"Huek..."
Suho langsung berlari ke kamar mandi, dia memuntahkan semua isi perutnya di westafel kamar mandi.
"Huek... huek... huek..."
"Ay, kamu kenapa kok muntah-muntah?" tanya Irene.
Irene yang baru selesai melakukan panggilan alam di toilet sebelah Suho pun buru-buru nyamperin suaminya yang muntah-muntah itu. Padahal ini masih pagi banget, dan Suho juga baru bangun dari tidurnya.
Suho hanya menggeleng karena dia masih sibuk muntah-muntah di westafel.
Sedangkan Irene, dia mengusap-usap punggung Suho dan sesekali memijit tengkuk suaminya itu. Irene benar-benar khawatir dengan suaminya itu, ya walaupun dia jyjyq juga lihat bekas muntahan Suho itu 😑😑
Mau secinta apapun sama orangnya, kalau lihat bekas muntahan kan juga jyjyq. Itu yang Irene rasakan sekarang.
Setelah selesai muntah-muntah selama 5 menit, Suho digiring oleh istrinya ke ranjang untuk istirahat. Dokter Donghae belum datang karena masih pagi, jadi Irene hanya bisa merawat Suho semampu dia saja.
"Aku kasih minyak angin mau?" tanya Irene.
Suho mengangguk kemudian Irene bangkit dari duduknya dan mengambil kotak obat yang terletak di sudut ruangan. Buru-buru Irene mencari minyak anginnya di kotak obat itu karena dia nggak mau terjadi apa-apa dengan Suho.
Dengan telaten, Irene mengoleskan minyak angin itu ke perut Suho. "Kamu habis makan apaan sih ay? Pagi-pagi kok sudah mual?" tanya Irene disaat dia masih sibuk ngolesin minyak angin.
"Nggak makan apa-apa sih bae, tiba-tiba saja aku mual pas bangun tidur."
"Masuk angin apa?"
"Ah... aku mana pernah masuk angin bae?" Suho bergeming.
"Kita kan kalau kemana-mana selalu lewat udara ay, kalau masuk angin ya wajar lah. Apalagi kalau di awan kan juga dingin," kata Irene.
"Dalam sejarah juga nggak ada kalau seorang Suho Kim itu masuk angin bae," kata Suho kemudian tertawa. Iya, masih sempat tertawa disaat dia lagi lemah kayak gini. "Eh bae, jangan-jangan aku hamil?"
"AYANG! KAMU BEGO APA GIMANA SIH!" teriak Irene dengan histeris.