Tak henti gadis itu melafalkan doa untuk keselamatannya sampai sampai membuat kelima lelaki di sekelilingnya terkekeh dan terkadang mencibir rasa takutnya yang terlalu berlebihan.
Mata bulatnya terpejam erat, kedua tangannya ia satukan dan bibir nya terus bergumam lucu.
Kini helikopter yang mereka tumpangi sudah hampir sampai di tujuan, terlihat dari sang leader yang mulai memakai tas parasutnya disusul Jimin, Jungkook, Daniel dan juga Taehyung.
"Ya! Tupai jelek?! Apa kau akan terus duduk di situ?" panggil Jungkook menyadarkan Hae Mi.
Mata gadis itu terbuka takut, dengan pelan tangannya mulai terulur untuk melepas seatbelt dan mencoba berdiri dibantu oleh Taehyung.
Lelaki itu merapatkan tubuh Hae Mi ke pelukannya setelah ia menghadapkan nya ke depan. Tangan lelaki itu dengan lihai memasang kan beberapa tali pengaman untuk menjaga keselamatan Hae Mi agar tidak terlepas darinya, termasuk kacamata pelindung dan penutup telinga untuk memenuhi syarat keamanan mereka tentunya.
Bisa Taehyung rasakan keringat dingin di tangan Hae Mi saat ia menggenggamnya. Ia juga bisa melihat mata Hae Mi yang terpejam erat, sungguh lucu.
Pintu terbuka, angin yang berasal dari ketinggian ribuan kaki itu masuk dengan sangat kencang nya hingga berhasil membuat Hae Mi terkejut dan semakin mengeratkan pegangannya pada Taehyung.
"T-Tae" panggil nya pelan bercampur dengan ketakutan.
Satu per satu orang dihadapannya mulai menghilang dan ia sudah tau pasti kemana mereka, terjun? menjatuhkan diri? atau bunuh diri? Kalian bisa menebaknya sendiri kan?
"Lihat? Mereka bisa melakukannya, itu berarti kau juga bisa, hm?" bisik Taehyung yang sudah mulai memajukan langkahnya yang otomatis membuat kaki Hae Mi ikut maju sampai ia berada di ujung heli.
Dengan gemetar tapi penuh keberanian, Hae Mi mencoba untuk melihat daratan yang ternyata sangat jauh dari kakinya sekarang. Ingin mati saja rasanya, batinnya berteriak nyaring.
"Tenanglah, rapatkan tangan juga kakimu, dan berusahalah untuk tidak melihat kebawah hm?"
Hae Mi menganggukinya berbarengan dengan kepalanya yang kembali menatap lurus kedepan, setelah tarikan nafas kesekian akhirnya ia menerima tuntunan Taehyung yang mulai membawanya jatuh dari heli dan terjun ke bawah.
Wushh
Taehyung memeluk erat Hae Mi agar tidak terlepas, berusaha sekeras mungkin agar gadis itu nyaman dan tidak ketakutan, walau bisa dengan jelas Taehyung dengar setiap makian dan teriakan Hae Mi di telinganya meski ia sudah memakai penutup telinga.
"YA!! KIM TAEHYUNG! AKU TIDAK MAU MATI SEKARANG! INI MENAKUTKAN!! OPPA!!! YA! PABO! AKU TAKUT!!"
Dan SREEK
Parasut berwarna hijau tua itu terbentang di udara dengan cepat hingga membuat laju jatuh mereka melambat. Masih dengan keterkejutan penuh dan jemari mungil Hae Mi berusaha mencari pegangan untuknya selagi Taehyung mengendalikan parasutnya.
Seperti kebiasaanya, Hae Mi mulai merengek dan betah memejamkan matanya. Padahal jika ia mencoba sedetik saja melebarkan pandangan, sudah dipastikan gadis itu tak akan menyesal karena di suguhi pemandangan yang mungkin hanya bisa ia lihat sekali seumur hidup.
Wajah gadis itu sudah kusut, rambutnya yang semula ia gelung mulai berantakan, tapi anehnya ia tetap cantik seperti biasa. Kebalikan dari kekasihnya, Taehyung malah memasang senyum manisnya tanpa Hae Mi ketahui.
ⓢⓣⓐⓡ
Di tempat lain, tepatnya di daratan sepi dan terpencil Korea Utara.
Keempat lelaki yang sudah mendarat sejak tadi tampak hanya bisa menunggu kedua sejoli yang sampai kini belum juga menampakan batang hidungnya.
Ji Hwan sang ketua mulai lelah dan memilih untuk segera pergi duluan ke markas tersembunyi di sekitar sana bersama Daniel, meninggalkan dua lelaki lainnya yang sekarang hanya mendudukkan diri mereka santai di atas padang rumput sembari menunggu dua orang lain.
"Aku pikir membawa Hae Mi kemari akan sedikit berbahaya" ucap Jimin mulai membuka obrolan dengan si tampan bergigi kelinci di sampingnya yang sedang memainkan sehelai daun.
"Tapi.. bukankah akan lebih berbahaya membiarkannya jauh dari pengawasan kita? Jelas jelas kita sendiri yang membuat nya berada dalam bahaya karena misi kemarin, jadi.. kita juga harus melindunginya" pikir Jungkook yang hanya bertahan menatap Jimin beberapa saat sebelum kembali fokus pada daun yang masih ia lipat lipat asal.
"Awalnya aku hanya mengenal Hae Mi sebagai adik dari kapten tim kita, tapi entah sejak kapan aku sudah menganggapnya seperti adik kandungku sendiri. Dia seperti keluarga bagiku, beruntungnya kau karena sudah mengenal ia sejak kecil, aku jadi ingin tau bagaimana kehidupan gadis itu dulu, mungkin aku bisa lebih dekat dengannya sama sepertimu" tutur Jimin tiba tiba.
Jungkook mendengus disela senyumnya, tak langsung menjawab ia malah mengambil caramel candy dari saku celananya lalu memberikan satu untuk Jimin.
"Aku mengenalnya ketika aku tak sengaja menabrak sepeda yang ditumpanginya, saat itu umurku sembilan tahun dan ia enam tahun. Dia memaki ku tanpa henti, dan kau tau aku juga akan membalasnya bukan? tapi yang terjadi malah aku yang kalah dan terpaksa harus masuk rumah sakit"
"Mwo? Apa yang terjadi sampai kau bisa masuk rumah sakit?"
"Ishh~ Bahkan sekarang aku masih merinding karena mengingat itu. Kau tau hyung? Dia memukul tepat di hidungku sampai berdarah dan aku menangis lalu- yahh begitulah. Itu adalah kekalahan pertama dan terakhirku, aku berjanji" lanjut Jungkook yang mengundang kekehan Jimin.
"Dan setelah itu kau berteman dengannya juga mulai dekat dengannya?" tanya Jimin lagi dengan antusiasme tinggi.
"Aniyo, kami sempat tidak bertemu lagi selama dua tahun karena ia pindah rumah. Jujur saja saat itu aku mensyukuri nya. Dulu dia sangat menyebalkan dan ditakuti oleh banyak anak di lingkungan kami"
"Ahh~ jadi itu alasan dia tidak mempunyai teman rupanya" tebak Jimin yang diangguki Jungkook.
"Ne, itu lah yang membuatnya tumbuh sangat manja pada orang orang di sekitarnya saat ini. Ia kurang memiliki kasih sayang dari teman sebaya nya saat itu, ia terlalu sering di olok olok karena terlahir dari seorang istri kedua. Dan juga karena itulah setelah aku kembali bertemu dengannya, aku tidak pernah absen sehari pun untuk sekedar menjadi pendengar setianya sampai akhirnya aku harus kembali berpisah dengannya karena aku yang memutuskan untuk masuk tentara dan berlatih bersama kalian"
Tanpa mereka sadari, seseorang yang sedang mereka bicarakan ternyata baru saja mendarat mulus di belakang mereka dengan wajah pucat dan rambut yang tak lagi memiliki rupa.
Gadis itu memang tidak mengetahui apa yang Jimin dan Jungkook bicarakan tapi dengan langkah gontainya ia berusaha ikut duduk di tengah tengah mereka dan mengoceh seperti biasa.
"Ahh!! Aku hampir mati tadi, apa kalian sama sekali tidak punya rasa takut? Bagaimana jika tali pengaman atau bahkan tali parasut kalian tidak berfungsi atau rusak? Aku jadi ingin permen sekarang" gerutu Hae Mi beruntun dengan nafas yang masih belum kembali normal.
Jimin dan Jungkook sempat terkejut dengan kehadiran gadis itu tiba tiba, bahkan tatapan mereka seolah tak mengerti dengan apa yang Hae Mi keluhkan. Entah mereka yang memang sedikit lemot atau pembicaraan Hae Mi yang terdengar tiba tiba, buru buru dan tak masuk akal.
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Jungkook dengan wajah polosnya.
"Aish! Apa kalian tidak lihat wajahku yang ketakutan dan lapar ini?" tunjuk Hae Mi pada wajahnya sendiri serta perutnya yang ia usap usap dengan wajah yang meminta dikasihani.
Jimin terkekeh setelah mengerti yang Hae Mi katakan lalu beranjak untuk membantu Taehyung melipat parasut setelah sebelumnya mengode Jungkook untuk memberikan gadis cantik nan manis itu permen.
Awalnya Jungkook geram karena jalan pikir Hae Mi yang cepat saat melihat bungkus permen di depan mereka, tapi akhirnya ia rela memberikan satu lagi caramel candy terakhir miliknya pada Hae Mi.
"Sudah mengeluh lalu mengambil permen terakhirku, sebenarnya kau mau apa hah?" protes Jungkook berapi api lalu ikut menyusul Jimin yang sudah berjalan ke tempat Ji Hwan dan Daniel pergi tadi.
Hae Mi mendengus jengkel seraya membuka bungkus kertas permen kunyah hasil buruannya lalu kembali berjalan ke arah sebaliknya, dengan cepat ia mendekati Taehyung lalu menatapnya seolah ia tengah mengadukan mood buruk nya.
"Wae?" tanya Taehyung lembut seraya mengelus pelas pipi Hae Mi.
"Aku punya permen, kau mau?" tanya Hae Mi setelah gadis itu berhasil membelah permen menjadi dua bagian.
Taehyung tak menolak, lelaki itu membuka mulutnya menunggu tangan Hae Mi untuk terulur menyuapinya.
"Apa enak? Aku rasa enak, nanti setelah sampai di rumah aku akan menyuruh pelayan Ji untuk membelikanku permen seperti ini di pasar lalu ku bagi-" sebelum Hae Mi melanjutkan aksi ocehannya, Taehyung buru buru menarik tangan gadis itu agar segera pergi dari sana menuju jejak pergi keempat rekannya tadi.
.
.
.
Langkah Taehyung terhenti di depan sebuah bangunan tua bercat hijau pudar, kaca kaca bangunan itu juga tampak berdebu dan sudah pecah, bahkan atapnya pun juga seperti hendak runtuh jika dibiarkan selama beberapa tahun lagi.
Hae Mi memandang takut, cengkramannya di tangan Taehyung semakin mengerat, dirapatkannya tubuhnya ke arah Taehyung lalu berbisik..
"Ini tempat apa?" tak menjawab, Taehyung malah melanjutkan langkahnya lalu mulai membuka pintu yang sebelumnya tertutup rapat.
"Kenapa kalian lama sekali?"
Suara itu terdengar dari arah depan mereka berdua, gelap, hanya itu yang bisa Hae Mi lihat karena ruangan tempat seseorang itu berdiri memang jauh dari cahaya lalu tiba tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat.
"Hufft~ Aku kira siapa" lirih Hae Mi lega melihat Daniel yang sudah menampakan dirinya lalu menatap bingung Hae Mi.
"Masuklah, aku harus memasang cctv di sekitar sini. Ji Hwan hyung sudah menunggu mu" ungkap Daniel pada Taehyung lalu melangkah pergi mengacuhkan Hae Mi yang menatapnya kesal.
Taehyung membawa Hae Mi semakin ke dalam, ke tempat yang menurut Hae Mi menakutkan karena ia tidak bisa melihat apa apa kecuali kegelapan.
"Tae?" panggil gadis itu takut jika Taehyung tidak ada disisinya padahal tangannya masih mencengkram kuat lengan Taehyung sedari tadi.
TRAK
TRAK
TRAK
TRAK
Lampu lampu disekitarnya mulai menyala setelah tadi Taehyung membuka sebuah pintu, bisa Hae Mi lihat jelas lorong panjang di depannya.
Dingin, dinding di sekitar nya terbuat dari baja tebal, ada sebuah lampu alarm di atas tempat mereka berdiri, lantai lantai yang sama sama dilapisi baja itu juga tampak sangat dingin jika saja Hae Mi tidak memakai alas kaki.
Di depan sana, sekira dua belas meter dari tempat Hae Mi berdiri bisa terlihat sebuah pintu lagi dan entah alat apa yang juga terpasang di samping klop pintu itu.
"Apa pintu itu menggunakan kode?" tanya Hae Mi penasaran setelah Taehyung kembali melanjutkan langkahnya.
"Hm, ini markas rahasia yang aku bicarakan padamu saat di heli tadi. Jangan khawatir, ini bukan sarang musuh Hae" jawab Taehyung lalu mulai meletakan ibu jarinya di layar kecil itu.
Pintu terbuka memperlihat sebuah ruangan luas yang tidak terlalu berbeda dengan markas mereka di Seoul, hanya saja mungkin disini tidak ada barang barang olahraga, semuanya adalah barang barang resmi milik negara.
Hae Mi mulai melepaskan tangannya dari lengan Taehyung lalu melangkah masuk dan melihat sekelilingnya, sebenarnya bukan mereka berdua saja yang ada disana, Jimin, Jungkook dan Ji Hwan juga ada disana tapi ia mengabaikan mereka.
"Wahh~ Apa ini yang kalian sebut sebagai granat?" tanya nya menunjuk sebuah etalase yang di dalamnya banyak terdapat senjata senjata asing.
"Jangan menyentuhnya, nanti kau terbunuh" seru Jungkook yang sudah berada di sampingnya.
"Memang nya ini akan meledak walau aku hanya menyentuh kaca nya saja hah?" ketus Hae Mi mendelik tajam.
Jungkook tertawa lalu menjelaskan pada Hae Mi benda apa saja yang ada di situ.
Di lain sisi, Taehyung sudah duduk menghadap Ji Hwan dan Jimin, mereka tampak membicarakan sesuatu yang serius.
"Aku sudah mendapatkan laporan dari pusat. Jumlah yang akan kita tangani kali ini cukup banyak, sekitar dua puluh orang lebih dan seharusnya kau tau kemampuan mereka mungkin lebih dari musuh kita kemarin di dermaga" tutur Ji Hwan yang diangguki singkat oleh Taehyung lalu kembali memfokuskan arah pandangnya pada data data target yang harus mereka amankan.
"Pimpinan bilang.. kita bebas mau membunuh mereka atau tidak tapi kita harus membawa Jang Shin Jae dalam keadaan hidup" lanjut Ji Hwan menunjuk foto dari ketua komplotan penjahat itu.
"Lalu? Kapan kita mulai?" tanya Taehyung membuka suaranya.
Jimin ikut menatap Ji Hwan, ia juga bingung dengan kapten tim nya ini, jelas jelas rencana sudah mereka buat tapi Ji Hwan tidak mengatakan kapan mereka mulai beraksi.
"Kita masih harus menunggu seseorang yang pusat kirim. Hanya seorang, kau harusnya tau. Lagipula kita juga tidak mungkin meninggalkan Hae Mi sendirian disini saat kita pergi bukan?"
Taehyung dan Jimin hanya bisa menghela nafas lalu menyenderkan tubuhnya lelah.
Mata mereka teralihkan begitu mendengar tawa ringan milik satu satu nya gadis yang ada disana. Ia tampak tertawa tanpa beban, bahkan kini ia dengan mudahnya melempar pukulan ringan pada Jungkook.
"Gaya bicaramu seolah kau itu kesepian Kookie ya. Carilah seorang gadis^^ tidak mungkin kan kalau kau menikah dengan senjata mengerikan itu ㅋㅋ " tuturnya disertai kekehan.
Jungkook hanya memajukan bibirnya kesal lalu menatap ke arah ketiga hyung nya yang tak lagi mengeluarkan suara.
Lelaki itu mulai merasa canggung karena takut ketiga rekannya itu mendengar apa yang tadi Hae Mi katakan, dengan mata yang bergerak risih, ia berusaha memberi Hae Mi kode agar ia berhenti tertawa.
"Ya! Kecilkan tawamu" bisik Jungkook yang membuat Hae Mi malah tertawa semakin lepas.
"Pantas saja Ji Hwan oppa juga tidak mempunyai kekasih, ternyata kekasih orang seperti kalian itu hanya pistol^^ Bahkan kalian lebih peduli pada pistol laknat itu. Apa kau harus ku carikan pasangan juga? Ah! Aku juga bisa mencari kan Ji Hwan oppa, Jimin, dan Daniel. Aku merasa kasian karena kalian tidak mempunyai kekasih dan malah menggenggam pistol setiap harinya " kekeh Hae Mi belum menyadari jika ruangan itu sudah senyap menyisakan suara dirinya saja.
Ji Hwan dan Jimin menatap malas ke arah Hae Mi yang belum menyadari mereka. Taehyung lah yang hanya bisa menikmati drama live di depannya dengan senyuman genas menyadari lucunya tingkah Hae Mi.
"Ekhem" dehem Ji Hwan mengakhiri tawa Hae Mi.
Gadis itu bungkam menahan tawanya , ia melemparkan senyum termanis nya pada sang oppa lalu membungkuk hormat.
"Jeoseonghamnida, aku hanya bercanda. Oppa tau kan?" lirih Hae Mi memaksakan senyumnya.
Jimin dan Ji Hwan masih menatapnya tajam, berbeda dengan Jungkook yang malah menertawakannya dan Taehyung yang tersenyum.
"Habisnya kalian ini kan sudah cukup berumur. Jimin 24 tahun, Jungkook 23, dan Oppa? Oppa sudah terlalu tua jika oppa tidak memiliki seorang kekasih, kalian selalu menjaga senjata kalian di balik saku pakaian masing masing, sedangkan pasangan? Eopsseo. Aih~ Sungguh miris sekali. Aku hanya berniat baik oppa" bela nya dengan senyum percaya diri.
-_-
Seakan siap menerima hukuman dari oppa nya, Hae Mi langsung mengambil langkah mendekati Taehyung dan duduk di sampingnya.
"Arasseo Arasseo! Aku akan diam, aku bersalah, mianhae oppa, mianhae Jiminie, mianhae Kookie ya. Aku janji tidak akan membahas pasangan kalian lagi" seru Hae Mi cepat lalu bersembunyi di balik tubuh Taehyung.
"Jangan hukum aku" lanjutnya yang lebih mirip seperti rengekan.
.
.
.
Keadaan kembali seperti semula, hari sudah berakhir digantikan dengan malam. Memang mereka tidak akan tau kapan malam dan siang karena sama sekali tidak ada jendela di ruangan luas itu, hanya ada jam putih yang menunjukan pukul tujuh malam.
Daniel sudah kembali setelah memasang cctv mini nya di sekitar markas mereka. Hae Mi tengah terduduk memperhatikan Jimin yang sedang memperbaiki sesuatu, Taehyung masih dalam kegiatannya mencari letak markas musuh yang sebenarnya dari layar komputer bersama Jungkook, sedangkan Ji Hwan sekarang pergi entah kemana.
Hae Mi tampak sangat serius melihat kelihaian tangan Jimin memperbaiki sesuatu. Tangannya juga ikut gatal ingin memegang alat asing itu.
"Chimie ya? Ige mwoya?" tanya nya yang sukses membuat Jimin menghela nafas.
"Aku pikir kau tau karena kau diam sedari tadi. Ini alat pelacak yang ku rakit kembali karena rusak" jawab Jimin yang mendapat anggukan sok mengerti Hae Mi.
"Apa aku bisa membantu?" tanya Hae Mi yang membuat Jimin mempertimbangkannya.
"Em.. Arasseo, bantu aku" pinta Jimin yang mengundang senyum berseri Hae Mi.
"Mwo?"
"Cukup doa kan aku"
-_-
Hae Mi mulai malas meladeni candaan receh Jimin, ia berdiri dan meninggalkan kursi nya lalu berjalan ke arah Taehyung dan Jungkook.
Baru saja sampai di tujuan, Jungkook sudah berdiri dan pergi melewatinya. Kini mulut gatal Hae Mi mulai beraksi melancarkan aksi tanya nya pada Taehyung yang tampak sudah selesai dari kegiatan mengetik nya.
"Ada apa?" tanya Taehyung dengan senyuman menyadari keberadaan Hae Mi dibelakangnya sebelum gadis itu berbicara.
"Apa aku mengganggu mu?" tanya Hae Mi ragu karena sebenarnya ia tau Taehyung cukup lelah hari ini.
"Aniyo, kemari lah" jawab Taehyung lembut lalu memutar kursinya untuk menghadap pada Hae Mi yang masih berdiri.
Tangannya menarik Hae Mi untuk duduk di pangkuannya. Diciumnya harum rambut Hae Mi dari arah ceruk leher gadis itu. Mata lelaki itu terpejam menikmati aroma yang sudah menjadi candu baginya.
Kursi nya kembali berputar ke arah komputer agar tak ada yang melihat, lelaki itu tidak tau seberapa senang nya Hae Mi saat ini, pipi nya merona, senyumnya bahkan tidak bisa ia hilangkan, tangannya ia kalung kan ke leher Taehyung lalu menyenderkan kepalanya pada ceruk leher lelaki itu.
"Do you know how I hold my feeling today? It's hard. Missing your hug is the hardest thing for me"
Taehyung tersenyum lalu membelai lembut surai panjang Hae Mi hingga gadis itu terpejam.
"I know, that's why I hug you tight now"
Hae Mi mengeratkan pelukannya lalu mencium pipi Taehyung.
"Aku menyusahkan mu hari ini. Sorry" bisik Hae Mi tulus.
"Untuk apa meminta maaf?"
"For everything"
"Ternyata uri Hae Mi sudah dewasa" kekeh Taehyung pelan.
"Aniyo, aku tidak akan pernah dewasa. Aku akan selalu seperti anak kecil malang yang membutuhkan kasih sayang. Dan itu hanya padamu"
"Baiklah, kau adalah anak kecil yang membutuhkan kasih sayang ku. Appa? Eomma? Aku bisa menjadi segalanya untuk mu"
"Just be my boy. Noting else. Be mine forever ever and ever. Don't let me alone, you know that I really need you" lirih Hae Mi.
Taehyung ikut mengeratkan pelukannya pada pinggang Hae Mi lalu mengecup lembut kening gadisnya.
"Okay, I will do. Just for you, my world, my everything, my baby girl" jawab Taehyung memberikan senyum nakal nya.
"Aku ingin tidur" pinta Hae Mi lalu menyamankan posisinya setelah ia membalas senyuman Taehyung.
Taehyung membiarkan Hae Mi tertidur di bahunya, surai rambut gadis itu menyapu lembut kulit lehernya, aroma gadis nya begitu menenangkan dan menyenangkan.
'Tidak ada yang lain, hanya dirimu. Cho Hae Mi'
"Jaljayo uri Hae Mi" bisik Taehyung lalu menepuk nepuk punggung Hae Mi seperti seorang ayah pada anaknya.
"I can be everything like you want"
"Saranghae"
Cho Hae Mi epilog:
Suara seorang Kim Taehyung itu adalah lagu tidur ku, sangat lembut, nyaman, menenangkan, hanya dia dan tidak ada yang lain. Seseorang yang membuatku sangat terlihat seperti seorang anak kecil. Dan entah kenapa aku berpikir bahwa lelaki es seperti dia itu sangat manis dan hangat saat di pelukanku. Untuk kesekian kalinya, aku jatuh cinta pada seorang Kim Taehyung. My boy, my everything, my world, and.. cuz he call me baby girl, can I say he is my daddy? sweet daddy. Sweet gift.
To Be Continued