Malam ini, demam masih belum mau pergi dari tubuh Irgi. Dia masih harus tidur dengan keadaan yang tidak mengenakkan.
Irgi meminta kepada Uma kalau malam ini dia tidak perlu berkunjung ke rumah Tante Hesti. Irgi menyuruh Uma untuk mengerjakan PR saja dan fokus belajar.
Sekarang, Irgi sedang berbaring di kasurnya sambil ditemani kucing peliharaannya yang setia tapi ngeselin.
Mereka berdua hanya melamun menatap langit-langit kamar yang gelap dan sepi.
"Lu ngapain ngikutin gua ngelamun sih, Pau?"
"Meong," jawab Pau
"Ooh." Irgi membalas seolah mengerti.
Ketika mereka berdua sedang berdialog seru, tiba-tiba, handphone Irgi berbunyi. Menampilkan sebuah nama laki-laki yang dia percayai untuk menjaga hatinya Uma.
"Gi?" panggil Beny dari balik telepon.
"Ada apa, Ben?"
"Lu besok masuk gak?"
"Enggak, kenapa?"
"Nah, pas banget. Gua mau ngasih tugas ke lu buat ngejalanin rencana yang udah dibikin sama temen-temen."
"Jangan berat-berat, gua masih belum fit."
"Enggak, Gi. Jadi gini, besok, sebelum Uma berangkat sekolah, lu temuin dia dulu, bilang sama dia kalau sepulang sekolah jangan main, langsung pulang ke rumah, ada sesuatu."
"Terus?"
"Nanti pas pulang sekolah, dia gua paksa buat gua ajak jalan. Gua bakal bawa dia pulang pas petang. Ketika dia pulang, lu marahin dia, karena udah enggak nepatin janji. Nah, pas lu marah-marah, temen-temen pada sembunyi di dalam rumahnya Uma sambil mendekor kamarnya Uma dengan hiasan-hiasan ulang tahun. Oh iya, usahain lu marahin Uma sampai dia nangis, biar kejutannya makin mantep." Belum selesai Beny menjelaskan rencana, Irgi memotong.
"Ben, gua enggak mau bikin Uma nangis. Senyumnya terlalu indah untuk dipudarkan."
"Dia bakal nangis bahagia, Gi. Tenang aja."
"Lagipula, gua enggak tau kata-kata apa yang harus gua ucapkan supaya dia nangis."
"Mohon bantuannya, Gi, kali ini aja. Demi temen-temen lu," kata Beny dengan nada memohon.
"Yaudah, gua bakal berusaha untuk melancarkan rencana kalian."
"Terima kasih, Gi. Selamat beristirahat."
Telepon ditutup.
"Dia cuma nelpon kalau ada maunya doang. Benar-benar seorang teman yang baik," gumam Irgi dan dia kembali melamun menatap langit-langit kamar bersama Pau.
•••
Lama tidak terdengar kabarnya, Toro sudah membuat geng baru dengan anggota yang berisikan enam orang termasuk dirinya.
Toro merekrut orang-orang tersebut dengan sogokan uang. Sebenarnya, Toro tidak benar-benar membutuhkan mereka untuk waktu yang lama. Toro hanya membutuhkan mereka untuk menjalankan rencana yang sudah dia buat jauh-jauh hari.
Malam ini, Toro mengadakan rapat di markas barunya yang terletak di luar ibu kota. Dia punya maksud tersembunyi dalam penempatan markasnya tersebut.
Lokasi keberadaan Toro, kini sudah tidak dapat dideteksi lagi dengan programnya Hans. Entah kenapa, data-data dan jaringan yang terhubung ke handphonenya Toro menjadi error.
Menurut informasi yang Beny tau, Toro adalah seorang pria yang memiliki gangguan mental, suka menyiksa, hobi membuat racikan obat ilegal, dan pedofil. Mungkin, pedofil adalah salah satu alasan mengapa dirinya sangat menyukai dan terobsesi dengan Uma.
"Perhatian! Kita akan bergerak besok. Lakukanlah tugas masing-masing dengan baik. Lu semua gua bayar, jadi, jangan sampai buat kesalahan!" kata Toro dengan tegas kepada anak-anak buahnya.
~to be continued~
Apakah rencana yang dibuat Beny dan teman-temannya akan berjalan lancar?
Jangan lupa vote dan KOMENTARNYA.
Terimakasih atas antusias kalian terhadap cerita ini. Baru kali ini saya mendapat 100 komentar dalam waktu kurang dari 24 jam. Dan itu menjadi salah satu alasan mengapa saya semangat untuk update cepat. Vote dan Komentar kalian sangat saya butuhkan. Terimakasih.
Instagram: @gaktaudahlupa