Bad Boy Is A Good Papa [END]

By kecoamerahmuda

37.7M 2.4M 323K

🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayori... More

🍁 S A T U 🍁
🍁 D U A 🍁
🍁 T I G A 🍁
🍁 E M P A T 🍁
🍁 L I M A 🍁
🍁 E N A M 🍁
🍁 T U J U H 🍁
🍁 D E L A P A N 🍁
🍁 S E M B I L A N 🍁
🍁 S E P U L U H 🍁
🍁 S E B E L A S 🍁
🍁 D U A B E L A S 🍁
🍁 T I G A B E L A S 🍁
🍁 E M P A T B E L A S 🍁
🍁 L I M A B E L A S 🍁
🍁 E N A M B E L A S 🍁
🍁 T U J U H B E L A S 🍁
🍁 D E L A P A N B E L A S 🍁
🍁 S E M B I L A N B E L A S 🍁 1/2
🍁 S E M B I L A N B E L A S 🍁
🍁 D U A P U L U H 🍁
🍁 D U A P U L U H S A T U 🍁
🍁 D U A P U L U H D U A 🍁
🍁D U A P U L U H T I G A🍁
🍁 D U A P U L U H E M P A T 🍁
🍁 D U A P U L U H L I M A 🍁
🍁 D U A P U L U H E N A M 🍁
🍁 D U A P U L U H T U J U H 🍁
🍁 D U A P U L U H DE L A P A N 🍁
🍁 D U A P U L U H S E M B I L A N 🍁
🍁 T I G A P U L U H 🍁
🍁 T I G A P U L U H S A T U 🍁
🍁 T I G A P U L U H D U A 🍁
🍁 T I G A P U L U H T I G A 🍁
🍁 T I G A P U L U H E M P A T 🍁
🍁 T I G A P U L U H L I M A 🍁
🍁 T I G A P U L U H E N A M 🍁
🍁 T I G A P U L U H D E L A P A N 🍁
🍁 T I G A P U L U H S E M B I L A N 🍁
🍁 E M P A T P U L U H 🍁
🍁 E M P A T P U L U H S A T U 🍁 ENDING
Hello 🙃
🍁 B O N U S 🍁
🍁 B O N U S 🍁

🍁 T I G A P U L U H T U J U H🍁

697K 44.7K 3.4K
By kecoamerahmuda

Typo adalaha jalan ninjaku.
Mohon koreksi dan sarannya :)

***

Hari ini adalah hari keduanya di Jepang. Kata Briyan, sekretaris yang sekaligus merangkap menjadi asisten Arthur, Arthur bisa saja pulang malam ini asalkan hari ini Arthur benar-benar menyelesaikan pekerjaannya.

Kemarin, Arthur benar-benar tidak ada mendengar suara Kinzy. Selain karena kesibukannya, ketika ia menelepon Kinzy sedang tidur. Arthur sebenarnya tidak terlalu yakin apakah Kinzy betul-betul tidur atau hanya bualan dari istri dan sahabatnya itu. Tapi itu juga ternyata berdampak positif dengannya. Ia jadi tidak terlalu sering kepikiran dengan Kinzy dan itu membantunya untuk menyelesaikan urusannya lebih cepat.

Arthur baru saja menyelesaikan salah satu urusannya pada pukul 12 siang dan akan memiliki jawdwal lagi pada pukul 2 siang. Rasanya sangat tanggung jika ia kembali pulang ke hotel dan terasa sia-sia jika hanya dihabiskan untuk sekedar merenung.

Arthur pun memutuskan untuk pergi jalan-jalan sejenak sekaligus mencari sasuatu yang bagus untuk ia berikan ke Kinzy ataupun untuk calon anaknya.

"Yan, jual baju anak-anak yang lengkap dimana?" Tanya Arthur sambil memainkan ponselnya.

Briyan tampak berpikir, "tunggu!" Briyan mengkotak-katik ponselnya sejenak. "Akachan Honpo. Deket dari sini. Mau kesana aja?"

Arthur langsung menganggukkan kepalanya lalu bangkit dari duduknya sambil meletakkan ponsel ke telinganya.

Ya, Arthur menghubungi Kinzy.

Panggilannya pada Kinzy tak kunjung dijawab. Yang menjawab malah suara operator. Arthur pun kembali menghubunginya. Pada detik ke sepuluh, baru lah panggilan itu dijawab.

"Lagi apa, Zy?" Sapa Arthur lebih dulu.

"Lagi baringan aja." Jawab yang disana masih terdengar sedikit lemas.

"Kamu udah baikan belum?"

"Iya, dari tadi pagi udah enakan karena tidur mulu." Terdengar kekehan Kinzy.

"Mau vidcall dong," Arthur tetap fokus pada obrolannya dengan Kinzy ditengah jalannya menuju parkiran.

"Ih, gak mau ah. Lagi jelek, belum mandi dari pagi." Suara Kinzy terdengar menggemaskan di telinga Arthur. Rindu yang berusaha pemuda itu tahan, kembali muncul ke permukaan dengan tiba-tiba.

"Aku udah sering kali lihat kamu gak mandi dari pagi sampe sore." Arthur terkekeh sambil mengingat kebiasaan mager Kinzy sejak usia kehamilan istrinya itu menginjak 7 bulan.

"Tapi itu 'kan kita lagi sama-sama jelek. Sama-sama gak mandi dari pagi. Ini kamu pasti lagi rapi." Kalau bagi Arthur, ini bukan kebiasaannya yang baru saja terjadi. Emang udah dari sananya.

"Aku matiin, ya? Kamu harus angkat vidcall aku!" Athur mengatakannya tanpa menunggu persetujuan Kinzy lagi. Pemuda itu langsung mematikan panggilannya dan beralih ke panggilan video.

Kinzy langsung menerima panggilan itu. Baru saja Arthur dapat melihat wajah Kinzy, wanita itu langsung memutuskan panggilannya.

Tentu saja kelakuan Kinzy itu menimbulkan tanda tanya di kepala Arthur. Mungkin salah pencet. Arthur kembali memanggil Kinzy dari panggilan video. Tetapi Kinzy menolaknya.

Arthur beralih untuk menelepon Kinzy melalui via suara. Lagi-lagi ditolak. Arthur kebali memanggilnya dengan cara yang sama.

"Napa lu, Thur?" Tanya Briyan yang duduk disebelah Arthur. Ya, sekarang mereka sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke pusat perbelanjaan baju anak-anak.

"Gu di reject mulu ama Kinzy." Jawab Arthur sambil kembali meletakkan ponselnya di telinga.

Yash, akhirnya diterima! "Halo, Zy?"

"Thur, ini Moni. Si Kinzy nangis lagi ini. Katanya dia gak tahan lihat muka elu." Terdengar suara Moni yang terkekeh dilatar belakangi dengan suara tangisan. Tanpa bertanya lagi, Arthur sudah tahu itu suara nangis siapa. Dan sekarang tangisan itu semakin histeris.

"Muka gue emang semenyedihkan itu ya, Ni? Sampe histeris gitu Kinzy nangisnya." Arthur bertanya dengan polos.

"Dia kangen sama elu geblek! Bukan karena tampang lu!" Sungut Moni.

Sekarang Arthur bingung. Antara mau sedih karena keadaan Kinzy atau senang karena rindunya terbalas.

"Jadi gue gak bisa lihat Kinzy, ya?" Sekarang Arthur sudah tidak mendengar suara tangisan lagi. Arthur menghela napasnya sambil tersenyum tipis.

"Enggak. Udah dulu, ye. Bini lo katanya pengen nasgor." Moni langsung memutuskan sambungan telepon mereka secara sepihak.

"Thur, udah sampe." Briyan mengalihkan atensi Arthur. "Lo harus balik kesini jam setengah dua pas."

"Oke!" Arthur langsung keluar dari mobil dan mulai memasuki pusat perbelanjaan yang dimaksud Briyan.

Arthur terus menelusuri pusat perbelanjaan itu sambil mencari-cari yang menurutnya bagus.

***

Sekarang Arthur sudah tiba di Bandara Narita. Yap, Arthur pulang di malam keduanya di Jepang. Arthur berhasil menyelesaikan urusannya dengan cepat seperti yang disarankan oleh Briyan.

Tapi masalahnya sekarang adalah, ponsel Kinzy maupun keempat sahabat wanita itu tidak bisa dihubungi. Ketika Arthur beralih menghubungi sahabatnya untuk bertanya, para sahabatnya tidak ada yang tahu tentang keadaan disana. Tapi Arthur sudah menyuruh para sahabatnya untuk datang ke apartemennya untuk melihat Kinzy. Apa yang sedang terjadi dengan kelima perempuan itu hingga tidak menjawab panggilan dari Arthur.

Arthur sebenarnya menelepon Kinzy untuk mengatakan bahwa ia akan pulang besok. Ya, Arthur ingin memberikan sedikit kejutan pada istri cengengnya itu. Tetapi yang ia dapat adalah suara operator.

Sampai pukul 10 malam waktu setempat, waktu keberangkatan Arthur untuk pulang ke Jakarta, Arthur tak kunjung menerima kabar terbaru dari Kinzy beserta para sahabatnya dan sahabat Arthur sendiri.

Delapan jam di pesawat, Arthur sibuk dengan pikirannya untuk menebak-nebak keadaan istrinya disana. Hingga ketika pesawat mendarat di Bandara Soekarno Hatta dan Arthur mengaktifkan ponselnya, puluhan panggilan tak terjawab berasal dari para sahabatnya.

Nino adalah orang yang langsung dihubungi Arthur karena nama Nino lah yang pertama Arthur dapat di laya ponselnya.

Didetik keenam Nino pun menerima panggilan Arthur.

"Thur, lo udah sampe Jakarta?" Arthur tidak merahasiakan waktu kepulangannya kepada para sahabatnya. Tetapi Arthur masih menyuruh sahabatnya untuk tutup mulut akan perihal itu pada Kinzy.

"Iya, udah. Kenapa? Rame bener hp gue."

"Lo ke parkiran aja. Orang si Dero udah disana nungguin elo."

"Oke, gue kesana." Arthur segera memutuskan sambungan telepon secara sepihak dan buru-buru berjalan menuju ruang pengambilan bagasi.

***

"Sekarang bisa lo jelasin kenapa Kinzy dan antek-anteknya gak ada yang bisa dihubungi?" Tanya Arthur dengan penekanan disetiap katanya.

"Kinzy demam tinggi, sampe 38 celcius. Terus temen-temennya pada bawa ke rumah sakit. Kinzy rawat inap." Jelas Ravel yang duduk di samping Juan yang sedang menyetir.

"Kok gak ada yang bilang ke gue sih?" Arthur meninggikan suaranya.

"Semua pada sibuk, Thur." Kini Dero yang berbicara. "Cara bilang habis nelepon elo terus makan nasgor, Kinzy tidur sampe jam 4 sore. Terus tiba-tiba pusing sampe muntah-muntah. Nah, jam setengah tujuh Kinzy baru mau dibawa ke rumah sakit. Disana juga mereka pada sibuk beli obat, ngurus administrasi, nyari makanan, ngambilin barang-barang yang perlu."

"Segitu kangennya dia ke elu!" Celetuk Juan disela-sela fokusnya pada kemudi.

"Enak ya ada yang ngangenin. Jadi pengen kawin." Tambah Dero.

"Iyain aja!" Balas Ravel ogah-ogahan.

Juan melirik Arthur dari kaca spion. "Kinzy udah mendingan, Thur. Mendingan lo tidur dulu aja." Ucap Juan karena melihat Arthur bungkam sedari tadi.

Arthur hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti saran dari Juan.

***

"Didalem ada Cara sama Jinny. Yang lain udah pada pulang." Jelas Dero ketika ia dan Arthur sudah sampai di depan ruang rawat Kinzy.

Arthur mengangguk. "Thanks udah bantuin gue." Arthur merogoh sakunya, "ini kunci apartemen, anterin koper gue minta tolong. Terserah kapan aja." Arthur lalu memberikan kunci apartemennya pada Dero. "Sekali lagi, thanks. Gue masuk dulu."

"Eh, tunggu dulu!" Dero menahan lengan Arthur lalu Arthur berbalik dengan kerutan di dahinya. "Oleh-oleh mana? Ehe," Dero cengengesan.

Dalam keadaan seperti ini Arthur masih ditanyai hal yang tidak penting. "Ntar dibawa sama si Briyan." Arthur kembali melanjutkan langkahnya yang teruntunda sambil mendengus.

Arthur memasuki ruang rawat Kinzy yang hening. Arthur dapat melihat Kinzy yang tidur dengan wajah pucat di atas brankar dan tangan yang diinfus. Beserta Cara dan Jinny yang tidur di atas sofa.

Arthur berjalan mendekati Kinzy. Pemuda itu mengusap lembut kepala Kinzy lalu mengecup dahi, lalu hidung, lalu bibir Kinzy.

"Aku udah pulang. Kamu jangan sakit lagi. Aku sayang kamu." Bisik Arthur pelan lalu beralih pada perut Kinzy yang sudah sangat besar. Arthur mengecup perut Kinzy dua kali masing-masih pada tempat yang berbeda "Papa juga sayang kalian. Makasih udah jaga mama." Setelah itu Arthur mengusap-usapnya lembut.

Arthur duduk pada kursi yang tersedia disebelah brankar Kinzy. Arthur terus terjaga hingga matahari muncul sambil memang tangan Kinzy dengan tangan kirinya lalu mengusap perut Kinzy dengan tangan kanannya.

Kinzy mulai membuka matanya pada pukul 7.30. Wanita itu tampak masih menetralkan cahaya yang masuk ke dalam retinanya sembari mengumpulkan kesadarannya. Setelah cahaya yang masuk stabil dan kesadarannya sudah penuh, barulah ia melihat suasana sekitar.

Kinzy dapat melihat Cara yang sedang beres-beres. "Jinny mana, Car?"

"Panggilan alam." Jawab Cara sambil menunjuk pintu kamar mandi dengan dagunya. "Masih pening?"

"Dikit." Jawab Kinzy yang memang rasa pening di kepalanya sudah lebih mendingan dibanding kemarin.

"Masih mual?" Tanya Cara lagi.

"Kadang-kadang."

"Udah lapar belum?" Kinzy mengangguk. "Tapi gak selera apa-apa. Eh, lihat hp gue gak, Car?" Kinzy menggerakkan kepalanya pelan-pelan untuk mencari keberadaan benda pipih itu.

Cara menghentikan kegiatan beres-beresnya lalu mulai mencari barang yang ditanyakan Kinzy.

"Nih, mau ngapain?" Tanya Cara setelah menyerahkan ponsel Kinzy yang ia dapat diatas sofa pada si empunya.

"Mau nelpon Arthur. Terbang jam berapa entar." Kinzy mengkotak-katik ponselnya. "Eh, naikin dong senderannya."

Cara terkekeh sambil menaikkan bagian atas brankar Kinzy agar Kinzy dapat duduk dengan bersandar. Cara sama sekali tidak berniat mengatakan apapun yang ia ketahui untuk saat ini.

Drrtt drrrtt

Kinzy menolehkan kepalanya pada nakas ketika mendengar suara getaran dari sana. Kinzy memicingkan matanya pada ponselnya yang bergetar diatas permukaan nakas. Ia merasa tak asing pada ponsel itu.

Kinzy pun mematikan panggilannya pada Arthur dengan perhatian yang masih terfokus pada ponsel diatas nakas. Tepat saat Kinzy mematikan panggilan, ponsel yang diperhatikan Kinzy sedari tadi pun berhenti bergetar.

Kinzy memanggil lagi pada orang yang sama sebelumnya. Sesuai harapannya, ponsel yang diatas nakas kembali bergetar. Kinzy langsung mematikan panggilannya pada Arthur begitu juga dengan ponsel yang diatas nakas berhenti bergetar.

"Car, itu hp siapa?" Kinzy menunjuk ponsel yang diatas nakas dengan dagunya.

Cara hanya menggedikkan bahunya dan kembali duduk ke atas sofa setelah selesai membereskan perlengkapannya yang akan ia bawa pulang pagi ini.

"Ada yang datang, ya?" Cara menganggukkan kepalanya tanpa menatap Kinzy. "Siapa?" Untuk kedua kalinya Cara menggedikkan bahunya. "Ck, ngeselin!"

Ingin rasanya Kinzy mengambil lalu memeriksa ponsel itu. Apakah itu benar-benar ponsel dari seseorang yang ia harapkan atau bukan. Tapi rasanya tidak sopan jika memeriksa ponsel orang lain yang tidak dikenal. Takutnya fitnah ntar.

Ingin rasanya Kinzy mengharapkan bahwa pemilik ponsel itu adalah orang yang ia harapkan kehadirannya untuk saat ini dan hendak memberikan kejutan padanya. Tapi takut kalau hasilnya nanti malah mengecewakan.

Kinzy tidak mencoba untuk menghubungi Arthur lagi.

"Belum balik, ya?" Jinny keluar dari kamar mandi lalu bertanya pada Cara yang masih asik dengan ponselnya.

"Belum." Jawab Cara singkat.

"Siapa yang belum balik?" Tanya Kinzy. Kinzy merasa terasingkan karena kedua sahabatnya ini terlihat seperti merahasiakan seseorang darinya.

"Orang." Jawab Jinny asal dan mendapat dengusan dari Kinzy.

Hingga lima belas menit kemudian pintu ruang rawat Kinzy dibuka dari luar yang sukses membuat semua perhatian seisi kamar kearah pintu.

"Silahkan masuk, Mah, Pah," Kinzy dapat melihat Arthur beserta kedua orang tuanya yang berjalan memasuki pintu.

Kinzy hanya diam mengamati gerak-gerik orang yang berada di depannya. Wanita itu masih mencerna apa yang baru saja terjadi. Apakah yang membuka pintu tadi benar-benar Arthur atau hanya ilusi Kinzy. Jika benar Arthur, bukannya pemuda itu baru akan berangkat dari Jepang pagi ini? Kinzy masih diam.

Kinzy tetap diam sembari menatap seorang pemuda yang kini berdiri di samping brankarnya.

Mata Kinzy terasa panas karena terlalu lama terbuka tanpa berkedip hingga setetes air jatuh dari sudut matanya.

"Hei! Kamu kenapa?" Suara dari pemuda itu berhasil mengedipkan mata Kinzy hingga tersentak dari diamnya.

Kinzy dapat merasakan air yang jatuh dari matanya tadi diusap oleh pemuda di sampingnya dengan jempol pemuda itu.

Beneran Arthur... batin Kinzy. Hingga rona merah tiba-tiba menjalar keseluruh permukaan wajah Kinzy. Sekarang rasa malunya lebih besar daripada rasa rindunya. Kembali ia mengingat tangisan histerisnya ketika bertatap muka dengan Arthur melalui ponsel. Ngapain sih pake nangis segala?! Tiga hari doang ke Jepang udah kayak ditinggal mati. Kinzy menyesali kelebayannya dengan rasa rindu kemarin.

Kinzy menundukkan kepalanya lalu berbalik membelakangi Arthur. Sekilas tadi Kinzy dapat melihat Arthur menyeringai sambil menatap Kinzy dengan tatapan elu 'kan yang kemaren nangis-nangis pas lihat muka gue?.

"Oh, ini orang yang kemaren na--"

"DIAM!" Kinzy langsung berbalik dan membentak Arthur diikuti dengan kelopak matanya yang dibuka lebar. Tanpa Kinzy sadari, semua orang yang berada di dalam ruangan ini terkejut mendengar bentakannya.

Tapi yang dibentak malah tertawa setelah terkejut. Arthur mengacak-acak rambut Kinzy yang tentunya langsung ditepis oleh wanita itu dengan tatapan tajam.

"Mamah sama papah dari bandara langsung kesini buat lihat kamu." Ucap Arthur sambil menepi mempersilahkan Key dan Hendri untuk mendekati Kinzy.

Sedikit info, sebenarnya Kinzy hendak bersama orang tuanya ketika ditinggal Arthur ke Jepang. Tetapi Key dan Hendri ternyata hendak pergi ke Surabaya untuk untuk menghadiri acara rekan bisnis Hendri.

***

Cara dan Jinny sudah pulang sejak dua jam yang lalu. Sedangkan Key dan Hendri baru satu jam lagi. Sekarang hanya ada Kinzy dan Arthur. Kinzy yang menatap bosan pada tv yang menayangkan berita, Arthur melanglang buana ke alam mimpi dengan berbaring diatas sofa.

Kinzy sebenarnya bukan sekedar bosan pada tv, tetapi ia juga sedang kesal pada Arthur yang sama sekali tak menyentuhnya sejak ia bangun bertemu Arthur. Padahal Kinzy sudah sangat mengharapkan perlakuan masis pemuda itu ketika berjumpa dengannya. Misalnya peluk melepas rindu, menanyakan bagaimana keadaannya, menanyakan bagaimana kesehariannya, bercerita tentang keseharian Pemuda itu di Negeri Matahari Terbit, ataupun kecupan penyalur rindu.

Merasa kesalnya belum tersampaikan, Kinzy melempar ponselnya pada Arthur yang sedang tidur lima meter dari brankarnya. Iya, ponsel.

Tak sia-sia Kinzy membeli ponsel mahal untuk melempar Arthur. Karena ponsel itu berhasil mengenai dada Arthur bagian bawah. Walaupun Kinzy sedikit kecewa karena tak mengenai wajah sok tampan suaminya.

Tidak perlu ditanya lagi apakah Arthur terbangun atau tidak. Jawabannya pasti terbangun. Arthur kini meringis sambil memegang bekas mendaratnya ponsel Kinzy.

"Zy, ini sakit loh." Ucap Arthur memelas sambil menatap Kinzy.

"Syukurin! Dibanding itu lebih sakit hati aku!" Sungut Kinzy.

Arthur diam sejenak, "gombal kamu!"

"Gombal matamu!" Maki Kinzy jengkel. "Dasar gak peka."

"Gak peka gimana? Kamu gak ada ngasih kode." Balas Arthur masih mengusap-usap dadanya bagian bawah. "Kamu minta hp baru?"

"Aku minta suami baru yang lebih peka!"

Arthur menghela napasnya lalu bangkit dari sofa. Arthur berjalan mendekati brangkar Kinzy. "Syukur tulang rusuk aku gak patah. Sempat patah terus diangkat, dapat temen kamu di rumah. Terus kita tidur bertiga di kamar." Celoteh Arthur dengan nada gurauan sambil menurunkan sandaran brankar Kinzy.

Setelah sandaran kembali seperti semula, Arthur naik ke atas brangkar Kinzy yang lebarnya tak seberapa lalu membaringkan badannya di sebelah Kinzy.

"Ih, Arthur sempit!" Misuh Kinzy untuk menutupi rasa senangnya.

Arthur tidak menjawab. Pemuda itu hanya diam sambil membantu Kinzy bergeser sedikit lalu mengangkat kepala Kinzy untuk tidur di lengannya. Setelah merasa nyaman, barulah Arthur membawa Kinzy kedalam dekapannya. Arthur mengecup bibir Kinzy lembut lalu mengusap-usap kepala wanita itu.

Kinzy sekarang sibuk menahan bibirnya yang berkedut-kedut kepingin senyum dan berteriak girang.

"Kamu bau!" Dari sekian banyak ungkapan kegirangan, kaliman inilah yang keluar dari mulut Kinzy.

"Iya, dari kemaren belum mandi." Jawab Arthur jujur. "Aku kemaren pulang mau ngasih surprise ke kamu. Sampe sini, aku yang terkejut pas tahu kamu masuk rumah sakit. Kamu juga ada-ada aja, kangen sampe masuk rumah sakit."

"Aku gak kangen sama kamu!" Bantah Kinzy cepat.

"Yaudah iya." Arthur kembali memejamkan matanya untuk melanjutkan tidurnya tadi.

***

Salam,

Kecoamerahmuda.

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 105K 12
DUDA SERIES #2 Note: SILENT READERS BUKAN BESTIE :p Aleandro, atau biasa disapa Lean. Pria berusia 29 tahun yang jatuh cinta pada gadis SMA yang bahk...
2.9M 279K 39
Sabrina Elvina Kirana, tanpa sengaja bertemu kembali dengan seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang pernah membuatnya bahagia dan hancur secara b...
19.8M 1.4M 48
Cerita ini tentang kehidupan pernikahan Reynand Malik Narendra Presiden Mahasiswa Liberty University dan Isabella Putri Ayunda seorang mahasiswa desi...
2.5M 197K 65
( FOLLOW SEBELUM MEMBACA ) JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENYA. Tentang Raynar ketua geng Knights. Cowok anti penolakan. Apapun bisa ia dapatkan terut...