Semakin berumur kita, maka semakin taulah kita bahwa hidup itu berat.
Tidak perlu tunggu hingga tua untuk mengetahui bahwa ternyata hidup itu keras dan penuh cobaan.
Kita dapat mengetahuinya disaat beranjak dewasa.
Contoh kecil, misalnya anak sekolah banyak tugas yang diberikan oleh gurunya. Mahasiswa kuliah harus menyelesaikan tugas akhirnya yaitu skripsi, tidak peduli harus berapa lama ia mengerjakan itu tujuannya hanya satu, ia harus lulus dan melanjutkan kehidupannya dengan bekerja.
Hidup itu berat. Iya, semua orang tahu.
Tapi, berjuta-juta manusia di bumi harus merasakan beratnya hidup terus menerus.
Meskipun begitu, mereka yakin bahwa Tuhan memiliki skenario yang indah untuk dirinya, walaupun mereka tidak tahu kapan Tuhan akan mengizinkan mereka untuk memainkan skenario tersebut.
Sejak kecil kamu tidak terlalu suka untuk berada di keramaian, karena sifatmu yang introvert. Kamu lebih suka menyendiri daripada berkelompok.
Saat SMA, kamu menjadi salah satu korban bullying di sekolah. Membuatmu takut untuk pergi ke sekolah lagi, sehingga orangtuamu memutuskan untuk home schooling.
Karena hal itu juga kamu memiliki agoraphobia, yaitu phobia terhadap menghadapi keramaian.
Bagimu homeschooling lebih baik daripada harus bertemu dengan teman-teman yang kadang bermuka dua.
Waktu pun berlalu hingga sekarang kamu sudah lulus sekolah.
Setelah lulus, kamu tidak melanjutkan pendidikanmu hingga ke perguruan tinggi. Karena kamu tidak ada niat untuk kuliah.
Tapi, ada satu hal yang kamu ketahui, yang tertanam pada dirimu sejak kecil. Yaitu, kamu sangat suka menulis.
Kadang kamu bisa pergi jauh dan menyendiri untuk menulis.
Atau, duduk sendirian di taman kota melihat sekitaran, lalu lanjut menulis.
Suatu hari, saat kamu sedang duduk di satu bangku dekat taman, kacamata bertumpu dihidungmu, pena ditangan kananmu menari diatas buku, mencurahkan segala ide atau pikiran yang berkecamuk didalam kepalamu.
Tiba-tiba, seorang laki-laki duduk disebelahmu. Kamu pun terkejut dan reflek langsung menutup bukumu, dan melihat ke sebelah, tepat dimana laki-laki tersebut duduk.
Laki-laki itu seolah tidak peduli denganmu yang daritadi sangat gugup ada disebelahnya.
Akhirnya, ia pun melihatmu, dan berkata,
"Lo nulis apa sih? Sampe kaget banget gue datang." Katanya, sok kenal.
"Bu-bukan apa-apa." Jawabmu gugup.
Laki-laki itu mulai mengambil sebatang rokok di dalam tas nya dan mulai menghidupkan rokok tersebut dengan bantuan lighter yang dibawanya. Lalu, mulai mengisap rokok itu dan mengembuskan asapnya bebas.
"Gue sering liat lo duduk disini sore-sore sendirian, dan sekarang gue baru berani nyamperin lo. Gue Jaebum." Katanya sambil menyodorkan tangannya padamu.
Kamu ragu, apakah harus membalas jabatan tangannya atau tidak.
Hingga akhirnya kamu memutuskan untuk membalasnya dan memberitahunya namamu.
Jaebum banyak bertanya apa yang kamu lakukan setiap sore disini hingga ke pertanyaan yang lain.
Sejak saat itu kamu menyadari bahwa Jaebum adalah teman pertamamu.
Hingga hari-hari kedepannya, Jaebum kerap menemanimu menulis di taman itu. Meskipun ia hanya lebih sering diam, membiarkanmu tenggelam dalam pikiran dan menulis.
Tanpa disadari, sejak berkenalan dengan Jaebum, sebagian besar tulisanmu selalu berisi tentangnya, tentang dia yang mulai hadir dikehidupanmu, menyapa kesepianmu, dan juga tidak sungkan masuk ke dalam duniamu.
Tentang Jaebum, yang sudah kamu ceritakan padanya tentang phobiamu dan ia sangat mengerti itu. Jaebum mencoba membuatmu sembuh dari phobia tersebut, agar kamu tidak takut lagi untuk menghadapi orang banyak.
Kamu menutup bukumu, melepaskan kacamatamu dan meliha Jaebum yang masih santai menghisap rokoknya.
"Jangan merokok, nanti mati." Katamu santai sambil melihatnya.
Jaebum pun melihat kearahmu juga lalu menampilkan senyumannya yang dipaksakan.
"Semua orang juga bakal mati." Jawabnya singkat.
"Tapi, dengan merokok kamu mencoba mempercepat kematianmu."
Jaebum pun melemparkan rokoknya kebawah lalu menginjaknya dengan sepatu hingga rokok tersebut mati dan jelek.
"Tuh, udah nggak ngerokok, kan." Lanjutnya sambil menunjuk rokok yang ia hancurkan tadi.
Kamu mengangguk, "Rokok yang ada di tas juga dibuang. Uangnya jangan dipakai buat beli rokok lagi."
Jaebum pun melihatmu lagi, "Kenapa peduli sih?" Tanyanya dengan posisi badannya yang sudah menghadapmu dan memasang tampang penasaran.
"Karena kamu teman aku. Apa salahnya peduli dengan teman sendiri?" Kamu tersenyum.
"Kamu bisa aja pura-pura peduli sekarang."
Ada jeda beberapa menit saat kalian sedang menghadapi percakapan yang serius itu.
"Karena kamu udah nyembuhin aku. Aku juga mau nyembuhin kamu." Lanjutmu.
Selama ini, usaha Jaebum memang sudah banyak untuk menyembuhkanmu dari phobia tersebut.
Dengan itu juga Jaebum membawa kamu untuk memasuki dunianya, seperti dia mengajakmu untuk menonton pertunjukan musik yang dihadiri banyak orang. Dan saat pertunjukan berlangsung banyak orang yang loncat-loncat dan mengenaimu. Kamu ingin menangis dan keluar dari sana. Tapi, Jaebum menenangkanmu dan berkata semuanya baik-baik saja. Setelah itu, ia benar-benar menjagamu.
***
Jaebum, tidak sadar. Kisah tentangmu sudah berbuku-buku, berjuta-juta kata, berpuluh-puluh halaman. Namun, aku masih belum bosan untuk menulis tentangmu.
Tentangmu yang selalu berhasil membawaku ke keramaian padahal aku sangat takut, tentangmu yang membiarkanku untuk masuk ke duniamu yang seratus delapan puluh derajat sangat berbeda dariku, tentangmu yang sudah sangat berhasil mengambil hatiku, membawanya bersamamu.
Sekarang, apa aku bisa berada dikeramaian lagi?
Ngomong-ngomong, apa kabarmu?
Kamu baru saja selesai menulis sepenggal curhatan hati. Curhatan hati yang menyedihkan.
Setelah itu kamu memasukkan buku tersebut kembali ke dalam tas, lalu mulai membersihkan di sekitaran makam.
Yap, Jaebum sudah tiada. Karena ia sakit.
"Jaebum, ada satu rahasia yang belum sempat kubilang dan juga kamu ketahui," Kamu menghela nafas.
"Kalau aku mencintaimu, Jaebum. Terima kasih, sudah menyembuhkanku dari phobiaku. Maaf aku tidak bisa sepenuhnya menyembuhkanmu."
its 3 am
and im writing this, sure i wanna cry so much
aku abis dengar satu lagu dan kepikiran beginian
Jaebum my current bias in got7😭
anw, imagine req by abcdecha_
hope you'll like it dear!❤