A Romantic Story About Jinyou...

By JaembutKuntilanak

76.3K 7.4K 1.3K

[ COMPLETED + EPILOG ] ✔ || Sebuah remake dari novel Santhy Agatha dengan judul "A Romantic Story About Seren... More

00;
Chapter 1;
Chapter 2;
Chapter 3;
Chapter 4;
Chapter 5;
Chapter 6;
Chapter 7;
Chapter 8;
Chapter 9;
Chapter 10;
Chapter 11;
Chapter 12;
Chapter 13;
Chapter 14;
Chapter 15;
Chapter 16;
Chapter 18;
Chapter 19;
Chapter 20;
Chapter 21;
Chapter 22;
Chapter 23;
Chapter 24;
Chapter 25;
Chapter 26; - END
Epilog

Chapter 17;

2.1K 247 41
By JaembutKuntilanak

Warn: BDSM:v

"Aku mengenalnya Youngjae-ya, aku mengenal siapa Im Jaebum."
gumam Wang Jackson seolah kesakitan.

Choi Youngjae langsung menatap Wang Jackson tajam.

"Kau mengenalnya?"

Jackson mengangguk, lunglai.

"Dia... dia pengacara handal dan sukses dari sebuah firma hukum terkenal. Reputasinya bagus dan sangat jujur juga jarang kalah... aku tidak begitu mengenalnya. Hanya pernah beberapa kali bertemu di pengadilan dan dia menangani kasus yang berbeda. Tetapi dia terkenal sebagai pengacara muda berprospek paling cerah di antara kami.... sampai kemudian aku dengar dia akan menikah, tetapi tak lama setelah itu dia menghilang begitu saja setelah kecelakaan itu. Ada berita cukup simpang-siur, ada yang bilang dia kecelakaan dan kemudian cacat lalu pindah ke luar negeri, bahkan banyak gosip bilang jika dia sudah meninggal  akibat kecelakaan itu. A-aku... aku sama sekali tak menyangka ternyata dia masih bertahan hidup.... dalam kondisi koma."

Jackson meremas rambutnya seperti tentara kalah perang, lalu menatap Youngjae, mengernyit.

"Kau bilang kapan operasi Im Jaebum tadi?"

"Kemarin malam." Choi Yongjae melirik jam tangannya, sudah jam tiga pagi, "Atau bisa dibilang sudah kemarin lusa?"

"Oh Tuhan!!"

Jackson menutup wajah dengan kedua tangannya.

Oh Tuhan...!!

Apalagi yang bisa dia katakan? Itu sebabnya malam itu Jinyoung menghilang tanpa kabar dan tidak bisa ditemukan di mana pun.

Lelaki manis itu pasti sedang menunggui operasi tunangannya. 

Jackson pikir lelaki itu berusaha kabur dari Mark! Atau mungkin mencari mangsa lain di luaran sana. Dan apa yang dia katakan malam itu kepada Jinyoung?

"Dan kau, Jinyoung-ssi. Lain kali belajarlah sedikit bertanggung jawab!"

Kata-kata yang sombong dan penuh tuduhan yang sekarang dia tahu, tak pantas dia ucapkan kepada Jinyoung.

"Kau benar-benar lelaki paling bodoh dan gegabah yang pernah aku kenal." dengus Youngjae, dia masih marah atas tindakan pria Wang tadi.

"Jika kau belum babak belur oleh Mark, aku pasti akan menendang tulang rusukmu berkali-kali."

Jackson mengernyit mendengar ancaman Youngjae.

"Tetapi kau tidak bisa begitu saja menyalahkanku, suatu hari Mark Tuan menghubungiku untuk mengurus kontrak jual beli tubuh Jinyoung senilai tiga ratus juta won. Kau pikir apa yang bisa kupikirkan selain Park Jinyoung adalah seorang pelacur?"

"Jangan sebut-sebut kata pelacur lagi Wang Jackson!" potong Choi Youngjae tanpa embel-embel hyung, menandakan betapa dia sangat marah kini.

Wang Jackson bungkam lalu mengangkat bahu.

"Aku memang salah besar, tapi siapa yg tidak berpikir begitu? Mark sangat kaya, dan lelaki itu
punya reputasi hutang besar di perusahaannya... Tentu saja aku sebagai pengacara menilai ada niat jahat dari sisi Jinyoung."

Lagi-lagi Wang Jackson mencoba membela diri lagi karena pria Choi itu masih memelototinya dengan tajam.

"Sebagai seorang pengacara kau seharusnya melakukan sebuah penyelidikan!" gumam Youngjae sinis.

Jackson menarik napas panjang dan mengangguk.

"Benar. Aku terlalu gegabah mengambil tindakan, sebenarnya aku sudah bertekad tidak akan ikut campur dalam hubungan mereka. Tetapi malam itu, ketika Jinyoung menghilang tanpa kabar, Mark mencarinya seperti orang gila, hampir kehilangan akal sehat karena mencemaskan Jinyoung. Mark berubah karena lelaki itu, dia begitu emosional. Tidak lagi berkepala dingin dan tenang..."

Jackson menarik napas dalam.

"Aku takut Park Jinyoung makin lama akan semakin membawa pengaruh buruk bagi Mark Tuan. Maka aku memutuskan untuk membuat mereka berpisah sesegera mungkin."

Choi Youngjae menyela tajam, "Memangnya apa yang sudah kau lakukan tadi sampai Mark menghajarmu dengan begitu brutalnya?!"

Wajah Jackson tampak memerah malu, "Aku menciumnya dengan paksa, melecehkan Jinyoung dan memastikan agar Mark melihat itu semua." gumamnya pelan.

Choi Youngjae langsung melotot marah mendengarnya.

"APA?!"

Jackson memalingkan mukanya, tidak tahan menghadapi tatapan tajam Youngjae.

"Dan aku.."

Kata-kata itu seolah susah payah keluar dari mulut Jackson, "Dan aku... aku memfitnahnya. Aku bilang Jinyoung mau kubayar untuk bercumbu denganku selama beberapa jam..."

"Oh Tuhan. HYUNG!!"

Youngjae mengerang tak habis pikir dengan perlakukan Wang Jackson.

"Pantas saja Mark menghajarmu habis-habisan. Kalau aku ada di sana waktu itu, aku pasti akan memberi semangat padanya agar menghajarmu lebih keras lagi, bahkan kalau perlu, aku akan membantu untuk menghajarmu."

Wang Jackson menganggukkan kepalanya, "A-aku-aku pantas menerimanya.."

Lelaki Wang itu menghela napas panjang, "Tetapi Youngjae-ya... setelah aku mengetahui semua kebenaran ini, dan melihat tatapan mata Mark Tuan ketika menyeret Jinyoung pulang tadi, entah kenapa aku cemas."

Wajah Youngjae mendadak pucat pasi, "Astaga! Aku hampir saja lupa, Mark selalu mempercayai kata-katamu! Bagaimana kalau Mark Hyung menyangka bahwa Jinyoung benar-benar menjual dirinya kepadamu? Kalau kita melihat betapa posesifnya Mark pada Jinyoung, aku tidak berani membayangkan betapa marah dan bencinya Mark! kita harus
menjelaskan semua kepada Mark sebelum dia melakukan sesuatu
yang nantinya akan dia sesali..."

Choi Youngjae langsung meraih gagang telepon dan memencet nomor Mark.

Lama dia mencoba tanpa hasil, akhirnya menarik napas panjang dan menyerah.

"Semua nomornya tidak aktif, kita juga tak bisa menyerbu ke apartemennya begitu saja karena ini sudah dini hari." Dengan pasrah Youngjae meletakkan gagang telepon.

Wang Jackson berujar, "Kita harus menunggu sampai besok pagi, dan jika... dan jika ternyata semuanya sudah terlambat..."

Youngjae melemparkan tatapan tajam ke arah Jackson yang balas menatapnya denganpenuh rasa bersalah.

"Dan aku pasti akan membuatmu membayar semuanya, kekacauan yang telah kau buat Hyung."

.........

.........

"Seorang pelacur memang harus diperlakukan seperti pelacur!"

Kata-kata Mark yang diucapkan dengan nada dingin dan penuh ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.

Lelaki itu sudah melepaskan kemejanya, dan membuka ikat pinggangnya lalu meletakkannya di ujung ranjang. Matanya begitu dingin, dan ekspresi wajahnya tenang, terlalu tenang, sehingga membuat Park Jinyoung gemetar cemas.

"Kau.... harus.... mendengarkan."

Park Jinyoung masih mencoba. Meskipun saat melihat ekspresi wajah Mark, dia tahu dia tidak akan berhasil. Mark Tuan terlalu marah, dan dia terlalu dibutakan oleh kemurkaannya.

"Lepaskan kemejamu Jinyoung." gumam Mark datar.

"H-hyung..." Wajah Park Jinyoung langsung pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan tanpa ekspresi itu.

"Lepaskan!"

Nada suara Mark Tuan begitu menakutkan. Mungkin Jinyoung akan lebih berani menghadapi jika Mark berteriak-teriak marah dan membentaknya. Tetapi lelaki itu saat ini begitu tenang hingga menakutkan.

Dengan gemetar Park Jinyoung melepas kancing demi kancing kemejanya. Menatap Mark Tuan dengan wajah memohon, tetapi lelaki itu tidak terpengaruh.

Setelah seluruh kancing kemeja Jinyoung terlepas, dia berdiri sambil menggenggam kemejanya yang terbuka dengan kedua tangannya erat-erat, berlutut di ranjang itu, dia memohon belas kasihan kepada lelaki yang berdiri di tepi ranjang, tampak kejam.

"Aku bilang lepaskan kemejamu, Jinyoung." Suara Mark tetap lembut dan terkendali, tapi entah kenapa Jinyoung makin gemetar mendengarnya, dengan susah payah dia akhirnya melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke kasur, menatap Mark tanpa daya.

"Sekarang celananya." sambung Mark setelah mengamati tubuh Park Jinyoung tanpa malu-malu. Membuat seluruh wajah dan tubuh Jinyoung merah padam.

"Tidak!"

Jinyoung berusaha membantah, dia tidak mau dilecehkan seperti ini, dipaksa membuka pakaian dihadapan orang yang sama sekali tidak menghargainya.

"Aku bilang celananya!" Suara Mark sedikit naik, tetapi tetap tenang. Matanya menatap tajam tak terbantahkan, hingga mau tidak mau Jinyoung bergerak melepaskan celananya, air mata mulai mengalir di matanya.

Hening cukup lama.

Mark terdiam sambil menatap Jinyoung tajam. Dan Jinyoung berlutut di ranjang itu dengan tubuh gemetaran, dia berusaha
memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya yang rapuh.

"Lepas pakaian dalammu!"

"Tidak!" Dengan was-was Park Jinyoung berseru, tanpa sadar tubuhnya beringsut ke ujung ranjang, ketakutan.

Sikapnya itu malah menyalakan api kemarahan di wajah Mark,
lelaki itu sudah tidak setenang tadi.

"Kenapa tidak sayang? Pelacur cilikku? Sudah tidak terhitung berapa kali aku melihatmu telanjang, dan kau melakukan semuanya dengan sukarela kan? Demi uang tiga ratus juta won..."

Suara Mark terdengar jijik, dia melangkah maju mendekati ranjang dan secara otomatis Jinyoung langsung beringsut mundur menjauh.

"Aku membeli tubuhmu seharga tiga ratus juta won, seharusnya tubuhmu itu bisa kupergunakan semauku. Tetapi aku terlalu baik padamu, memberimu kebebasan dan kemewahan, dan aku tidak menyentuhmu di saat kau sakit, merawatmu... itu semua terlalu baik untukmu."

Mata Mark tampak menyala.

"Dan kau dasar pelacur cilik tak bermoral! Bukannya mensyukuri kebaikan hatiku, kau malahan merayu sahabatku..!"

"Kau salah paham Hyung."

Jinyoung mulai menangis terisak, tetapi Mark tetap mengeraskan hatinya.

"Aku tidak mungkin salah paham dengan apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri."

Dengan gerakan secepat kilat Mark meraih kedua lengannya sebelum dia sempat menghindar dan menempelkan tubuh berisi Jinyoung ke tubuhnya sendiri.

"Kalian berciuman sialan! Kau  membiarkan dia menciummu! Menjijikkan sekali di mataku."

Napas Mark Tuan mulai terengah-engah, lalu mendorong Jinyoung ke bantal membuatnya terbanting kasar di sana.

Jinyoung berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan badan Mark yang keras. Berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Mark yang kuat dan tanpa ampun.

Tetapi lelaki itu terlalu kuat, terlalu marah. Bahkan tidak menyadari kalau kekasarannya melukai tubuh Jinyoung yang rapuh. Lelaki dingin itu seperti kerasukan setan. Mata coklatnya menyala penuh kebencian ketika dia menatap Jinyoung. Dengan ketakutan yang amat sangat, Jinyoung berusaha memberontak dan turun dari ranjang, tetapi Mark menangkapnya, lelaki itu membantingnya di ranjang lagi dengan kasar, lalu menindihnya.

Jinyoung mengernyit merasakan cengkeraman tangan Mark yang sangat kasar di tangannya.

"Sakit Hyung.... kumohon..."

"Diam!!" seru Mark marah.

Dan ketika Jinyoung meronta ketakutan, hal itu justru semakin mendorong kemarahan Mark. Lelaki dingin itu merobek baju dalam Jinyoung dan mencoba membuka paksa pahanya.

Jinyoung berteriak ketakutan, dia tidak siap dan Mark pasti akan melukainya. Tetapi Mark tidak peduli. Ketika dia merasakan Jinyoung tidak basah dan tidak siap untuknya, lelaki itu tetap menyatukan dirinya.

Bagi Park Jinyoung itu adalah kesakitan yang luar biasa, sakit di tubuhnya dan sakit di hatinya. Diperlakukan seperti pelacur rendahan yang tak ada harganya.

Tubuhnya terasa dibelah dua, dirobek-robek oleh gesekan kuat
tubuh Mark, tetapi Jinyoung menahan dirinya, dia menggigit bibirnya hingga memar dan berdarah. Menahan air matanya meskipun matanya terasa begitu perih.

Ditekannya hatinya dalam-dalam yang mulai hancur jadi serpihan berkeping-keping.

.........

.........

Park Jinyoung berbaring tenang memunggungi Mark, matanya nanar, penuh air mata. Napasnya sesak karena isakannya yang tertahan.

Setelah semua usai, Mark Tuan menjauh dari tubuhnya dan berbaring hening di sebelahnya. Sampai napas yang terengah itu berubah menjadi tenang dan hening.

Jinyoung tahu Mark tidak tidur, lelaki dingin itu masih berbaring nyalang di sebelahnya, menatap langit-langit kamar terlentang. Tetapi Park Jinyoung langsung membalikkan badannya dan berpura-pura tertidur.

Dirasakannya Mark bolak-balik menghadap ke arahnya, seperti
ingin mengajaknya bicara tetapi kemudian ragu, menghentikan dirinya di detik terakhir.

Dan saat-saat hening itu terasa menyiksa. Tubuh Jinyoung tegang meskipun dia berakting sudah tidur dengan baik. Dia menjaga agar nafasnya teratur, dijaganya agar tubuhnya tidak bergerak sama sekali.

Lama-lama dia merasakan tubuh Mark berangsur-angsur santai dan lelaki itu tertidur. Jinyoung menanti menit demi menit, dan menyakinkan diri kalau Mark Tuan sudah terlelap, dan setelah cukup yakin, pelan-pelan dia pun bergerak.

Tubuhnya terasa sakit. Itu tadi benar-benar pemerkosaan, dan Mark sama sekali tidak mau repot-repot bersikap lembut.

Bibir Jinyoung memar akibat ciuman yang terlalu kasar dan gigitannya sendiri. Pergelangan tangannya memerah dan sedikit lebam karena genggaman yang terlalu keras, dan masih ada kesakitan-kesakitan lainnya.

Di seluruh tubuhnya, di dalam tubuhnya. Tetapi yang paling sakit adalah hatinya.

Air mata mengalir tanpa suara dari pipinya, tetapi dia menahan isakan dengan menggigit keras bibirnya yang sakit.

Dengan hati-hati Jinyoung duduk di tepian ranjang, mengamati pakaiannya yang berserakan di
lantai, dan pakaian dalamnya yang setengah dirobek oleh Mark saat lelaki itu melepaskannya dengan marah tadi. Pelan-pelan, agar tidak menimbulkan gerakan di ranjang tempat Mark Tuan berbaring miring dan tertidur pulas, Jinyoung bangkit berdiri dan memungut pakaiannya satu persatu.

Langkahnya goyah dan tubuhnya gemetar. Tetapi dia menguatkan dirinya. Dipakainya pakaiannya pelan-pelan sambil menatap ke arah ranjang dengan was-was, bersiap-siap kalau ada satu gerakan sesedikit apa pun dari
Mark.

Tetapi lelaki itu teridur dengan tenang sampai Jinyoung selesai
berpakaian.

Jinyoung lalu mengambil tas kerjanya dan melangkah keluar. Tetapi di pintu dia ragu-ragu, menoleh dan menatap Mark Tuan yang masih tertidur pulas.

Mark pasti akan maklum jika dia pergi begitu saja.

Setelah pemerkosaan brutal dan kejam itu, Mark pasti maklum jika Jinyoung menjauh darinya.

Tetapi kemudian Park Jinyoung mengernyit, teringat kemarahan Mark Tuan ketika Jinyoung menghilang tanpa pamit untuk
menunggui Jaebum di rumah sakit hari minggu lalu, kalau aku pergi tanpa pamit, apa yang akan dilakukannya padaku?

Apalagi dengan perjanjian tiga ratus juta won itu....

Ketakutan mewarnai perasaan Jinyoung, menahan langkahnya. Jinyoung lalu mengeluarkan kertas dan menulis.

Maafkan aku... Aku harus pergi sementara, aku butuh waktu sendirian. Tapi kau bisa tenang, aku tidak akan melarikan diri dari hutang-hutangku. Aku tidak serendah itu kau tahu? Sampai jumpa di kantor besok pagi Mark Tuan Sajangnim...

Park Jinyoung.

Dan to be continued:)

Team MarkJin mana suaranya??

Continue Reading

You'll Also Like

930K 77.9K 34
[ Completed ]✔️ Gimana rasanya lo punya cowok kek es batu? Tapi giliran sama sahabat ceweknya dia berubah 180 derajat. ©sopayyamm_ Start : 17 Mei 201...
331K 36.7K 69
Keluarga kecil yang hari-harinya dipenuhi suka dan duka. [Completed] Copyright ©2020 i n d a s h a a
162K 12.9K 41
[On Going] VMIN MAFIA Park Jimin dan Kim Taehyung adalah rival didalam dunia pasar gelap. Mereka berdua sama-sama seseorang mafia yang sangat ditakut...