Just look at me[GRi] ; slow u...

By kwondaebie

23.7K 1.8K 294

Aku benci rasa terpaksa, maka dari itu aku membenci semua hal baru. Dan saat dia datang, dan menjadi maknae... More

One
Something new
Hyeong?
Dumb
Yes
키스
Remember
Sad & Happy
Sad & Happy (2)
Memories
Perfectionist
King of Heart
Likey
Where are you?
Weird feeling
What's wrong with me?
Accident
ToDaey
Only Me

Change

684 67 17
By kwondaebie

Preview:

Jiyong mengulaskan senyumnya, setelah menyerahkan barang yang ia bawa, ia menggenggam tangan Seungri dan menuntun Seungri untuk masuk ke dalam pesawat.

Seungri tersenyum memandang tangannya yang dibungkus oleh tangan Jiyong.



Chapter 16

"Lepaskan sepatu kalian sebelum masuk." Jiyong mulai melepas sepatunya, dan memutar kunci untuk membuka pintu dorm.

"Araso" Yongbae duduk dan melepas ikatan sepatunya, lalu menarik kopernya dan mulai memasuki dorm kala pintunya dibuka oleh Jiyong.

"Ah aku sangat lelah." Daesung menghela nafasnya dan menghempaskan badannya ke sofa yang berada di seberang tv.

Top memasukkan kopernya ke dalam kamarnya, Seungri membantu Jiyong membawa barang belanjaannya yang cukup banyak. Jiyong memang membeli banyak barang di Jepang kemarin, karena memang di Jepang terdapat banyak sekali barang yang lucu dan juga beberapa peralatan rumah tangga yang nyatanya lebih memudahkan mereka untuk membersihkan rumah ataupun memasak.

Ia meletakkan barang barang itu di dapur, dan segera menarik koper Jiyong juga miliknya kedalam kamar mereka. Setelah itu Seungri kembali keluar dari kamar mereka.

"Bagaimana kalau kita memesan ayam malam ini?"

Pertanyaan itu membuat semua orang dalam ruangan itu terdiam. Orang-orang itu sontak menoleh ke sumber suara.

"Tenang saja aku yang akan membayarnya."

Selang beberapa detik kemudian, suara sorak gembira terdengar hingga keluar dari ruangan itu. Seungri segera memeluk Jiyong sembari melompat-lompat sebagai ungkapan senangnya. Ya, memang yang mengatakan bahwa ia akan mentraktir mereka itu adalah Jiyong. Entah kesambet apa Jiyong menjadi baik, seperti ini. Tapi mereka semua yang pasti sangat bahagia, kapan lagi mereka menerima perlakuan ini. Setelahnya Seungri melepas pelukannya dengan Jiyong dan bertos ria dengan Top sambil tersenyum lebar.

Jiyong mengerjapkan matanya setelah pelukan Seungri tak ia rasakan lagi. Nafasnya yang tertahan kembali ia hembuskan, Yongbae pun menghampirinya dan mencubit pipinya sebagai bentuk rasa senangnya. Ia pun hanya tersenyum sebagai balasannya. Baru sadar, ternyata sedari tadi ia menahan nafasnya.

"Kalau begitu, dimanakah kita harus memesan ayamnya?" Tanya Seungri, senyum tak lepas dari bibirnya.

"Aku tau tempat ayam yang enak dan murah." Ujar Daesung, ia menunjukkan jarinya. Ia memang sangat tau seluk beluk kota Seoul yang sudah ia tinggali selama belasan tahun itu. Tentu saja untuk mencari restaurant yang menjual ayam yang murah juga enak sangat mudah baginya.

"Tapi, sepertinya ayam saja tidak cukup, apa kita perlu membeli beer juga?" Tanya Yongbae.

"Yaaaahhhhhh.. aku setuju padamu bae-ah. " ujar Top lalu ia meninju lengan Yongbae.

Jiyong menjentikkan jarinya, ia pun ikut setuju dengan pernyataan Yongbae.

"Tapi, bagaimana dengan Seungri?" Tanya Daesung.

"Aku? Wae?" Tanya Seungri, ia menunjuk dirinya sendiri bingung.

"Ah.. aku lupa.. mengerti maksudmu." Ujar Yongbae sambil mengangguk.

Jiyong memperhatikan pembicaraan mereka mengerti maksudnya. Ia memperhatikan Seungri dalam diam. Tanpa berniat untuk berbicara.

"Tenang saja, lagipula kita hanya membeli beer kan bukan soju. Kalau begitu Daesung, kita beli beernya sekarang. " Top segera merangkul Daesung dan segera keluar dari dorm mereka.

"Aku ikut dengan kalian, aku ingin membeli sesuatu." Yongbae mengekor dibelakang todae.

Pintu tertutup.
Dorm itu menyisakan sang maknae dan leader nya. Keadaan menjadi hening, namun sang maknae perlahan menggeser badannya mendekati leader grupnya.

"Wae?" Tanya leadernya. Maknaenya membalas dengan kekehan, matanya ia sipitkan.

"Aku bosan hyung, bagaimana kalau hyung menyanyi saja. Aku akan ambilkan gitar di kamar." Tanpa menunggu jawaban, sang maknae segera berdiri, berjalan menuju ke kamarnya dan kamar hyungnya untuk mengambil gitar.

Seungri menghela nafasnya kala ia tiba dikamarnya, menetralkan degup jantungnya. Memejamkan matanya, ia menghela nafasnya. Entah kenapa akhir akhir ini ia sering merasa jantungnya berdegup kencang saat dekat dengan Jiyong. Mencoba untuk menghiraukannya, Seungri segera menuju ke tempat gitar itu berada dan mengambilnya.

Gitar berwarna abu-abu hitam itu, ia ambil. Badannya membalik, ia berjalan menuju pintu kamarnya. Saat meraih kenop pintu, tiba-tiba pikirannya melayang.

Kiko.

Ia menggeleng gelengkan kepalanya, lihat, nyatanya hingga saat ini ia masih mengingat kejadian kala itu. Memang, siapa yang akan mudah melupakan kejadian seperti itu apalagi baru ia alami kemarin. Tapi, yang membuatnya bingung, mengapa ingatan itu tiba-tiba terlintas di pikirannya saat ini. Sepertinya ia memang butuh beberapa saat untuk melupakan kejadian kala itu.

Mencoba untuk menghiraukan pikirannya yang berjalan kemana-mana, tangannya membuka pintu. Langkahnya terhenti kala mendapati wajah Jiyong hanya beberapa cm dari wajahnya. Reflek ia memundurkan wajahnya. Matanya tak berkedip.

"Kau sangat lama mengambil gitarnya." Setelah perkataan itu terucap, matanya mengedip cepat.

"Ah mian. Aku tadi-"

"Kita dikamar saja." Ujar Jiyong. Ia membuka pintu, dan menutupnya kembali, setelahnya ia menarik lengan Seungri menuju ranjang mereka.
Seungri mengerjap pelan, menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Bukankah diluar lebih nyaman?

"Ahh dinginnya.. diluar panas jadi lebih baik kita disini saja sambil menunggu bae juga dae"ujar Jiyong. Seungri pun mengangguk. Jiyong mengambil alih gitar yang berada di tangan Seungri dan meletakkannya di pahanya.

"Hyeong.."

"Hm?" Pandangan Jiyong tidak lepas dari tangannya yang mulai memetik senar gitar itu, sekali-kali ia melirik ke tangan kirinya yang menekan senar itu. Menerka apakah akan perpaduan petikan gitar yang ia mainkan akan menghasilkan nada yang indah.

"Bagaimana jadwal kita besok?" Tanya Seungri.

"Mengapa kau tiba-tiba menanyakannya?"

"Hanya yah.." Jiyong mengerucutkan bibirnya sembari mengingat-ingat apa yang dikatakan oleh manager mereka tadi.

"Seperti biasa, latihan menari dengan Yugyeom hyeong. Ah.. aku telah membuat beberapa lagu dan mungkin besok aku akan bertanya kepada Teddy pendapatnya." Jiyong berujar panjang lebar, Seungri mengangguk mengerti, namun anggukkannya terhenti.

"Hyeong membuat lagu? Daebakk... Bisakah kau menyanyikannya untukku?" Tanya Seungri. Sejujurnya ia pernah mendengar beberapa kali dari member bigbang mengenai Jiyong yang menulis lagu. Namun tetap saja, dirinya akan terkejut begitu mendengar Jiyong menuturkannya dari bibirnya sendiri.

Jiyong bergumam sembari melihat Seungri. Seungri tidak melepaskan pandangannya dari Jiyong barang sedetikpun.

"Tidak." Raut wajah Seungri langsung berubah dari yang antusias menjadi sedih. Jiyong yang melihat perubahan wajah Seungri begitu cepatnya menjadi ingin tertawa, menurutnya Seungri cocok menjadi artis. Mungkin ia akan menyarankan Yang Hyunsuk untuk mempertimbangkannya.

Seungri mengambil bantal bermotif polkadot miliknya dan meletakkannya di pahanya. Ia tidak memandang ke Jiyong sekarang, sebagai bentuk rasa kesalnya. Jiyong hanya memperhatikan gerak-gerik Seungri sembari membenarkan posisi gitar dipangkuannya.

Tak beberapa lama suara petikan gitar pun terdengar hingga ke telinga Seungri. Otomatis Seungri segera melihat ke arah Jiyong yang sedang fokus memetik senar gitar hingga menciptakan kesatuan nada yang indah, Seungri terkagum.

Pasalnya, Seungri tidak bisa memainkan gitar, ia mengakui hal itu, karena ia hanya bisa bermain piano. Walaupun banyak yang mengatakan bermain gitar lebih mudah dibanding bermain piano, percayalah baginya bermain gitar itu cukup sulit, mungkin karena dirumahnya dulu tidak ada gitar. Ia juga langsung menyerah begitu diajari memetik senar gitar, karena biasanya ia hanya menggenjreng nya saja.

Namun kali ini saat ia melihat Jiyong memainkan gitarnya, terlihat sangatlah mudah. Yang paling membuatnya terpesona adalah alunan nada yang dihasilkan oleh permainannya. Jujur dirinya tidak tau ternyata suara gitar bisa seindah ini.

Suara Jiyong mulai mengalun memecahkan keheningan malam itu, Seungri benar-benar takjub dibuatnya. Suara Jiyong sangat khas, berbeda dengan yang lainnya terkesan seperti seseorang yang malas bernyanyi namun sesungguhnya terdapat power dibaliknya selain itu perasaan yang ingin Jiyong sampaikan juga sangat kentara.

I'm so sorry but i love you
Da geotjimal.
(Itu semua kebohongan)
Iya mollaseo
(Ku tak tahu)
Ijeya araseo nega piryohae
(Kini ku menyadari bahwa aku membutuhkanmu)

I'm so sorry but i love you
Nalkaroun mal
(Aku memberimu bekas luka)
Hwatgime nado moreuge neol tteonabonaetjiman
(Aku menyuruhmu pergi tanpa menyadarinya)

Jiyong menyanyikan lagu itu dengan penuh penghayatan. Seungri memperhatikannya, seperti terdapat penyesalan mendalam yang dirasakan oleh hyungnya. Penyesalan karena menyia-nyiakan perasaan tulus seseorang yang selama ini ada. Pandangan mata Seungri beralih, ia tidak memandangi Jiyong lagi.

Ia rasa ia tau kepada siapa lagu ini diperuntukkan.

Kiko

Benarkan?

Perasaan terpendam yang selama ini Jiyong rasakan, namun tidak Jiyong akui. Bukankah secara tidak langsung arti dari lagu yang dinyanyikan seperti itu? Seperti Jiyong yang merasa sulit untuk bertemu dengan Kiko mengingat mereka yang sudah berpisah cukup lama. Juga adegan malam itu yang membuat Seungri yakin bahwa hyeongnya ini memiliki perasaan kepada Kiko.

Lalu apa masalahnya?

Bukankah hal itu baik?

Seungri melukiskan senyumnya, ia mulai membaringkan tubuhnya di samping Jiyong yang sedang memainkan gitar. Matanya tak lepas dari Jiyong yang masih bernyanyi. Ia heran mengapa bibirnya dapat melengkung keatas mengukir sebuah senyuman sedangkan sejujurnya ia merasakan sesak seperti napasnya yang tertahan.

"Kami PULANG.." suara teriakan terdengar di luar, Seungri yang tadinya berbaring segera duduk. Ia tersenyum sumringah, dan menoleh ke Jiyong yang juga menatapnya. Permainannya terhenti. Seungri mengambil gitar yang berada di pangkuan Jiyong, lalu menarik tangan Jiyong untuk keluar dari kamar mereka.

"Yeayy.. makanan datang." Seungri berujar senang, ia meletakkan gitar yang ia bawa dan berjalan menuju Daesung yang sedang meletakkan makanan yang dibeli tadi.

"Seungri," Jiyong berkata membuat Seungri menoleh. Seungri duduk diantara Tabi dan Daesung, sedangkan Jiyong berada diantara Tabi dan Yongbae.

"Wae hyeong?" Tanya Seungri. Jiyong mengambil sekaleng bir dan menunjukkannya kepada Seungri.

"Jangan meminum minuman ini." Seungri mengerucutkan bibirnya tanda tidak terima, namun setelahnya ia menganggukan kepalanya. Seungri tidak mengerti mengapa Jiyong melarangnya, padahal ia ingin mencoba minuman itu karena cukup banyak dipajang di supermarket. Daesung pun menyuapi Seungri ayam yang ia beli di kedai andalannya.

"Hmmm.. enak hyeong. Kau beli dimana?? Ini sangat enak." Tanya Seungri.

"Aku akan mengajakmu kesana lain waktu."


❄️
Just Look at Me
❄️

Bukan tanpa alasan jika seorang Kwon Ji Yong berubah. Khususnya sikapnya. Diusianya yang memang sudah beberapa tahun menginjak kepala dua membuatnya mulai berfikir lebih dewasa.

Namun sungguh, alasan utamanya bukanlah karena usia. Tapi mengenai perkataan teman lamanya yang baru ia temui di Jepang saat itu. 

Tepat saat hari dimana kejadian itu berlangsung, Seungri hilang. Sebelumnya ia bertemu dengan teman semasa kecilnya, ya dulu ia sempat tinggal di negeri Sakura selama beberapa tahun, walaupun hanya sebentar namun di negara inilah ia bertemu teman juga seseorang yang ia sukai, dulu.

Dia, temannya itu membawa pasangannya saat bertemu dengan dirinya juga Yongbae. Tenang saja, temannya itu juga seorang pria. Ia ingat dahulu, mereka senang sekali membuli anak-anak kecil yang lemah, atau terlihat lemah, Jiyong hanya mengikuti. Temannya ini benar-benar nakal, dan membawa Jiyong menjadi nakal juga. Apalagi Jiyong yang selalu sendiri dirumah menyebabkan anak itu mengikut saja kemana temannya itu pergi. Temannya itu bahkan sudah ia anggap sebagai kakaknya, karena mereka yang terlampau dekat dulu.

Walau begitu, kini temannya ini berubah dan benar benar mengingatkan kepadanya untuk berubah. Semua itu karena Yongbae yang sedikit menyinggung perihal perilakunya dengan Seungri.
Temannya menjadi sangat dewasa dan bijak, sangat terlihat dari sikapnya. Ia heran mengapa pria itu bisa berubah sebegitu drastisnya, tapi jawabannya yang ia dengar membuatnya melongo.

Karna dia, cintaku.

Setelah itu dia di tertawakan habis-habisan karena responnya, namun temannya itu mengangguk. Ia masih tidak percaya, hingga akhirnya temannya berkata lagi.
Perkataan itu menyadarinya, dan mengingatkannya.

Jikalau engkau ingin dihargai, hargailah orang lain dulu. Kau bisa memulai dari hal yang kecil seperti mengucapkan terimakasih. Jangan tinggikan egomu.
Tidak sulit, tapi ya memang yang namanya berubah butuh proses. Tidak ada yang instan, butuh perjuangan. Sama seperti mendapatkan hati seseorang.

Lupakan kalimat terakhir.
Karena setelah mengucapkan kalimat itu, yang ia lihat adalah sisi kemesraan dari dua sejoli yang sedang di mabuk asmara itu.

Ia sadar, selama ini matanya tertutupi oleh kabut egonya. Ia melihat apa yang harusnya ia lakukan, beberapa kali Yongbae, Daesung apalagi Top menyadarkannya dan memukulnya keras-keras untuk melakukan hal yang baik. Teman-temannya itu sudah berusaha berkali-kali untuk menyadarkannya.

Seungri.

Apa yang ia lakukan selama ini adalah sebuah kesalahan. Tapi, lagi-lagi ia mengeraskan egonya hingga matanya seakan buta melihat kesalahan yang ia lakukan.

Terbukalah, tidak selamanya apa yang menurut kita benar itu memang benar

Setelah temannya itu pergi, ia menatap Yongbae dan memeluk sahabat karibnya yang telah bersama dengannya selama bertahun-tahun. Yongbae awalnya terkejut, ya memang siapa yang tidak terkejut saat dipeluk tiba-tiba. Namun saat mendengar perkataan Jiyong pandangannya melembut, tangannya mengusap pelan punggung Jiyong.

Aku salah bae, maaf.

Yongbae mengulas sebuah senyuman, ia salut dengan teman Jiyong itu, Jirou. Hal yang sulit dilakukan member bigbang, namun dengan mudah diucapkan olehnya dan membuat Jiyong menjadi seperti ini. Sepertinya memang Jirou ialah seseorang yang dekat dengan Jiyong. Ia tidak salah mengambil keputusan untuk menemani Jiyong bertemu dengan Jirou, karena dengan begitu ia bisa berada disamping Jiyong dan menemaninya. Ia tau Jiyong butuh seseorang yang dapat dijadikannya tempat untuk bersandar.

Yongbae mengajak Jiyong untuk kembali bersamanya ke hotelnya. Mereka pun kembali ke hotelnya, saat diperjalanan Seungri menelpon Jiyong. Sesampainya di depan hotel, Jiyong memberitau Yongbae bahwa ia harus pergi menemui Seungri yang telah menunggunya di cafè dekat hotel tempat mereka menginap. Yongbae menaikkan sebelah alis matanya bingung.

Aku ingin menebus kesalahanku.

Perkataan Jiyong saat itu sukses membuat keheranannya bertambah, namun tetap saja perasaan lega dan bahagia yang terselip mendominasi keadaan hatinya. Bagaimana tidak?
Apa yang ia harapkan bersama Top juga Daesung akhirnya terwujud, Jiyong berubah.

Tepat setelah Jiyong pergi, ia berlari menuju lift dan setelah keluar dari lift ia berlari lagi menuju kamar yang terdapat Top juga Daesung disana. Ia masuk kedalam kamar mereka dengan nafas yang terengah, tapi senyumnya justru semakin mengembang.

Yongbae memberitakan kabar bahagia itu seakan itu adalah sebuah hadiah natal. Top menautkan kedua alis matanya, dan Daesung membuka mulutnya, mereka berdua tidak percaya.

Namun kini, mereka sangat percaya apa yang dikatakan oleh Yongbae.

Lihat saja

❄️

"Makan saja masih berantakan, kau ini kan sudah besar."

Masih dengan perkataan yang tajam, mata Daesung memicing. Mungkin diantara mereka bertiga (Daesung, Top, dan Yongbae) sepertinya yang terlihat penasaran akan kebenaran yang dikatakan oleh Yongbae hanyalah dirinya. Betul, sejak saat Yongbae mengatakan bahwa Jiyong berubah, Daesung jadi lebih memperhatikan gerak-gerik Jiyong khususnya dengan Seungri sekecil apapun itu.

Jiyong mengelap sudut bibir Seungri yang terdapat bekas kimchi disana, senyum kecil terpatri dibibirnya kala ia melihat kini Seungri sudah bersih. Setelah itu terdengarlah deheman, disusul dengan suara orang tersedak.

"Uhuk-uhuk." Daesung terbatuk begitu melihat interaksi tepatnya perilaku Jiyong kepada Seungri. Perubahan kecil yang menurutnya sangat besar.

"Minumlah dae, pelan-pelan saja kalau kau makan." Jiyong menepuk pelan punggung Daesung. Daesung menoleh kaget, sejak kapan hyungnya sudah berada dibelakangnya? Bukan, bukan Jiyong atau Yongbae tapi Top. Alis matanya tertaut, ekspresi bingung terpancar di wajahnya yang polos itu.

"Perlu ke rumah sakit?," Daesung langsung menggelengkan kepalanya.

"Kau berlebihan hyeong, tidak perlu." Top menaikkan bahunya lalu duduk disamping Daesung kembali. Top meminum air putihnya yang tadi ia ambil dan melanjutkan acara makannya dengan tenang.

Acara makan siang kali itu pun berlanjut dengan pembicaraan mereka mengenai lagu yang akan mereka rilis tahun depan.

Belum selesai dengan itu semua, kali ini adalah giliran Seungri yang mencuci piring mereka semua. Memang mereka memiliki jadwal tersendiri baik untuk mencuci piring ataupun membereskan tempat tinggal mereka. Walaupun Seungri lebih sering membantu hyungnya ketika mencuci piring, tapi kini ia sedang tidak ingin. Pasalnya, drama yang selalu ia ikuti kelanjutannya kini telah tayang. Ia tau tidak baik meninggalkan pekerjaannya, tapi ia benar-benar penasaran akan kelanjutan drama itu.

Lihat Yongbae dan Jiyong sudah bersiap-siap di depan tv untuk menonton drama itu. Sedangkan Daesung dan Top mereka berdua lebih memilih menghabiskan waktu bersama di kamar mereka dengan bermain game. Seungri menghela nafasnya, sebentar lagi dramanya akan mulai.

Tangannya mulai cepat bergerak. Ia menuangkan sabun cuci piring keatas spons lebih banyak. Tangannya dengan lebih cepat menggosok piring.

"Seungri sebentar lagi dramanya akan mulai lho." Teriak Yongbae disana. Dalam hati ia heran mengapa Yongbae disana, karena setaunya Yongbae tidak menyukai drama. Namun ia hiraukan pikirannya itu dan kembali fokus ke acara mencuci piringnya itu.

PRANG!!

Piring, ya piring yang tadi ia cuci terjatuh karena saat ia ingin membilas piring itu tangannya terasa sangat licin sehingga dengan mudahnya piring itu lolos dari genggamannya. Seungri merutuki kebodohannya, dengan begini waktunya akan semakin terkuras.

"Apa itu?" Tanya Yongbae. Berniat untuk menghampiri sumber kegaduhan, Jiyong justru menahannya.

"Biar aku saja." Jiyong berujar dan berdiri.

Jiyong berjalan kedapur dan mendapati Seungri sedang berjongkok sembari memukul kepalanya. Otomatis matanya membulat, ia segera mempercepat langkahnya mendekati Seungri.

"Apa yang kau lakukan?!" Suaranya meninggi, ia bukan marah karena pecahan piring itu namun apa yang baru saja Seungri lakukan.

"Jangan lukai dirimu sendiri, bodoh! Astaga, kau- bodoh sekali." Umpatnya kesal. Ia melihat Seungri memukul-mukul kepalanya ditambah kini Seungri justru memungut pecahan beling itu dengan tangan kosongnya, sarung tangan karet yang ia gunakan untuk mencuci piring telah ia lepas.

"Apa yang hyeong lakukan disini? Tidak, biar aku saja."

"Justru tanganmu yang terluka kau tidak menyadarinya hah?" Tanya Jiyong, nada suaranya meninggi membuat Seungri menundukkan kepalanya.

"Maaf," cicitnya. Mendengar perkataan Seungri membuat Jiyong menghela nafasnya. Ia memegang tangan Seungri yang terluka dan berdiri. Ia menyalakan air keran dan mencuci luka Seungri sehingga tidak ada lagi darah yang keluar. Selama itupula Seungri tak melepaskan pandangannya dari wajah Jiyong.

Jiyong yang merasa diperhatikan langsung melirik ke Seungri. Tatapan mereka pun bertemu.

"Apa yang kau lihat?," ketus Jiyong. Seungri pun menggelengkan kepalanya, tapi pandangannya tetap saja tidak beralih dari wajah Jiyong. Jiyong pun mengambil plester yang berada di dompetnya, ia membukanya dan menempelkannya ke jari Seungri yang terluka.

Selesai mengobati lengan Seungri, Jiyong mengambil alih pekerjaan Seungri. Ia menggulung lengan kaosnya dan mulai menyalakan air keran dan membilas piring yang dipenuhi sabun itu.

"H-hyeong apa yang kau lakukan? Jangan, bukankah hyeong ingin menonton drama itu? Tidak, nanti hyeong melewatkannya. Aku tau hyeong sangat menyukai drama itu." Ujar Seungri panjang lebar, ia mencoba menghentikan pergerakan Seungri.

"Begitu juga denganmu, aku juga tau kau menyukainya. Bekerja sama akan mempercepat pekerjaan. Lebih baik kau pakai sarung tangan karet itu lalu bungkus tanganmu dengan plastik untuk membersihkan kekacauan itu." Jiyong bertindak juga pada akhirnya. Seungri mengangguk patuh dan menuruti perkataan Jiyong.

Selesai dengan pekerjaan mereka, Jiyong dan Seungri berjalan menuju ruangan dimana terdapat Tv disana. Terlihat bahwa Yongbae sedang tidur, Jiyong dan Seungri pun akhirnya duduk dilantai yang beralaskan karpet.

"Hyeong, gomawo." Kata Seungri pelan. Jiyong pun menoleh, menatap Seungri sebentar.

"Aku masih kesal kepadamu." Jiyong berujar lalu memalingkan pandangannya ke televisi. Seungri menaikkan sudut bibirnya, ia beringsut mendekati Jiyong lalu memeluknya.

"Auw... hyeong. Jangan ngambek."

"Siapa yang ngambek? Aku? Aku tidak begitu, hanya kesal."

"Baiklah baiklah. Kalau begitu aku akan memelukmu sampai kau tidak kesal lagi."

"Tidak mau. Lepaskan atau kekesalanku bertambah."

"Jangan begitu hyeong. Baiklah aku akan menuruti hyeong, tapi hyeong tidak boleh kesal lagi kepadaku." Rajuknya. Seungri melepaskan pelukannya.

"Bagus, kalau begitu."

"Jadi, apa yang hyeong inginkan?" Tanya Seungri.

"Peluk aku hingga dramanya selesai. Jika kau tidak berha-"

BRUK

Tanpa sempat Jiyong menyelesaikan perkataannya, Seungri segera saja memeluk hyeongnya lalu menyamankan posisinya. Bibirnya melukiskan sebuah senyuman.

"Aku belum selesai berbicara."

"Kalau begitu hyeong lanjutkan saja, aku akan setia mendengarkannya."

"Jika sebelum drama selesai kau telah melepaskannya. Maka kau tidur malam ini bersama dengan Yongbae. Jika kau menang, aku akan tidur dengan Yongbae." Jiyong berujar. Seungri segera menggelengkan kepalanya tidak terima, ia mempoutkan bibirnya.

"Tidak setuju,"

"Kau sangat keras kepala sekali. Aku ingin sekali memukul kepalamu ini." Jiyong berujar, Seungri memejamkan matanya dan menutupi kepalanya dengan kedua tangannya, seakan-akan takut akan ancamannya.

"Kau melepaskan pelukanmu, malam ini kau tidur dengan Yongbae." Jiyong tersenyum menang, Seungri membesarkan matanya. Kepalanya ia gelengkan kuat-kuat, ia kembali memeluk Jiyong, Jiyong mendorong Seungri dengan jari telunjuknya yang berada di keningnya. Pria tampan kelahiran 88 itu melihat adiknua yang merengek kepadanya, hal itu membuatnya tak bisa menahan tawa dan senyumnya.

"Psstt.. kau lihatkan hyeong, benar apa yang kubilang. Jiyong sudah berubah, bahkan semakin lengket dengan Seungri." Bisik seseorang didalam kamar mereka yang pintunya sedikit terbuka, orang itu tak lain dan tak bukan adalah Daesung. Sedari tadi ia mengintip kearah luar melalui celah pintu itu.

"Grahhh... berat Dae tak bisakah kau turun sekarang?" Tanya Top. Daesung menggelengkan kepalanya, dugaannya selalu benar, ia tersenyum menang.

"Setelah ini kau harus membelikanku es krim hyeong, jangan lupa kau masih mempunyai 3 hitungan lagi." Daesung melihat ke punggung Top yang berada dibawahnya. Saat ini Top sedang melakukan push-up dan Daesung segera mengganggu latihannya dengan duduk diatas punggung Top.

"Kau berat sekali, kau memakan apasaja sih?" Tanya Top. Ia masih melanjutkan latihannya.

"Nasi. Sudahlah hyeong, latihanmu kan jadi lebih tertantang. Lagipula aku membantumu, hwaiting Tabi Hyeong." Mendengar perkataan Daesung membuat Top menghela nafasnya, mungkin ini adalah resiko menjadi orang tertua di grupnya. Menunduk pasrah, ia kembali merendahkan tubuhnya dan menaikkannya kembali.

"Terserahmu, dae. "

Sementara diluar sana, terdapat dua orang yang sedang menikmati hiburannya sendiri dengan menonton.

Biarkan aku menikmatinya dulu,
Setelahnya aku akan melepasnya.

Jiyong mulai membuka hatinya nihhhh.....
Gimana sama Seungri ya? Baru juga nyadar eh ada penghalangnya si Kiko cinta pertamanya Jiyong.

Mian semuanya....
Maafkan aku yang terlambat banget parah ngapdetnya.
Makasih yang tetep stay sama ceritanya yang udah lama aku gantungin yahh..
Semoga kalian menikmati part ini.

Continue Reading

You'll Also Like

230K 21.2K 30
Lima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonw...
187K 16.8K 53
FIKSI
519K 37.4K 45
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
1.1M 86.4K 63
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...