Love Scenario ✔️

By binalova_

64K 6.6K 1.4K

"Aku bahagia bersamamu. Jadi, kumohon jangan tinggalkan aku lagi." - Kim Jinhwan Ini hanyalah sebuah kisah ci... More

(1) B.I
(2) Jinanie
(3) Twins
(4) I Can't Breathe
(5) Very Important to Me
(6) Silent Love
(7) Walking in The Dark
(8) Happy Birthday!
(9) I'm Happy With You Again
(11) Can't Stop Loving You
Special Chapter
(12) Listen to My Heart
(13) I Love You to The Moon and Back
(14) Big Size, Right?
(15) I Just Want You in My Life
(16) You Are My Happines
(17) Mianhae, Hyung
Special Chapter
(18) He is Back!
(19) Climax
(20) Promise
(21) Go Home
Special Chapter
(22) Appa, Why I Different?
(23) Accident
(END) Miracle in December
Special Chapter ( Final )
A Present

(10) It Hurts

1.6K 229 75
By binalova_

KRIIING~

Keduanya dikejutkan oleh suara ponsel Jinhwan yang berdering. Pria mungil itu segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku coat. Wajahnya menyeringai ke arah Hanbin.

"Ini alarm makan malamku." Ucapnya tak berdosa. "Aku selalu men-set alarm pukul tujuh agar tak lupa untuk makan malam ketika lembur. Hehe."

Hanbin hanya berdeham mendengar ucapan Jinhwan. Apakah dia akan melanjutkan ucapannya? Tentu!

"Jadi, apa yang ingin kau katakan, Hanbinie?"

Hanbin terdiam beberapa saat. Mengambil nafas secara perlahan sebelum kembali membuka suara. Dia sungguh gugup!

"Ehm.. Jinanie, sebenarnya-"

Dumb dumb dumb dumb_

Kini suara ponsel Hanbin yang berbunyi. Pria tampan itu mengumpat sebelum akhirnya mengeluarkan ponsel miliknya.

"Sajangnim?" Matanya melebar. Dia segera mengangkat telepon masuk itu.

"Yeoboseyo?"

"....."

"Ne, sajangnim. Aku akan segera kesana."

"....."

"Tentu, sajangnim."

Pip.

Hanbin mendengus. Wajahnya terangkat menatap Jinhwan.

"Jinanie, maafkan aku. Tapi, sajangnim memintaku untuk datang ke kantor. Sepertinya kencan kita kali ini sampai disini saja." Hanbin berujar dengan berat. Benar-benar sial, pikirnya. Saat dia sudah menemukan momen yang pas untuk menyatakan perasaannya, tiba-tiba saja ada gangguan yang datang.

"Tidak apa-apa, Hanbinie. Kau pergi saja, aku akan pulang sendiri." Ucap Jinhwan seraya tersenyum.

"Tidak! Aku akan mengantarmu dulu sebelum pergi k kantor. Kau tidak boleh pulang sendiri."

"Ck, aku ini sudah dewasa, Kim Hanbin. Berhentilah memperlakukanku seperti anak-anak." Jinhwan mempoutkan bibirnya lucu.

Hanbin terkekeh lalu dengan gemas mengusak rambut secokelat madu itu. "Bagiku, kau tetap harus dilindungi, Jinan-ah.."

"Ish, kau menyebalkan!" Tangannya menepis tangan Hanbin yang bertengger diatas kepalanya. "Aku akan pulang sendiri. Kau akan terlambat ke kantor jika harus mengantarku dulu, Bin-ah."

"Hmm.. Kalau begitu kau ikut saja denganku. Cukup tunggu saja di studio selama aku menemui Yang sajangnim. Mungkin tidak akan lama. Dan kita akan pulang bersama."

"Apakah tidak apa-apa?" Jinhwan tampak ragu.

"Tentu saja tidak. Lagipula ini hari libur, tidak ada yang datang ke kantor kecuali mereka yang memiliki kepentingan mendesak dengan pimpinan."

"Baiklah kalau begitu."

.

.

Jinhwan mengamati setiap sudut studio tempat Hanbin dan Jaewon bekerja itu. Ada dua komputer diatas meja kerja panjang, sofa dan meja kaca di pojok kanan, mic dan beberapa alat yang tak dimengerti oleh Jinhwan. Hanbin keluar beberapa menit yang lalu menyediakan berbagai camilan untuk Jinhwan. Agar pria itu tidak terlalu merasa bosan ketika menunggu.

Pria mungil itu membayangkan bagaimana Hanbin sedang mengerjakan musiknya. Wajah serius yang terlihat tampan dan berkharisma itu bisa terbayang oleh Jinhwan. Senyumnya merekah hanya dengan membayangkan sosok Kim Hanbin. Dan Jinhwan tahu dirinya kini sudah gila. Ya, dia gila oleh Kim Hanbin.

Sudah setengah jam menunggu, Hanbin masih belum datang dan itu cukup membuat Jinhwan tak sabar ingin segera pulang. Rasanya ingin turun dan keluar dari gedung besar ini, namun matanya sudah terlalu mengantuk. Dia pun merebahkan tubuh mungilnya di sofa dan memutuskan untuk tidur sambil menunggu Hanbin datang.

Pria berbadan tegap itu mengamati wajah damai Jinhwan yang terlelap diatas sofa. Sungguh menyenangkan mengamati wajah manis itu dalam waktu yang cukup lama tanpa ada yang mengganggu. Si manis yang tertidur itu bergerak, tampaknya tidurnya terusik. Dan benar saja, matanya membuka dan mengerjap-ngerjap mengamati sekeliling. Tepat ketika kesadarannya penuh, dia bisa melihat seorang pria tampan tengah tersenyum manis ke arahnya.

"Eoh?" Dengan cepat Jinhwan bangkit dari berbaringnya.

"Hai." Senyum tampan itu belum pudar.

"Kau... June, kan?"

Pria yang duduk di kursi kerja Hanbin itu tersenyum cerah. "Kau masih mengingat namaku ternyata."

Jinhwan tersenyum. "Tentu saja. Kau kan idol, hehehe~"

June benar-benar dibuat gemas dengan Jinhwan yang tampak seperti berusia di bawahnya.

"Apa yang sedang kau lakukan disini? Mana Hanbin? Apa dia belum selesai?" Jinhwan menatap arloji di tangan kirinya. Sudah pukul setengah sembilan.

"Hanbin hyung tadi meneleponku. Dia saat ini sedang bersama Yang sajangnim di lantai tujuh. Karena akan lama, dia memintaku untuk mengantarmu pulang." Sahut June tenang tanpa melepaskan pandangannya dari wajah manis Jinhwan.

Jinhwan berdecak. "Aku kan bisa pulang sendiri. Ish, menyebalkan sekali dia itu." Gerutunya sebal dengan raut muka yang lucu membuat June terkekeh.

"Tapi kau kan memang tipe pria yang harus mendapat perlindungan." Timpal June keceplosan.

"Maaf?"

Dan pria tampan itu gelagapan. "Emm.. Maksudku ituu- Ini sudah malam. Menunggu bis malam di halte akan membuatmu kedinginan, apalagi di musim dingin seperti ini. Benar, kan?"

Jinhwan memutar bola mata. "Bukankah sangat merepotkanmu?"

"Tentu saja tidak!" Cepat sekali June menjawab, membuat Jinhwan sedikit terkejut. "Aku sama sekali tak keberatan mengantarmu bahkan jika itu ke Busan. Eh, maksudkuu- Hanbin hyung yang memintaku. Jadi aku tak bisa menolak." Pria itu tertawa canggung seraya menggaruk tengkuknya. Kenapa dia gugup sekali hingga bicara pun tak benar.

Jinhwan hanya mengangguk-anggukan kepala saja. Bingung melihat tingkah June yang aneh. Tanpa dia ketahui, bahwa dirinyalah yang membuat June bertingkah seperti itu.

"Kalau begitu, ayo berangkat. Aku sudah mengantuk." Jinhwan pun segera berdiri, diikuti June.

Tidak ada percakapan selama di mobil, karena Jinhwan sudah sangat mengantuk dan akhirnya terlelap kembali. June yang berada di sampingnya tak henti-henti melirik ke arah pria mungil itu. Senyuman tak pernah pudar dari wajah tampannya. Menyenangkan. Debar aneh yang dia rasakan ketika pertama kali melihat Jinhwan hingga detik ini terasa menyenangkan. Beruntunglah dia bisa mengenal pria manis sahabat Kim Hanbin itu. Dan tak ada ruginya saat menerima ajakan Bobby dan Jaewon untuk ikut merayakan ulang tahun Jinhwan di apartemen mereka. Nyatanya, dia percaya apa yang dikatakan Bobby bahwa Kim Jinhwan adalah pria manis yang bisa membuat seorang pria straight jadi 'berbelok'. Bahkan ketika pada pandangan pertama. Baik June, Bobby maupun Jaewon, mereka sama-sama sudah terjatuh dalam pesona seorang Kim Jinhwan.

"Rose maaf, sepertinya aku sudah berpindah haluan sekarang." June terkekeh di ujung kalimat.

Mobil June berhenti di parkiran depan gedung apartemen yang cukup mewah. Dia tak langsung membangunkan Jinhwan karena masih betah mengamati wajah cantik yang terlelap damai itu. Senyumnya mengembang lagi, menyadari betapa gilanya dia karena dengan mudah berpindah haluan dari mengagumi main vocalist grup Blackpink, Rose, menjadi mengagumi Jinhwan hanya dalam satu kali pertemuan kemarin malam.

Jinhwan masih terlelap meskipun mobil sudah berhenti sejak sepuluh menit yang lalu. June tak tega untuk membangunkannya. Dia pun memutuskan untuk menggendong Jinhwan hingga sampai ke kamar apartemennya. Pria kelewat manly itu keluar dari dalam mobil dan membuka pintu lainnya untuk menggendong tubuh mungil Jinhwan. Setelah Jinhwan berada dalam gendongan ala bridal style-nya, June bergegas masuk ke dalam gedung apartemen.

June mengumpat ketika berada di depan pintu apartemen Hanbin. Dia tak tahu passcode-nya, bagaimana caranya masuk tanpa mengusik Jinhwan? Namun, umpatannya justru membuat tidur Jinhwan terganggu. Kedua bulan sabit itu mengerjap masih menyesuaikan diri dengan pandangan dan juga kehangatan tubuh seseorang.

"Hanbin-ah, ini dirimu?" Namun dia tak mengenal wangi parfum ini.

Jinhwan mendongak dan terkejut saat mendapati wajah June yang tersenyum ke arahnya. Dengan cepat dia meminta diturunkan, namun June tak membiarkannya.

"Hanya masukan passcode-nya." Ucap June tanpa mau melepaskan tubuh Jinhwan.

"T-tapi-"

"Cepat. Kau tak kasihan denganku yang berdiri disini dari tadi?"

Jinhwan mendecak. "Turunkan aku."

"Tidak. Masukan saja passcode-nya."

June bersikukuh, membuat Jinhwan memutar bola mata sebelum akhirnya mengikuti keinginan aneh June. Dia sudah bangun dan tak perlu digendong seperti ini, kan? Lagipula, kenapa ketika mereka sampai tadi June tak membangunkannya saja? Pria mungil itu memasukan passcode dengan masih berada dalam gendongan June.

Dan ketika kunci terbuka, June segera membuka pintu dan membawa Jinhwan masuk. Melepaskan sepatunya juga Jinhwan dan berjalan menuju kamar pria mungil itu. Jinhwan merasa sedikit risih dengan perlakuan June. Pria itu tetap bersikukuh menggendongnya sampai ke dalam kamar Jinhwan meskipun Jinhwan meronta minta diturunkan.

"Nah, sudah sampai." Ucap June setelah membaringkan tubuh Jinhwan. "Kalau begitu, aku pulang dulu." Pamitnya pada pria mungil itu.

"Tidak minum kopi dulu? Aku akan membuatkannya untukmu." Jinhwan masih berbaring menatap June.

Sebenarnya June tak ingin menolak tawaran Jinhwan. Mendengar Jinhwan akan membuatkan kopi untuknya sungguh membahagiakan baginya. Kapan lagi pria manis ini dengan suka rela membuatkannya kopi? Namun, dia tak tega karena Jinhwan sudah mengantuk dari tadi dan ingin pria itu beristirahat saja.

"Tidak perlu. Aku harus segera kembali ke dorm. Bobby hyung pasti mencariku." June tersenyum.

"Baiklah kalau begitu. Terimakasih banyak sudah mengantarkanku, June-ssi." Jinhwan bangkit dari berbaringnya, berniat untuk mengantar June hingga pintu depan.

"Sama-sama, Jinhwan hyung. Kau tidurlah lagi. Aku pulang dulu." June pun melangkahkan kaki panjangnya meninggalkan Jinhwan. Namun langkahnya terhenti ketika hendak membuka pintu.

Dia berbalik, menatap Jinhwan penuh arti membuat pria mungil yang sedang duduk ranjang itu mengernyit.

"Emm.. Bisakah kita berteman, hyung?" June bertanya takut-takut.

Jinhwan terkekeh. "Tentu saja! Kenapa kau terlihat takut begitu, huh? Aku tidak akan memakanmu hanya karena kau ingin berteman denganku. Hahaha~"

June tersenyum melihat Jinhwan yang tertawa karenanya itu. "Terimakasih, Jinanie hyung. Aku pulang dulu." Pamit June lagi tanpa sedikit pun membiarkan senyumnya luntur.

.

.

Hari Senin Jinhwan sangat senang karena tugas editingnya mendapat pujian dari kepala editor. Dia puas dengan hasil editing Jinhwan yang sangat rapi dalam penggunaan tanda baca maupun kalimatnya. Ini semua tak lepas dari Kim Hanbin yang membantunya menyelesaikan dua naskah terakhir miliknya. Dia harus berterimakasih pada pria berhidung bangir itu.

Setelah pulang dari kantor, dia menyempatkan diri untuk membeli beberapa perlengkapan mandi juga persediaan bahan makanan yang habis. Jinhwan juga tertarik membeli sebuah snapback untuk diberikan kepada Hanbin karena dia tahu jika sahabat kesayangannya itu sangat suka memakai topi. Jadilah dia membeli satu dengan harga yang lumayan mahal untuk ukuran karyawan swasta sepertinya. Setelah selesai dengan acara belanjanya, Jinhwan mendapat pesan masuk dari Chanwoo jika dia juga Yunhyeong sedang berada di apartemennya dan Hanbin. Pria mungil itu pun memutuskan untuk membeli pizza juga tiga kaleng soft drink.

Jinhwan baru sampai di apartemen pukul setengah sembilan dan kedatangannya sangat disambut dengan antusias oleh Twins kesayangannya. Mereka segera berlari membantu Jinhwan yang tampak kesusahan membawa belanjaannya. Yunhyeong dengan kantong plastik besar berisi kebutuhan harian dan si chubby Chanwoo tentu saja mengambil kantong plastik berisi pizza. Tanpa disuruh pun dia sudah membuka kotaknya diikuti binar bahagia juga lapar. Jinhwan terkekeh melihat tingkah lucu Chanwoo. Pria mungil itu segera masuk ke kamar untuk menyimpan tas kerjanya dan mengganti pakaian. Niatnya ingin sekalian mandi, karena dia sudah merasa tidak nyaman dengan badan lengketnya. Namun-

"Hyung, mandinya nanti saja! Kita makan pizzanya dulu. Aku lapaar~" Chanwoo merengek, membuat Jinhwan tertawa.

"Baiklah, baiklah. Tunggu sebentar, aku ganti baju dulu!" Seru Jinhwan dari dalam kamar. Mana tega dia membiarkan Chanie chubby kesayangannya kelaparan.

Tak menunggu waktu lama untuk mengganti baju, Jinhwan bergegas bergabung dengan Twins di sofa ruang tengah untuk menyantap pizza yang dibelinya sambil menonton tv. Twins sangat antusias ketika Jinhwan menceritakan kepuasan ketua editor di kantornya atas selesainya tugas editing Jinhwan dengan hasil yang memuaskan. Tak lupa memuji Kim Hanbin yang juga bisa diandalkan dalam edit-mengedit naskah. Dan, membicarakan Hanbin membuat mata bulat Chanwoo berbinar. Dengan gerakan cepat dia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana.

"Hyung, kau tahu rumor terpanas saat ini?" Mata bulat itu menatap Jinhwan menunggu jawaban.

Jinhwan mengernyitkan dahi tak mengerti. "Memangnya ada rumor apa?"

"Uhuu~ Hyung akan sangat terkejut jika mendengarnyaa.." Chanwoo kali ini benar-benar aktif menepuk-nepuk kedua telapak tangan diiringi senyumannya yang ceria.

"Rumor apa, Chan? Kau ini membuatku semakin penasaran saja."

Chanwoo pun menjawab dengan nada super ceria. "Hanbin hyung dirumorkan berkencan dengan Jennie Blackpink, hyung!"

DEG.

Binar itu meredup. Otaknya benar-benar perlu mencerna dengan baik apa yang baru saja dikatakan oleh Chanwoo. Sedangkan si chubby yang sekali tidak peka dengan raut muka Jinhwan yang berubah menjadi sendu itu memperlihatkan sebuah artikel media online dengan headline :

SUDAH DEKAT SEJAK MASA TRAINEE, JENNIE BLACKPINK DIRUMORKAN BERKENCAN DENGAN PRODUSER B.I DARI YG ENT.

Dispacth lagi-lagi berhasil mengabadikan momen kebersamaan antara Jennie Blackpink dan B.I, salah satu produser jenius dari YG ent. pada tanggal 8 Februari pukul 08.45 PM KST. Keduanya tampak berjalan menuju mini market dengan sama-sama menggunakan hoodie untuk menyembunyikan wajah mereka. Yang paling mengejutkan netizen adalah sebuah momen manis yang berhasil diabadikan oleh Dispacth, saat dimana pria bernama Kim Hanbin ini dengan suka rela berjongkok untuk membenarkan tali sepatu Jennie yang terlepas. Foto-foto tersebut tentu saja membuat penggemar dan netizen berspekulasi jika keduanya memang berkencan sejak dulu. Karena sebelumnya mereka kerap kali tertangkap selalu pergi berdua ketika Jennie masih menjadi trainee.

Setiap kalimat dari artikel tersebut terasa mencubit keras hati Jinhwan, dan beberapa foto yang menampilkan keduanya tengah berjalan berdua pada malam hari dengan gaya yang sama-sama swag, membuat Jinhwan harus mengontrol perasaannya yang terasa hancur. Foto lain yang membuat dadanya semakin sesak adalah foto yang menampilkan Hanbin yang tengah berjongkok membenarkan tali sepatu Jennie. Benar apa yang ditulis artikel itu, jika Kim Hanbin sangat manis.

"Hyung terkejut, kan? Kami juga hyung. Apalagi selama ini Hanbin hyung selalu menyangkal rumor-rumor yang beredar soal dirinya dan Jennie. Tapi, sepertinya kali ini dia tak bisa mengontrol dirinya untuk tak memperlihatkan kemesraan di publik. Hahaha~"

Jinhwan terkekeh. Yunhyeong yang berada di samping Chanwoo merasa ada sesuatu yang janggal ketika melihat perubahan raut muka Jinhwan. Pria manis itu tampak terlihat muram meskipun selalu menampakan senyumnya.

"Jadi, mereka dikabarkan berkencan sejak dulu?" Pertanyaan Jinhwan ini langsung diangguki dengan cepat oleh Chanwoo. Membuat hatinya semakin terasa diremas begitu kuat.

"Hanbin hyung selalu mengatakan jika rumor itu bohong. Tapi, mungkin saja itu hanya akal-akalannya untuk melindungi Jennie agar tidak diserang oleh paparazzi maupun penggemar." Cerita Chanwoo dengan tetap menikmati pizza di tangannya. "Bukankah dia manis? Uuhh~ apalagi melihat foto ketika Hanbin hyung membenarkan tali sepatu Jennie. Wooaahh~ aku tak menyangka jika dia bisa seromantis itu. Jika mereka hanya berteman, rasanya Hanbin hyung tak perlu repot-repot membenarkan tali sepatu Jennie." Chanwoo tampaknya sangat senang dengan rumor Hanbin dan Jennie itu.

"Mereka memang tampak serasi. Banyak penggemar yang mendukung kencan mereka karena keduanya terlihat sangat serasi. Hanbin hyung yang tampan dan berbakat dengan Jennie yang cantik, seksi juga berbakat." Chanwoo masih melanjutkan ucapannya tanpa pernah tahu ada hati yang terluka tengah menahan sesak di dadanya.

"Chan, sudah jangan bergosip. Kita nikmati pizza ini." Yunhyeong menyela seraya melirik sekilas ke arah Jinhwan. Entahlah, pemuda manis dan tampan itu merasa jika mereka tak boleh membahas soal perkencanan Hanbin dan Jennie di hadapan Jinhwan. Mata sipit itu tampak terluka, namun dia tak berani mengartikan tatapan Jinhwan itu.

"Ish, aku kan sangat senang. Jika mereka berkencan, bukankah Jennie akan menjadi kakak iparku? Bukankah keren jika aku memiliki seorang ipar seorang idol yang cantik dan berbakat sepertinya?" Chanwoo menatap sebal ke arah Yunhyeong, kemudian beralih menatap Jinhwan. "Benar kan, hyung? Hyung juga nanti akan memiliki adik ipar seorang idol. Woaah~ Pasti aboeji dan eomonim sangat senang."

Hati Jinhwan saat ini benar-benar terasa hancur. Baru kemarin dia dengan Hanbin menghabiskan waktu bersama dengan sangat menyenangkan, saling tertawa dan berbagi pelukan hangat, sungguh, itu membuat Jinhwan sangat bahagia. Namun, dengan cepat kebahagiaannya harus sirna karena sebuah rumor. Bukan, sepertinya itu bukan hanya sekedar rumor, tapi fakta. Cukup membuat Jinhwan sadar diri jika kehangatan yang selama ini Hanbin berikan hanyalah bentuk perhatian dari seorang sahabat dan adik, tidak lebih. Kedua mata sipitnya terasa panas dan dia sungguh ingin menangis saat ini juga. Membuatnya cepat-cepat bergegas pergi meninggalkan Chanwoo dan Yunhyeong yang terheran-heran dengan kepergian Jinhwan yang tiba-tiba. Hyung kesayangan mereka itu tak mengatakan sepatah kata pun.

Dan, disinilah Jinhwan. Menangis pilu di samping bathub. Meremas dadanya yang terasa sangat sesak. Penantiannya selama ini sungguh membuat Jinhwan nyaris gila karena rindu. Dan berakhir penuh luka. Diambilnya dengan cepat obat sesak yang dia bawa tadi dari laci meja dan segera menenggak dua butir kapsul. Tak ingin membuat Chanwoo dan Yunhyeong kerepotan jika penyakitnya kembali menjadi. Jinhwan masih terus menangis penuh luka sambil ditemani dengan gemericik air dari shower agar suara tangisnya teredam dan tak terdengar keluar. 

.

.

Hanbin sudah bersiap-siap pergi bekerja dan ingin segera sarapan bersama Jinhwan. Jujur saja, dia sungguh merindukan Jinhwan karena sejak kencan malam itu waktunya bersama Jinhwan benar-benar sempit karena kesibukannya di agensi. Hanbin berjalan menuju dapur sambil bersiul. Namun, dia terkejut karena di dapur tak ada keberadaan Jinhwan. Di meja makannya memang sudah terletak beberapa menu sarapan, tapi Jinhwan tak ada disana. Pria tampan itu segera mencari Jinhwan ke dalam kamar. Nihil. Di kamar maupun kamar mandinya, Jinhwan tak ditemukan.

"Apa dia sudah berangkat? Kenapa pagi sekali dan tak menungguku?" Hanbin melihat sepasang sepatu milik Jinhwan di dekat pintu sudah tak ada. Dia pun segera menuju dapur untuk sarapan.

Sepi. Sarapan sendiri tanpa Jinhwan membuatnya tak bersemangat. Biasanya pagi mereka selalu hangat dengan candaan, omelan Jinhwan dan tawa keduanya. Namun kali ini, hanya ada Hanbin sendiri dengan sorot mata yang meredup, tak bersinar seperti tadi. Dia yang sudah kembali terbiasa bersama Jinhwan kini merasa sangat kosong.

"Tidak biasanya. Bahkan dia tidak meninggalkan pesan apapun untukku." Gumam Hanbin.


Jinhwan merasa dirinya sungguh kekanakan menghindari Hanbin seperti ini. Dia hanya tak ingin kembali menangis melihat wajah tampan Hanbin yang kini sudah menjadi milik orang lain itu. Bukankah Hanbin bersama Jennie ketika Jinhwan diantar pulang oleh June? Jadi, dia lebih memilih menemani Jennie berbelanja dibanding harus mengantar Jinhwan pulang? Ah, tentu saja. Mereka itu sepasang kekasih, kan? Jinhwan tertawa getir, menyadari betapa bodohnya dia selama ini memendam perasaan untuk orang yang hanya menganggapnya saudara. Dia ingin membuang seluruh perasaannya kepada Hanbin. Namun, ternyata itu sungguh sulit.

Kereta yang Jinhwan tunggu pun datang. Dengan cepat dia masuk bersama beberapa orang yang didominasi siswa dan karyawan kantoran seperti dirinya.

Jinhwan duduk di pojok, dia sumpal kedua telinganya dengan earphone. Mendengarkan lagu-lagu mellow yang sebenarnya hanya akan membuat hatinya semakin terluka. Kedua sipitnya terpejam, berusaha melupakan rasa sakitnya. Namun sayang, tak semudah itu.

Ping.

Sebuah pesan masuk. Mata indah itu menatap nanar layar ponselnya. 

From : Hanbinnie

"Jinanie, kau berangkat ke stasiun sendiri? Kenapa meninggalkanku? Ish. Aku kesepian. Sarapanku juga tak kuhabiskan. Tapi tak apa. Hati-hati di jalan ya, semangat bekerjanya ^^"

Jinhwan tersenyum. Kim Hanbinnya memang tetap sama. Namun yang berbeda, dia sekarang memiliki kekasih. Pria manis itu tak berniat membalas pesan Hanbin. Katakan saja dia kekanakan. Dia tak berhak cemburu, bukan? Dia siapa? Bukankah hanya seorang saudara bagi Hanbin? Ada yang berhak untuk itu, yaitu kekasih Hanbin. Jinhwan sama sekali tak boleh kekanakan seperti itu.

"Tapi, hatiku benar-benar sakit.." Lirih Jinhwan pelan.



Tbc.

Gebukin aja Muzee 😭😭
Gak di LYF gak disini, Jinanie nya disakitin mulu huhuhu

gak tega sih, tapi mo gimana lagi 😢😅

Don't forget click a star button and leave a comment 😘

muzee_

Continue Reading

You'll Also Like

240K 13.3K 27
dreamies jadi bayi? itulah yang terjadi ntah bisa dibilang keberuntungan atau kesialan bagi Hyung line gk pinter buat deskripsi langsung baca aja ...
459K 46.6K 39
Bertransmigrasi menjadi ayah satu anak membuat Alga terkejut dengan takdirnya.
298K 30.9K 56
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
167K 15K 49
FIKSI