Sean

By Idos975LOL

203K 9.3K 211

Pada awalnya semua orang akan suka dengan pilihannya, tapi ga semua orang bakal setia sama pilihannya. Tertan... More

Prolog
1. Sekolah
2. Nama Dia Sean
3. Pulang Bareng
4. Jagoan
6. April Mop
7. Manis
8. Bad Day
9. Merpati Atau Gagak
10. Perlawanan Hati
11. Genta
12. Aman Atau Nyaman
13. Something Great
14. A Bullshit Girl
15. Pasukan Semut
16. BadThings
17. Kekalahan
18. Upeti
19. Scar
20. Sweet Scar
21. Ego
22. Salting
23. Selera Humor
24. Fake
25. Beside You
26. Cold
27. Nostalgia is Bullshit
28. Sepi
29. Perang Dingin
30. Crown
31. Zero
32. Hero
33. Gila
34. Scenario
35. Lucifer
36. Bad Feeling
37. Brutal
38. Menjauhlah
39. RE
40. Lo ber-Hak
41. Jatuh Hati
42. In My Dream
43. Rasa Rindu
44. SatNight
45. Note
46. Terimakasih (END)
Author Note!
I'm Still Sean

5. Awas Lecet

6.2K 348 5
By Idos975LOL

"Tadi lu di pukulin Andre?" tanya Aslan yang baru tiba di markas tongkrongannya.

"Emang muka gue keliatan di pukulin?" tanya Sean tersenyum ironis.

"Gue sih yakin lu ga kenapa kenapa." ujar Aslan tertawa kecil.

"Iya gue sih ga kenapa kenapa tapi pasti gue yang di kira pelakunya sama tuh guru BP." ucap Sean mendengus kesal.

"Ceritain ke adek dong bang," goda Aslan, ia menyalakan rokoknya.

***

"Woi bangsat," teriak Andre pada Sean di koridor yang mulai sepi.

Dengan kasar baju Sean di tarik oleh Andre ke dekat gudang sekolah.

"Cih, sampah." gumam Sean.

Tiba tiba Andre menonjok muka Sean tapi berhasil Sean hindari, dan Sean mendekat ke arah tubuh Andre lalu sikut kakinya ia tonjokan ke perut Andre.

Andre mundur beberapa langkah, lalu Sean maju dan melompat lalu menonjok tepat di hidung Andre dengan keras.

"Ga usah sok jadi pahlawan, kalau nyatanya lu bukan jagoannya di sini." teriak Sean dekat muka Andre.

Andre sendiri sudah tergeletak di lantai dekat gudang.

"Ga usah lu deketin Karin, dia milik gue. Lu harusnya sadar kalau lu tuh ga pantes buat dia." terkas Andre membalas teriakan Sean.

Sean menatap jijik wajah Andre lalu menendang pipi Andre dengan ujung sepatunya.

"Lu pikir yang punya hati di dunia ini cuman lu doang? Atau emang yang punya hak deketin Karin cuman lu doang? Gitu?" teriak Sean lagi.

"Lu ga pantes jadi pacar Karin, lu harusnya sadar lu itu anak ga bener!" teriak Andre berusaha bangun dari lantai.

"Ga usah sok suci!" gumam Sean membabi buta Andre.

Andre semakin tak berdaya, ia benar benar tak kuat melawan Sean. Wajah Andre benar benar habis di pukuli oleh Sean.

"Lu bisa menang soal otot tapi ga dengan otak." gumam Andre sebelum ia pura pura tak sadarkan diri di depan Sean.

"Lemah." gumam Sean lalu pergi meninggalkan Andre yang sudah tak berdaya.

***

"Jadi gitu," ucap Aslan, ia menghembuskan asap rokok.

Sean yang cape bercerita pada Aslan kini memutuskan untuk tiduran di sofa yang agak rusak.

Ia memejamkan mata dan tertidur lelap, Sean pikir hari ini tak ada gunanya ia balik ke sekolah.

Sedangkan Aslan setelah menghabiskan rokoknya tidak langsung balik ke kelas tapi ia menuju kelas Karin.

Di koridor seperti biasa walau Aslan berjalan biasa tapi ia selalu mendapat tatapan dari siswa siswi di sekolahnya.

Baju Aslan yang keluar semua mungkin menjadi alasan utama Aslan mendapat banyak tatapan dari siswa siswi di sekolahnya belum lagi bau rokok Aslan yang menyengat.

"Woi, panggilin Karin suruh ke sini. Cepet!" perintah Aslan pada siswa yang masuk ke kelas Karin.

Tak lama kemudian Karin keluar dari kelasnya menemui Aslan.

"Kamu bau rokok banget Lan." sapa Karin yang baru keluar dari kelasnya.

Mendengar itu Aslan hanya tersenyum senyum seakan Karin harus terbiasa dengannya yang bau rokok.

"Sean di markas, mau jenguk ga?" ucap Aslan pada Karin.

"Ngapain aku harus jenguk cowok berengas kayak dia." jawab Karin.

"Kasian ya." kata Aslan.

"Kasian kenapa?" tanya Karin.

"Andre emang kelakuan di depan kita semua baik Rin, tapi lu juga ga tau apa aja masalah Andre di luar sekolah." ujar Aslan menatap Karin.

"Maksud kamu?" heran Karin.

"Sean anak yang jujur dan beda dengan Andre." ucap Aslan menekan setiap perkataannya.

"Sumpah Lan, aku tuh ga ngerti maksud kamu!" ucap Karin menatap dalam mata Aslan.

"Andre yang ngehajar Sean tapi semua orang kira Sean pelakunya, emang belum ada bukti tapi Sean ga pernah bohong sama aku." kata Aslan menjelaskan.

Otak Karin benar benar di terpa oleh kebingungan yang besar, otaknya terus berpikir siapa pelakunya.

"Iya aku akuin tadi pagi sebelum pelajaran di mulai Andre keluar kelas dengan raut wajah yang penuh emosi tapi aku pikir dia pergi rapat buat lomba." ujar Karin.

Belum lama Aslan berbicara dengan Karin, sudah banyak siswa siswi yang memperhatikan mereka. Karin tau pasti kini ia tengah viral karena masalah Andre, tapi itu semua membuat Karin benar benar tak merasakan nyaman.

"Kalau kamu punya hati, istirahat ke dua dateng ke kelas aku." bisik Aslan sebelum ia pergi dari hadapan Karin.

Pelajaranpun kembali di mulai dan tidak sedetikpun pikiran Karin tenang, ia benar benar tak percaya masalah yang telah di buatnya selama dua hari masuk sekolah baru.

"Kenapa aku harus berurusan sama preman sekolah ya Allah." gumam Karin saat melamun dalam pelajaran.

Hingga bell istirahat berbunyi kini Karin masih ragu untuk datang ke tempat Aslan.

"Rin, kalau bisa mending lu jaga jarak sama Aslan." ujar David salah satu teman dekat Andre di kelasnya.

"Emang kenapa?" tanya Karin.

"Dia itu anak ga bener pokoknya satu dua sama Sean, bedanya Aslan lebih nantang ke guru." jawab David.

Setelah mengucapkan itu David langsung pergi dari kelas tanpa menunggu respon Karin dulu.

Karin benar benar di ambang kebingungan, kakinya menuju ke kelas Aslan tapi batinnya terus menolak.

Hingga ia sampai di depan kelas Aslan, Karin melihat sekitar kelasnya benar benar kosong tanpa anak laki laki satupun.

"Maaf, Aslannya ada?" tanya Karin pada salah satu teman sekelas Aslan.

"Tadi ramean Rin bareng semua anak laki laki ke markas belakang sekolah," jawab teman kelas Aslan.

"Kalau mau ke sana lewat mana ya?" ucap Karin memberanikan diri.

"Bareng gue aja, gue juga mau ke sana ko Rin." terdengar suara berat laki laki dari belakang Karin.

Karinpun menengok ke arah belakang dan mendapati seorang laki laki dengan pakaian rapih kulit putih rambutnya juga bergaya namun memenuhi standar sekolah.

"Gue Bagas, ketos di sini dan saudara Aslan jadi lu ga perlu khawatir." ucap Bagas memperkenalkan dirinya.

"Gue Karin, salam kenal ya Gas." ucap Karin memperkenalkan dirinya.

"Yaudah mending kita ke sana sebelum Sean kabur dari markas." kata Bagas mulai berjalan.

Karin mengikuti Bagas ke arah belakang sekolah yang tempatnya bekas kantin tapi dengan ukuran yang lebih kecil juga hanya bisa di tempati oleh satu warung.

"Lu pasti bingung kenapa kantin ini kecil amat?" kata Bagas membuka topik obrolan.

"Emang kenapa?" heran Karin.

"Dulu ini tempat warung mba Dewi tapi karena banyak anak suka bolos akhirnya warung mba Dewi di pindahin. Tuh kursi kayu sama soffa juga di pindahin." ucap Bagas.

Bagas membuka pintu gerbang di samping tembok warung lama mba Dewi itu, Karin benar benar terkesima karena gerbang itu menembus ke arah gang belakang sekolah dan terlihat ada pohon mangga besar juga soffa serta meja tempat tongkrongan geng Aslan.

"Welcome to the hell," bisik Bagas.

Karin merasa bergidik.

"Canda, ini mah tempat anak idiot sama autis semua." ujar Bagas lalu tertawa kecil.

Aslan yang menyadari kehadiran Karin dengan Bagas langsung menyambut mereka. Jumlah orang di situ cukup banyak karena mereka menjenguk Sean.

"Hi Karin, welcome to my tongkrongan." kata Aslan sambil mengisap rokoknya dalam dalam.

Semua orang di situ merespon dengan tawaan tanpa di paksa, pikiran Karin benar benar kacau bagaimana mereka bisa tertawa padahal itu bukan suatu lawakan.

"Wei, berdiri lu semua kecuali gue, Sean sama Karin." perintah Aslan.

Semua yang duduk di soffa langsung berdiri dan jongkok di tanah.

"Udah sana liat tuh Sean lagi tidur." ucap Bagas pada Karin.

Posisi Sean memang tiduran di soffa dan tidak merespon kehadiran Karin.

"Lan, Sean ga kenapa kenapakan?" ucap Karin khawatir.

"Lu punya mata buat apa kalau ga di pakai, lu bisa lihat sendirikan gue ga luka." ucap Sean dengan mata terpejam membuat Karin agak kesal.

"Calm aja Rin, Sean mah setrongler." ujar Aslan sambil melihat Sean yang masih terpejam matanya.

"Stronger goblok," sahut Bagas dari jarak agak jauh.

"Ga usah ngegas lu, ini udah wilayah gue. Mau mampus?" teriak Aslan sambil tersenyum.

"Masa saudara sendiri mau lu gebukin si Lan," goda Bagas.

Aslan hanya tersenyum senyum.

"Ga cape berdiri, ini kursi gunanya apa kalau bukan buat duduk? Kasian mereka yang udah ngalah." kata Sean menyindir Karin dengan mata yang masih terpejam.

"Uuuwwww," suitan dari teman teman yang ada di situ.

Karinpun dengan malu malu akhirnya duduk di soffa, tepat saat Karin duduk. Sean langsung bangkit dari tidurnya dan duduk menatap Karin serta Aslan yang tak berhenti ngerokok.

"Dari tadi ngudud mulu, awas mati." sindir Sean.

"Mati mah takdir yang di atas kang." jawab Aslan tenang.

"Iya tapi jangan rokok gue lu abisin asu." ucap Sean.

Aslan hanya tertawa kecil.

Bagas dan yang lainnya mulai merapat ke dekat soffa membuat Karin benar benar takut karena ia perempuan sendiri.

"Kita hajar Andre pulang sekolah?" tanya salah satu dari geng Aslan.

"Terserah Sean gue mah, ini teh masalahnya Sean jadi Dede manut kang mas Sean." kata Aslan menyemburkan asap rokoknya.

"Tunggu, buat apa kalian hajar Andre? Kalian ga liat Andre udah luka banyak di wajahnya?" tanya Karin memberanikan diri.

"Gue saksinya Rin, Andre yang mulai duluan dan dia mau hajar Sean tapi ga kena kena malah dia yang abis." jelas Bagas pada Karin.

Wajah Sean hanya tersenyum senyum bangga oleh ulahnya.

"Ga usah di bales, bocah mabok lem kayak Andre mah ga penting. Cemburu gara gara gue ngasih coklat aja kok segitunya?" kata Sean sambil senyum senyum sendiri.

"Iya cuman gara gara itu aja si Andre kebakaran jenggot, hahaha." ucap Aslan tertawa lepas.

"Rin lupain hari ini, masalah kamu yang viral biar di urus Bagas. Biar semua orang kira aku pelakunya." ucap Sean menatap Karin.

Karin tak menjawab karena merasa tak enak dengan Aslan juga Sean.

"Iya Rin, tenang aja masalah lu biar gue yang nanggung. Nama lu bakal bersih lagi kok." ujar Bagas.

"Makasih ya." kata Karin dengan malu malu.

"Ga usah nunduk gitu," ucap Sean.

"Gas, lu bawa Karin balik gih ntar keburu pelajaran mulai." perintah Aslan pada Bagas.

"Ayo Rin," ajak Bagas.

Bagas dan Karin berjalan ke arah pintu gerbang sekolah belakang tapi belum baru beberapa langkah.

"Sutt." suit Sean memberi rokok sebungkus pada Bagas.

"Sisanya gue kirim ntar malam." bisik Aslan tapi masih terdengar oleh Karin.

"Nah ini nih gue demen, masalah Karin clear kok." kata Bagas tersenyum senyum.

Karin yang tak mengerti apa apa hanya menatap bingung kepada Sean dan Aslan.

"Yaudah ayo Rin," ajak Bagas menarik tangan Karin.

"Lecet gue jotos lu." teriak Sean.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 66.3K 41
DON'T COPY MY STORY. FOLLOW SEBELUM BACA, YA. BANYAK HAL TOXIC, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! [17+] **** Kedatangan Characella kembali ke kota kelahir...
591K 19K 33
( ON REVISION ) Nadia Akhbar seorang pelajar universiti. Jiwa nya tiba tiba termasuk ke dalam satu novel "My Girl Selena". Lebih parahnya dia menjad...
2.6M 155K 67
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
63.2K 2.5K 90
[BACA DESKRIPSI🚫] [FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM MEMBACA] MOHON MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN DALAM PENGETIKAN Dikejar wanita? Sudah biasa. Seorang laki...