Opposites 2 [c.d]

By THGfaboo

128K 11.9K 563

Ernest seharusnya berhutang budi pada Cameron, cowok yang menyelamatkan nya dipantai dan mati-matian melindun... More

1 - College Student
2. Terjerumus
3 - Heart Break
4 - Disconnected
5 - Salju
6 - Eyes on Him
7 - Suspicious
8 - Februari
10 - Matthew
11 - Analisa Nash
12 - Undercontrol
13 - She must be drunk
14 - Teori
15 - Reuni Menyakitkan
16 - Tamparan Saudara Kembar
17 - Super Galau
18 - Stecy
19 - Cameron
20 - Nash Mampir
21 - Everyone's Selfish
22 - Kisah Sedih yang Lain
23 - Bukan Pernyataan Cinta
24 - Dia Pakai Topeng
25 - Kapten yang Berani
26 - Tearfull
27 - Kita Semua Sekarat
28 - Truth
29 - She was a Lover
30 - Ketika Ia Pergi [Final]
another pieces

9 - She should be here

4.4K 402 22
By THGfaboo

Pernah merasa dikhianati? --Jhonny Rotten.


Ernest's POV

Aku menunggu Isha diluar rumah. Semalam Jack mengirim SMS, dia bilang senang aku dapat ikut. Ternyata Jack sangat senang, maksud ku itu seperti hal yang luas biasa bagi nya, aku tidak mengerti Jack. Aku duduk di beranda rumah ku. Memikirkan tentang pertanyaan dalam benak ku di masa lalu tetang apakah cowok setampan Cameron mempunyai kekasih, aku baru tau jawaban nya sekarang. Tentu saja, pasti punya.

Saat aku melamuni itu, aku mendengar langkah kaki dari ujung jalan, aku melirik. Itu Jack dengan celana abu-abu selutut, dan kaus hijau dengan garis hitam menyengir sambil menatap ku dan berjalan. Aku berdiri ketika dia sampai di depan ku. "Hai!" sapanya.

"Dimana Isha?"

"Isha?" Jack memiringkan kepala. "Bukankah dia sudah katakan pada mu, kalau dia sedang sakit?"

"Sakit?"

Isha. Dia yang memintaku datang tapi dia malah jatuh sakit? Rasanya aku ingin datang kerumah nya, menggendong Isha atau meletakan tubuh kecil nya di kereta bayi. Aku meneriaki gadis itu dalam hati, ya ampun apa-apaan dia ini.

"Ya, dia bilang kalau sudah mengirim SMS kepadamu," lanjut Jack.

Aku mengecek iPhone ku, ternyata memang ada pesan itu, dikirim beberapa menit yang lalu mungkin saat aku sedang mengikat tali sepatu ku.

"Ayo! Kita tidak bisa ketinggalan kereta," Jack berbalik dan memimpin dengan tas punggung hitam besar nya menghadap kearah ku. Aku menghela nafas dan mengikutinya di belakang.

Cameron's POV

Aku berhenti memutar pulpen di jemari ku ketika Ariana menepuk pundak ku sambil berkata, "Kau bisa istirahat, biar Mary yang mengganti mu,"

Aku melirik Mary, cewek gemuk dengan kacamata putih yang tersenyum pada ku sambil melambai, aku tersenyum padanya dan mengakatan "Oke, terimakasih," pada Ariana. Lalu berdiri dan membiarkan Mary mengambil tempat ku. Lalu aku keluar dari ruang kompetisi mengarang bebas yang kami adakan untuk para siswa SMA.

Aku menutup pintu dengan amat perlahan, lalu berjalan keluar gedung kampus. Aku tau aku harus kemana, tentu saja melihat Nash di lapangan Football. Setiap para peserta SMA itu lewat, aku memperhatikan mereka. Terutama para gadis, berharap secara kebetulan Ernest ada disini. Tapi kemudian aku bertanya lagi, memangnya Ernest sudah seperti apa sekarang sampai mau ikut kompetisi disini?

"Disana kau rupa nya," Seorang gadis mungil entah darimana datang dan menghalangi jalan ku, ketika melihat nya aku sangat terkejut, bagaimana bisa dia disini? "Hai, Apa kabar?"

"Ah, hebat." Kata ku, lalu aku melangkah maju sedikit, "aku ada urusan, maaf."

Dia menahan tangan ku, aku terkejut. "how rude?" katanya kecewa. "Apa kau tidak mengenal ku?"

"Aku ingat kau," kata ku cepat, "Maaf, tapi aku sibuk sekali. Para peserta mengarang bebas pasti menunggu ku,"

"Kompteisi itu kan dilakukan disana," katanya sambil menunjuk kebelakang ku. "Lalu kenapa kau berjalan keluar?"

Aku menatapnya sambil terus mencari alasan yang tepat. "Bisa lepaskan tangan ku?" kata ku kemudian, "Aku punya urusan."

"Aku ingin bicara padamu, Cameron."

"Biarkan aku selesaikan urusan ku dulu, kumohon jangan disini."

Tanpa senyuman dan kata perpisahan, aku menarik tangan ku dengan kasar sehingga terlepas dari ggenggaman nya. Lalu berjalan cepat meninggalkan gadis itu, yang masih meneriaki nama ku.

***

Nash dan aku duduk di bangku cadangan sambil menontoni gadis-gadis SMA bermain sepak bola. Yang membuat ku bingung, kenapa sepak bola, dan kenapa perempuan.

"Aku bertemu cewek itu," kata ku pada Nash. "Ya tuhan, kenapa dia bisa ada disini?"

"Maksud mu, cewek aneh itu?"balas Nash mengerutkan dahinya.

"Ya! Bukankah itu gila?! Setidaknya tidak berbibit. Tapi tetap saja, dia kan pohon nya! "

"Apa masih seperti dulu?"

"Tidak, sih. Sepertinya dia bertambah sedikit dewasa. Dia tidak mengejarku dan menarik ku seperti biasanya."

Nash dan aku menghela nafas. "Kau disini saja, sampai acara ini selesai."

Aku mengangguk, lalu mata ku mengarah pada gadis dengan tanda kapten di lengan nya dan bernomor punggung 22. Aku menyenggol Nash, "Kapten nya lumayan,"

"Yang berjersey hijau, atau hitam orange?"

"Hitam orange,"

"Highland High, sangat dekat dari sini." Kata Nash, "Hei Cam, apa kau rasa kenal si nomor 22 itu?"

Aku menyipitkan mata untuk melihat wajahnya yang sangat-sangat tidak jelas karena jauh dari pandangan, mungkin Nash sudah pernah melihat nya sebelum pertandingan mulai jadi dia tau wajah nya. Tapi bagi ku sangat tidak mungkin mengenali wajah nya dari jauh. Aku menggeleng, "Kurasa tidak.."

"Masa sih?" kata Nash. "Padahal dia mirip anak di kelas manajemen itu, tapi versi perempuan kecil,"

"Anak Manajemen yang mana saja aku tidak tau,"

Gadis yang sedang kami amati berlari sangat cepat menuju gawang lawan, dia menendang dengan kaki kecil nya dan sedikit melompat membuat bola yang ia giring tembus gawang lawan dan mencetak goal.

Nash dan aku entah kenapa langsung berteriak sambil lompat-lompat di bangku cadangan yang kosong. Gadis itu berlari dengan tangan yang ia rentangkan seperti ingin terbang dan satu persatu lalu semua tim nya memeluk nya.

Ada satu penonton di atas kami yang sangat heboh, aku dan Nash saling menatap karena kehebohan di atas kami. Dan sepertinya aku mengenal suara nya. Aku berjalan kedepan lalu menoleh ke belakang sambil mengangkat kepala melihat ke atas.

Diatas sana, seorang penonton berdiri menempel pada pagar pembatas sambil menyerukan hal-hal yang tidak jelas. Aku tertawa melihat nya, begitu pula dengan Nash. Lalu aku memanggil anak itu dengan suara lantang,

"Matthew Lee Espinosa!"

Ernest's POV

Aku belum pernah ke Central Park.

Seumur hidup ku ku habiskan di New Jersey, lalu di kandang. Aku menyebutnya begitu. Central Park sangatlah luas dan luar biasa, sejuk dan nyaman rasanya. Orang-orang lalu lalang sambil tersenyum ramah pada ku. Sebagian aktivitas warna New York disini tidak lain dari lari, membaca buku di bawah pohon, atau memotret seperti yang Jack lakukan.

Jack tengah asyik dengan dunia nya, dunia yang ia lihat dari balik lensa kamera besar nya. Pohon, orang-orang, awan, kursi taman, bahkan mungkin angin ia potret. Tidak banyak yang aku lakukan, aku cuma membuntuti Jack sambil memperhatikan sekitar. Hari ini seperti yang Isha katakan, banyak pasangan dan makanan gratis.

Sementara Jack asyik dengan kameranya, aku duduk di rerumputan dibawah pohon yang begitu hijau sambil memperhatikan Jack yang berteriak-teriak kesal karena burung gereja kecil yang ingin dia potret malah terbang. Aku sesekali tertawa kecil karena tingkah nya yang pantang menyerah untuk memotret mereka.

Aku mengecek iPhone ku, ada 4 pesan dari nomor yang tidak ku kenal. Aku membukanya.

'Dimana kau? Ini Erena.'

'Hei Ernest seharusnya kau kan disini!'

'Aku akan segera tanding, kau dimana? Ini Ernest kan?'

'Jangan bilang kau tidak datang?!'

Aku menggerakan jariku untuk mengetik balasan nya.

'Hai Erena, tentu ini Ernest. maaf aku tidak bisa. Aku menyesal, tapi aku punya urusan mendadak'

Jack datang dan duduk disebelah ku, maksud ku tidak benar-benar di sebelah ku setidaknya berjarak 25 inci, atau 5 jengkal. Dia melepas kalungan kameranya dan meletakan nya diantara kami. Lalu bersila. Aku tidak berani menoleh kearah nya, jadi aku menatapi layar iPhone ku menunggu balasan dari Erena.

"Tidak sopan saat sedang bersama teman kau mengabaikan nya," kata Jack. Aku menoleh kepadanya yang sedang menatap lurus ke danau.

"Kau juga," balasku. "eh, maksudku, itu tidak apa. Lagi pula aku disini hanya untuk makanan gratis yang kau dapatkan, kan? Itu juga tidak apa, kok."

Jack tertawa, "Kau lapar?"

"Tidak juga," aku menggeleng, "tapi kalau kau lapar, oke."

"Aku tidak lapar," balas nya menatap ku.

"oh, oke.." kata ku pelan. Aku tidak pandai bicara makanya ini menjadi sedikit awkward.

"Apa yang akan kita lakukan sehabis ini?"

"Makan?"

"Kita belum lapar."

"Um, kalau begitu duduk saja disini. Suasanya sangat indah."

"Tapi cukup membosankan,"

Aku cuma terdiam. Lalu Jack berkata lagi.

"Bagaimana buku nya?"

"Ya Tuhan, keren sekali!" aku langsung menghadap kearahnya, "Tidak salah kalau harga nya mahal, dan maaf sudah meminjam nya terlalu lama. Kau boleh mampir kerumah ku nanti untuk mengambil nya, aku sungguh minta maaf tidak membawanya hari ini,"

"Tidak apa, Ernest." dia tertawa, "Jangan bicarakan itu keras-leras, orang lain akan beranggapan kita sesat."

Aku tertawa, "Artikel mu memang sesat, Johnson. Kau benar tentang bagaimana mungkin Anne menulis di saat perang atau dalam sel. Mereka pasti mengambil nya kan? Maksud ku aku juga tau, Jack. Tapi aku tidak tau kau menemukan barang bukti berupa fakta itu, dan tulisan Anne yang berbeda di tengah-tengah halaman. Tapi itu sangat keren. Aku tidak percaya kau yang menulis nya,"

"Terimakasih atas pujian nya," Jack membungkuk dengan lengan kanan diatas dada dan lengan kiri yang terbuka sambil tersenyum. "Aku tidak menyangka kau menyukainya."

"Oh, aku sangat suka itu Jack. Kau hebat!" puji ku sambil terus tersenyum.

"Ernest," panggil nya, "bagaimana kalau aku ajak kau kembali ke New Jersey?"

"Untuk apa?"

"Tidak untuk apa-apa, tapi bagaimana perasaan mu kalau kembali kesana?"

Aku berfikir sejenak. Aku menelan ludah. "Takut. Senang. Dan.. Entahlah."

Jack menunduk mengarah rerumputan sambil memeluk kedua kaki nya. Aku menatap nya. Lalu keseruan kami malah memudar, Padahal aku sangat suka membicarakan buku yang sama-sama kami baca. Seperti itu obrolan favorit ku sepanjang masa. Aku ingin tanya pada Jack, memang nya ada apa? Kenapa dia bertanya seperti itu?

Tapi melihat nya rasanya itu bukan pertanyaan baik. Aku ingin tau ada yang sedang Jack pikirkan, karena dia tidak kunjung bicara juga. Aku lalu mengalihkan pandangan melihat danau. Melihat burung-burung berterbangan dan kupu-kupu yang menghiasi taman. Aku mendengar Jack menghela nafas, aku melirik nya dari ujung mata ku tanpa menoleh sedikit pun, aku bisa lihat dia mengangkat kepala lalu memanggil nama ku, "Hei, Ernest."

Aku menoleh pelan, "Hm?"

Jack bergumam pa njang seperti lebah. Dia tidak melihat ku tapi melihat kearah lain. Dia menghela nafas lagi, membuat ku bertanya-tanya apa ada yang salah. Lalu dia bersila dan menatap ku.

"Dengar," katanya sambil membuang nafas. "Aku memang tidak tau siapa yang selalu ada di pikiran mu saat ini, siapa yang membuat mu jatuh cinta. Tapi kalau aku benar, bagaimana kalau dia, orang yang kau cintai tidak siap untuk menangkap mu padahal kau sangat jatuh kepada nya? Dan bagaimana kalau ada orang lain yang siap menangkap mu walaupun kau tidak mau terjatuh pada nya? Aku menyukai mu, Ernest. Sungguh, mungkin bukan pertama kali nya aku menyukai gadis tapi kali ini waktu nya untuk kau,"

"Jack," aku tertawa malu.

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum, kata-kata yang ia katakan sangat diluar pikiran ku dan mimik wajah nya yang lucu, tidak seperti Jack yang selalu serius.

Jack akhirnya tertawa karena mungkin mendengar atau menyadari apa yang baru saja dia katakan begitu tolol.

"Sungguh, Ernest Furham. Aku mau membawa mu pergi dengan jeep terbuka atau apalah dan berbaring di atas rerumputan untuk menatap bintang di langit dan memberi mereka nama seakan mereka saksi, oke? Atau kita bisa bicarakan tentang keanehan dunia dan berkunjung ke perpustakaan setiap hari nya, Lalu--"

"Jack Johnson, ya,"

"Apa?" Jack mengangkat alis nya.

"Ya, kataku." Aku tersenyum diikuti jantung yang berdebar. [ ]

❌❌
Hope you enjoy, don't forget to vote and comments! I do feedback sometimes hehe, have a nice day!

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 888K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...
2.4M 447K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
765K 69.6K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
16.4M 387K 17
[SUDAH TERBIT] Tentang Graziano Gerald Alexio, kapten basket populer yang terkenal dingin serta kejam dalam menyikapi para gadis yang menyukainya. Di...