Jika memang miliknya, Tuhan pasti akan mengembalikan hak nya meski harus merasakan dulu apa artinya sebuah kehilangan.
Dan cinta, kita juga diberikan ujian dalam masalah untuk mengetahui seberapa besar perjuangan dalam mempertahankan cinta yang kita dapat untuk meraih menjadi miliknya. Jika berhasil dalam ujian itu, maka ia telah menyempurnakan cinta dan berhak pantas mendapatkan seutuhnya.
And are you ready? Mari kita mulai perjalanan kisahnya!
~ANDIN~
***
10.00 am
"ADINDA!!!"
Sebuah teriakan itu dari seorang remaja putri yang menggelegarkan di telinga gadis yang sedang asyik dengan novelnya hingga ia merasa terganggu. Yang namanya dipanggil mendengus kesal dengan sahabatnya ini karena telah mengganggu hobinya.
"Adinda!!" teriaknya sekali lagi, padahal ia sudah di depan Adinda. Adinda menatap makhluk yang ada di depannya itu dengan datar.
"ADINDA!!" teriaknya lagi sambil cengegesan dengan maksud ingin membuat sahabatnya itu kesal. Adinda semakin menatapnya datar.
"Adin--"
"Sekali teriak, mulut lo gua cocol tai juga lu!" kata Adinda sambil melototi sahabatnya, Yong.
Sebenarnya nama aslinya adalah Syahfiroh Ratnasary, tapi kebanyakan orang memanggilnya dengan sebutan yong/keyong. Karena kata orang-orang ia jalannya lambat.
"Hehehe." Yong hanya cengegesan.
"Pagi-pagi itu mulut cempreng banget sih lo! Ada apaan?!"
"Tadi nih ya, gua habis ngelihat cogan!!" kata Yong dengan antusias yang membuat Adinda membulatkan mata dan mengembangkan senyumannya.
"Serius lo??"
"Iya lah."
"Siapa? Di mana? Kapan?" tanya Adinda antusias.
Yong pun memutar bola matanya malas. "Giliran cogan aja semangatnya 45."
"Lo kan juga, pea!"
"Terserah lo deh."
"Ihh gc!! Siapa cogannya??!"
"Cogannya Gilang." jawab Yong sambil menyengir tanpa bersalah.
"Lo tahu BANGKE gak?!" geram Adinda.
"Ya tahu lah, bangke itu bau kayak--"
"Kayak lo!!" sela Adinda, Yong pun memonyongkan bibir.
"Lo masih di situ? Pergi sana! Halangin pemandangan lo." usir Adinda.
"Lo kan lagi baca! Emangnya gua ngehalangin lo?"
"Iya!" Yong mendengus kesal lalu ia pergi entah ke mana.
***
Keesokannya, kini Andri tengah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah barunya, yaitu sekolah SMA Abimanyu.
Sekarang ia memakai seragam putih abu-abunya dengan penampilan yang berbeda tidak seperti murid-murid lain di sekolah. Berbeda karena tidak menggunakan dasi, gesper, bahkan rambutnya masih acak-acakan. Tapi walaupun rambutnya terlihat acak-acakan, itu tidak akan mengurangi ke gantengannya.
Malah justru bertambah, apalagi dengan gayanya yang sekarang, terlihat cool.
Ia menggendong tas di satu pundaknya dan berjalan santai menuju ke bawah untuk berpamitan pada kakaknya. Di bawah ia tidak melihat Agas, melainkan ia melihat Cassie sambil menggendong anaknya yang masih bayi.
Yaps, beberapa tahun lalu Agas dan Cassie sudah menikah, dan mereka sekarang sudah mempunyai anak pertama yang baru beberapa bulan.
Andri pun menghampiri Cassie. "Kak, Andri pamit ya." pamit Andri dengan dingin sambil menyalami tangan Cassie.
"Eh iya, kamu hati-hati ya." kata Cassie dengan lembut.
Setelah itu Andri beranjak pergi tapi sebelumnya ia mengelus dan mencium puncak kepala ponakannya itu yang berada di gendongan mamanya.
"Mas Andri berangkat ke sekolah dulu ya. Kalo ayah Agas nakal, kamu tendang aja mukanya sampai nyungsep ke pantat kebo. Atau kencingin pakai jurus kamu." bisik Andri di telinga bayi itu, dan tanpa sadar, Andri menarik kedua sudut bibir dan tercetak sebuah senyuman manis.
"Ngomong apa lo barusan?" tanya Agas yang tiba-tiba datang.
"Tanya aja ke anak lo." jawab Andri dingin.
"Bayi mana bisa ngomong."
"Ajarin lah biar bisa." kata Andri lalu ia pergi untuk berangkat ke sekolah. Agas menatap Andri aneh. "Gila kali tuh orang."
***
Motor ninja milik Andri kini telah terparkir di parkiran sekolah barunya. Ia melihat ke sekeliling sekolah barunya dengan bingung. "Nih sekolah atau kuburan dah? Sepi banget."
Ya, ia melihat sekolahnya itu sepi. Sepertinya ia telat karena semua murid lain sudah pada masuk kelas. Langsung saja Andri berjalan untuk mencari kelasnya. Namun saat di koridor, ia merasa ada seseorang yang menabraknya.
Brugh
Andri menatap orang yang sudah menabraknya itu dengan tajam.
"Awhh..."
"Kalo jalan punya mata gak sih?!" tanpa sadar, Andri sedikit membentaki gadis yang di depannya karena terlanjur kesal.
"Ya elo yang salah! Lagi pula orang jalan pakai kaki, bukan pakai mata!" ketus gadis itu.
"Gua gak bilang begitu, gua cuma nanya 'Lo jalan punya mata gak?!' "
"Mata lo katarak kali ya? Udah tau gua punya mata tapi lo masih nanya!"
"Terus buat apa lo jalan pakai kaki tapi mata gak di pakai!"
"Elo! Jalan gak lihat-lihat terus nabrak orang!!"
"Hah? Bukannya elo yang nabrak gua? Kan elo tadi habis lari-lari kayak orang gila yang mau ditangkap petugas keamanan gitu."
Yong terdiam dan menatap cowok yang ada di depannya itu tajam. Memang ada benarnya juga sih, ia berlari karena sudah tidak tahan untuk ingin membuang air kecil di toilet.
'Nyebelin banget sih nih cowok! Rasanya pengen gua remukin juga tuh muka, tapi sayang dia ganteng sih. Ahh.. tapi masih cakepan pacar gua lah dibanding dia yang kelihatannya berandalan gitu, terus sok cool lagi.'
'Wait! Kok kayaknya gua baru ngelihat ya? Apa jangan-jangan dia anak baru?' batin Yong.
"Heh cewek! Malah bengong." kata Andri yang membuyarkan lamunannya.
"Lo anak baru ya?" tanya Yong.
"Iya. Eh gua mau nanya."
"Apaan?"
"Kelas 12 IPA 1 di mana?" pertanyaannya pun langsung membuat mata Yong membulat.
Karena ia mengira kalau cowok ini seangkatan atau adik kelas. Tapi ternyata dia adalah kakak kelasnya, dan apalagi kalau cowok ini sekelas dengan pacarnya, Gilang.
Mereka pacaran sudah 1 tahun lebih. Dan paling tak disangkanya, orang yang ia lihat seperti badboy itu ternyata pintar.
"Kok gua merasa nanya sama patung ya?" gerutu Andri sambil membuang muka.
"Eh? I-iya."
"Kelas 12 IPA 1 di mana???" tanya Andri dengan penuh kesabaran menghadapi gadis itu.
'Ngeselin amat sih nih cewek!'
"Kelas 12 IPA 1 ada di at--" Yong menggantungkan ucapannya karena melihat kalau cowok itu langsung pergi ke atas.
"Dih? Main pergi-pergi aja tuh orang, nyasar mampus dah tuh. Entar yang ada luntang-lantung di jalan terus di bilang orang gila tau rasa!" gumamnya kesal.
"Ihhh orgil... Ngomong sendiri." celetuk siswa lain yang sedang melewati Yong.
'Lah anjir? Kayaknya gua kena kifarah nih, tadi kan gua bilang cowok berandalan itu orgil. Kok tapi malah gua yang kena?'
***
Ketika Andri di lantai 2, ia langsung mencari kelasnya. Namun ketika di koridor kelas, lagi-lagi ada seseorang yang menabrak Andri.
Brugh
"Eh, sorry-sorry gak sengaja." kata seorang siswa itu sambil meminta maaf pada Andri. Andri memutar bola matanya malas. "Ya, dek."
Siswa itu menaikkan sebelah alis. "Dek? Oh.. Berarti kakak kelas 12 ya? Kok ada di sini? Bawa tas terus kayak lagi nyari-nyari sesuatu."
"Kok tahu?"
"Iyalah, kakak ngapain di sini?"
"Gua anak baru di sini, dan gua masuk di kelas 12 IPA 1 tapi gua cari-cari kagak ada kelasnya."
"Pantes aja gak ada kalo kakak nyari di sini, ini kan lantai 2 cuma buat kelas 11. Kalo kelas 10 ada di lantai paling bawah."
"Gua nyari kelas 12, pea!"
"Oh ada di lantai 3, kak, paling atas."
"Thanks." tanpa menunggu jawaban dari siswa itu, Andri langsung pergi menuju lantai paling atas, lantai 3.
***
Adinda POV
"Gua anak baru di sini, dan gua masuk di kelas 12 IPA 1 tapi gua cari-cari kagak ada kelasnya."
Gua yang baru membuka mata dari tidur cantik, tiba-tiba gua mendengar ada suara orang yang sedang mengobrol di depan kelas gua. Gua menguping pembicaraannya karena orang yang sedang berbincang-bincang itu persis dibalik tembok yang di samping gua. Jadi gua bisa terdengar jelas.
Itu kayak suaranya si Cikolodong alias Ciko, terus yang satunya ada suara cowok lain. Kok gua kayak kenal ya sama suaranya? Tapi siapa?
Dia bilang kalo dia anak baru di kelas 12 IPA 1? Sekelas sama Gilang sama kak Idan juga dong. Wah gua punya kakak kelas baru nih... Kira-kira ganteng gak ya?
Wait! Gua dengar suara lagi.
"Gua nyari kelas 12, pea!"
Oh shit!
Ya, gua kenal banget sama suaranya itu. Apa jangan-jangan....
Gua berdiri melihat dari jendela. Pas gua ngintip, orang itu udah balik badan terus jalan menuju tangga.
Kalo dilihat-lihat dari belakang kok kayak.....
Kak Andri?
Ah.. Gak mungkin! Kak Andri gak mungkin di sini. Tapi suaranya? Mungkin suaranya emang pasaran.
Udahlah gua lanjut tidur.
***
Author POV
Ketika di atas, Andri sedikit kesulitan untuk mencari-cari kelas IPA 1, tapi ia tetap masih berusaha untuk mencarinya. Dan sampai akhirnya ia pun menemukannya juga, Andri langsung mengetuk pintu.
Tok Tok Tok!
Tak lama kemudian pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita paruh baya. "Ada apa, nak?" tanya wanita paruh baya itu.
Ketika Andri melihat wanita paruh baya itu, ia pun membelalakkan mata.
"Adinda?" gumamnya. Sedangkan guru itu malah mengernyit bingung. "Kamu cari siapa, nak?"
Andri menerjapkan mata untuk melihat jelas sosok wanita yang di depannya. Dari semenjak Adinda meninggalkannya, ia selalu menjadi terbayang kalau Adinda ada di mana-mana.
"Eh e-enggak kok, bu. Saya di sini anak baru, dan saya disuruh kepala sekolah untuk masuk ke kelas ini."
"Oalah... Kamu anak baru toh, yaudah mari masuk." kata guru itu dengan lembut, Bu Astrid, selaku walasnya.
Kini Andri pun memasuki kelas. Namun ketika ia masuk kelas, semua siswi langsung pada teriak-teriak tidak jelas melihat kedatangannya.
'Ini kandang monyet kali ya? Gua masuk kelas langsung pada teriak-teriak gak jelas gitu sih? Pada norak njir, kayak kagak pernah ngelihat cogan aja.' batin Andri.
"Anak-anak kita kedatangan anak baru di sini. Nah, silakan perkenalkan dirimu."
"Nama gua Andrian Faizal Anggara, panggil aja Andri." kata Andri yang memperkenalkan dirinya.
"Ohh namanya Andri toh."
"Cakep juga ya."
"Halo ganteng, nikah yuk?"
"Namanya aja cakep, apalagi orangnya."
"Aduh mata gua gak mau lepas dari dia."
"Jantung gue berkumandang wey."
"Ganteng, tapi sayang sih dia dingin."
Begitulah setiap ucapan dari para siswi yang Andri dengar. Andri pun jadi merasa risih jika ia dipuji seperti itu. Apalagi saat mendengar ada orang yang mengajaknya nikah, Andri pun bergidik geli.
"Oh ya Andri, asal sekolah kamu di mana?"
"Asal sekolah saya di SMA Kar---"
Andri menggantungkan ucapan dan matanya pun terbelalak karena tiba-tiba matanya tersorot pada seseorang yang sangat ia kenali. Orang yang baru bangun dari tidurnya dan menatap Andri pun juga sama, mereka sama-sama terkejut.
"Gilang?"
"Andri?"
***
Dont forget for vote hehe :)