari ini dia hanya memaksamu pulang dengan menarik tanganmu, mungkin besok dia akan menutup hidungmu dengan sapu tangan lalu memasukkanmu ke mobil. Tadi untung saja ada aku, kalau tidak, pasti dia sudah berbuat nekat."
Aku hanya diam sambil mendengarkannya
"Dia itu terkenal brandalan dan suka mempermainkan wanita, semua wanita dia hembat! Hati-hati saja kalau sedang bersamanya."
"Bersamanya? Kamu pikir aku dekat dengannya!" Bantahku
"Tadi?"
"Itu bukan berarti dekat! Lagi pula dia yang datang mendekat." Bantahku sekali lagi sambil melipat tangan
"Jadi kau pikir dekat yang kumaksud seperti memiliki hubungan? Kau dengar ya, dekat itu banyak macamnya, yang seperti tadi juga dekat namanya, dekat jarak." Jelasnya
Aku diam, aku tidak bisa mengatakan apapun.
Dia berhenti di salah satu pekarangan rumah "Astaga! Aku lupa rumahmu sudah tidak di sini lagi."
Itu adalah rumah lamaku, aku tidak menjualnya, hanya kukosongkan saja. Aku sengaja tidak menempatinya atau menjualnya. Jika aku menempatinya, aku tidak akan bisa move on dari kejadian-kejadian masalalu dan akan sulit untuk melanjutkan hidupku. Kalau untuk menjualnya juga tidak mungkin, karena walau bagaimanapun, ini pemberian orang tuaku.
Aku melihat rumahku dari kaca yang ada di sebelah Kevin, tapi tetap duduk di tempatku.
Dia membelokkan mobilnya
Aku tetap melihat rumahku sembari mobilnya berjalan
"Rumahmu di mana?" Tanyanya
Aku diam dan bimbang
"Tenanglah! Aku tidak akan masuk atau mendatangi rumahmu kecuali saat mengantarmu pulang, aku janji."
"Apartemen yang ada di depan supermarket" Kataku