Elfira

By anggarwati28

81.3K 2.1K 160

Menjadi yatim piatu membuat Elfira menjadi lebih kuat. Dia harus bertahan dengan keadaan, hidup harus dijalan... More

ONE
TWO
THREE
FOUR
FIVE
SIX
SEVEN
EIGHT
NINE
TEN
QnA wajib jawab
SPOILER
Nanya
cerita baru

ELEVEN

2.8K 147 5
By anggarwati28

Rama kembali ke Surabaya pagi ini, setelah subuh mobilnya berpacu melewati jalanan. Elfira disampingnya dengan memandang sepinya jalanan, hanya ada beberapa truk yang melintas. Rama sengaja mengajak istrinya itu karena ingin memberikan kejutannya, toko ketiga Elfira yang tak pernah diceritakannya.

"Jadi kok berhenti disini? Kamu mau ketemu David?"

"Gak, mau ngecek sebentar. Lihat tuh toko yang warna biru. Suka gak?"

"Bagus Ram." Elfira bisa melihat toko dengan warna biru dan bernuansa feminin, ada beberapa bunga plastik yang menghiasinya. "Nama pemiliknya sama kayak nama aku ya?"

"Itu toko kamu, sayang?"

"Hah? Beneran?"

Rama hanya mengangguk.

"Makasih, Ram."

Elfira tak menyangka Rama memiliki ide yang cukup brilian, menganti nafkah lahir yang harus diberikan kepadanya dengan sebuah toko cabang untuk Elfira.

"Sama-sama." Rama menanggapi. Kepalanya menoleh lagi ke Elfira yang masih setia memandangi toko di depannya. "Kalau aku punya mesin waktu, mulai dari awal aku ingin jatuh cinta sama kamu. I love you Elfira."

"Mulai bisa ngegombal ya? Hmm, sayangnya kita udah gak pantes untuk jadi picisan seperti ini." Balas Elfira.

"Gak ada salahnya jatuh cinta sama kamu kan?"

CUP!

Entah keberanian darimana Elfira mencium pipi Rama terlebih dahulu.

"Agresif ya kamu? Nanti malam sudah boleh dong tidur satu kasur?"

Anggarwati28

Bisnis Rama berlajalan lancar, entah bagaimana datangnya pria wajah tampan itu sangat suka dengan bisnis jual beli toko yang digeluti istrinya sejak dulu. Rama sudah membuka satu cabang untuk toko kosmetik tersebut. Rencananya akan membuka bisnis lain berupa tempat makan untuk keluarga. Rama mengamati Elfira yang sedang menonton TV dengan remote yang setia di tangannya, istrinya itu adalah inspirasi untuknya. Semenjak berkeluarga Rama semakin berfikir bagaimana menghidupi istri dan calon anaknya nanti, ternyata kehamilan Elfira juga membuatnya memiliki ide untuk bisnis baru. Masalah kapan terealisasi Rama harus meminta persetujuan beberapa rekan kerja, karena jujur Rama tak memiliki modal untuk membuka bisnis sendiri dalam waktu dekat.

Telepon masuk membuat Rama mengalihkan konsentrasinya, Miranda menelpon. Pandangan Rama membulat setelah mendengar hal yang dibicarakan adiknya.

"Fir, papa kena serangan jantung. Aku ke rumah sakit dulu."

Elfira sama terkejutnya dengan Rama, sebenarnya dia juga merasakan hal yang tidak nyaman sejak tadi. Perasaan aneh yang berbau negatif.

"Hati-hati ya, Ram. Jangan gegabah."

"Aku pergi dulu, ya."

Firasat buruk ini bukan tentang orang lain, tentang Rama. Entah kenapa akan terjadi sesuatu dengan Rama.

"Ram, hati-hati ya."

Elfira memutuskan untuk mengambil air wudhu dan melakukan sholat Dhuha. Ayah mertuanya memang memiliki riwayat penyakit jantung, sudah beberapa kali masuk rumah sakit. Sikap yang sedikit bandel dan tidak mau dirawat membuat tim dokter mengizinkan pulang, pulang secara paksa.

Selama dirinya pergi menyendiri ayah Rama memang beberapa kali dirawat dan dirahasiakannya. Pak Pramudya hanya bercerita kepada Miranda, karena profesi anaknya tersebut adalah dokter. Merahasiakan kepada istrinya, takut karena istrinya juga memiliki penyakit serius dan akan drop sewaktu-waktu. Ibu Ema menderita diabetes, makan harus diatur dan tidak boleh banyak pikiran. Kedua hal itu yang hanya diingatan Elfira dari penjelasan dokter.

Beberapa hari kemudian....

Elfira memasuki rumah sakit dengan langkah tenang, beberapa dokter dan perawat menyapanya. Mereka sudah hafal kalau Elfira akan datang rentang pukul tujuh hingga delapan pagi, dan akan pulang pukul empat sore. Membawa bunga berwarna cerah, kali ini bunga matahari. Berkunjung ke rumah sakit adalah hal sudah menjadi rutinitas Elfira selama dua minggu ini. Bukan untuk mengunjungi mertuanya, tapi Rama. Ayah mertuanya tidak begitu mengalami hal serius dan sudah diizinkan pulang setelah di hari. Rama, suaminya mengalami kecelakaan sebelum sampai di rumah sakit. Cerita yang panjang dan menyakitkan untuk diungkit kembali. Menurut saksi mata mobil Rama mengalami pecah ban dan oleng hingga menabrak pembatas jalan dan masuk ke jurang.

Rama memang selamat, hanya harus menjalani perawatan intensif di ruang HIGH INTENSIVE CARE UNITS. Elfira selalu berganti dengan Miranda ataupun Elang. Keadaannya tidak memungkinkan untuk berjaga selama dua puluh empat jam.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam. Mbak Fira udah datang. Ada berita baik, mbak. Ini tadi Mas Rama gerakin tangan lo."

"Alhamdulillah." Elfira duduk di kursi penjaga pasien dan memegang tangan Rama. "Assalamualaikum, Ram. Aku datang."

"Mbak udah makan?"

"Sudah tadi bareng sama mama papa di rumah."

"Mira ke kantin rumah sakit dulu kalau gitu ya mbak? Satu jam lagi ada jadwal praktek."

Miranda adik Rama sudah lulus jurusan kedokteran gigi, dua bulan yang lalu. Elfira tersenyum miris mengingatnya, Rama belum wisuda. Rencananya akan wisuda dua bulan lagi. Elfira hanya bisa menangis dan menyemangati dirinya, mengingat Rama yang mendapatkan musibah seperti ini serta harus menyemangati dirinya untuk menjaga kesehatannya. Elfira harus menjaga tekanan darah agar tidak turun ataupun melonjak naik.

Menjadi seorang pemimpin harus mampu membuat mereka menjadi lebih baik. Mereka siapa? Tentunya para karyawan toko. Elfira selalu konsultasi dengan dokter dan bidan untuk menjaga kesehatan. Bidan yang sering membantunya sudah bagai sahabatnya kali ini. Perempuan cantik yang Elfira kenal sudah mempunyai seorang anak perempuan yang cantik pula. Elfira adalah gambaran wanita kuat. Keadaannya juga butuh untuk diperhatikan, tapi keadaan membuatnya untuk tetap tegar. Bukan hanya Rama yang butuh sosok penguat setiap hari, tapi juga keluarganya yang lain. Budhe yang juga butuh diingatkan untuk minum obat, Eva yang semakin hari perlu pengawasan, Elang yang sulit sekali mengatur waktu untuk bekerja dan istirahat. Elfira masih bersyukur ada Kunthi yang membantunya, dia adalah sosok yang menjadi pengingat serta alarm untuk Budhe Ratri, Eva, dan Elang.

Ngomong-ngomong soal Elang, budhe pernah berkeinginan untuk menjodohkan keduanya. Pendapat yang muncul begitu saja mengingat keduanya sudah dewasa. Elfira tersenyum mengingatnya.

"Ram, ada yang mau nikah ini. Kamu gak pengen bangun?"

Elfira selalu mengajak Rama berkomunikasi dengan baik, membacakan berita untuk Rama serta hal yang dilakukan perempuan itu setiap harinya. Berharap Rama merespon dan bangun memeluknya. Elfira tidak begitu mengerti tentang urusan medis, yang dia tahu hanya bagaimana menjaga keluarganya tetap sehat dan menjaga anak dalam kandungannya.

"Ram, anak kita dua bulan lagi lahir. Kamu bilang pengen mengadzani?"

Elfira hanya manusia bukan? Sabar ada batasnya juga. Setiap malam harus menangis dan mengurung diri di kamar. Menyembunyikan kesedihannya dari semua orang dan tegar dihadapan yang lainnya. Kondisi kejiwaan ini yang membuat berat badannya turun. Elfira melangkah dan bersandar di sofa ruang rawat Rama. Mengamati beberapa perawat yang terlihat mondar-mandir dari arah jendela kaca. Menyalakan televisi dan mengajak Rama mengobrol tentang acara yang dilihatnya, tanpa jawaban dan bisu.

"Ram, bangun!"

Anggarwati28

Elfira menekan bel setelah sampai di depan pintu gerbang hitam. Hari ini setelah pulang dari rumah sakit Elfira tidak pulang ke rumahnya, atau rumah mertuanya. Ada beberapa hal yang membuatnya ingat tentang Rama. Setidaknya tidak ada hal menyedihkan dalam memori Elfira di rumah budhenya. Hanya hal yang membahagiakan, mulai dari betapa senangnya dirinya mendapatkan pelukan perempuan yang menyerupai ibunya disini. Tentunya pelukan Ibu Ratri yang merupakan kakak ibunya sendiri. Berita kehamilan juga dirinya ketahui di rumah ini. Semoga dengan datangnya dirinya kembali kesini ada berita baik yang akan diterimanya nanti.

"Budhe masak banyak lo, kamu mau makan apa?"

Ada sup, ada empal, gudeg, kerupuk, serta lauk lainnya tertata di meja.

"Fira makan apel aja, Budhe."

"Gak makan nasi?"

"Kata Bu Bidan gak apa-apa makan banyak buah, ngejar berat badan yang turun drastis."

"Ya udah. Budhe kupasin?"

"Boleh."

Ibu Ratri membuka kulkas dan mengeluarkan apel yang diinginkan Elfira.

"Anggur mau?"

"Boleh, sambil nunggu budhe kupas apel aku makan anggur."

Ibu Ratri tersenyum, wanita itu bersyukur dalam hati karena Elfira sudah sedikit melupakan masalahnya.

"Manja ya kamu, Fir. Eva gak semanja kamu lo sekarang."

"Beneran? Kemarin aku aku kesini dia udah bisa masak, Budhe."

"Iyalah. Tiap hari bantuin budhe masak sama Kunthi."

"Sekarang pada kemana semua?"

"Lagi ngurus pesta nikahan Elang sama Kunthi. Eva ngikut juga."

Ternyata banyak yang tidak diketahui Elfira selama ini. Perkembangan hubungan Kunthi dan kakaknya sudah semakin jauh. Akhirnya Elang menerima jodoh yang diinginkan budhenya, perempuan yang usianya dua tahun diatas Elang. Bukan perempuan asing dalam hidup Elang, justru orang yang sudah dianggap sebagai keluarga.

Elfira menaiki tangga dan menuju ke kamarnya. Air matanya turun dan menjatuhkan diri di balik pintu, beralaskan keramik yang dingin. Elfira bisa merasakan dinginnya keramik, tapi semua itu tidak dipedulikannya. Dirinya sudah sangat lelah dengan semua ini, Rama baru saja sadar mencintainya harus koma. Apakah dirinya memang tidak diharapkan untuk bahagia?

"Kamu kangen papa ya, Nak? Mama juga." Elfira mengelus perutnya sendiri.

Anggarwati28

Benar sekali pagi ini Elfira mendapatkan telepon dari David. Teman Rama yang sengaja menjaga Rama tadi malam, kasihan kepada Miranda yang harus menjaga Rama dan bekerja di pagi hari. Walaupun rumah sakit tempat praktek Miranda sama dengan tempat Rama dirawat tapi Miranda juga butuh istirahat cukup.

'Ada berita baik, Fir.'

"Apa?"

'Rama udah sadar.'

"Aku ke rumah sakit sekarang ya?"

'Jangan ah, ini masih subuh. Nanti aja. Masakin yang enak buat Rama aja. Dia pasti kangen masakan kamu. Lagi diperiksa dokter ini.'

"Oh, oke. Hmmm makasih ya David, udah jagain Rama malam ini."

'Ah udah, Rama juga sering bantu aku waktu aku kesulitan keuangan.'

Elfira sengaja tidak tidur lagi. Badannya sudah sangat semangat untuk bertemu Rama. Masak banyak dan enak untuk Rama. Ada bubur, sup merah, ayam goreng kremes, terus dadar, perkedel kentang. Cukup banyak karena ini untuk Rama dan beberapa teman Rama yang berjaga di rumah sakit.

"Wah mau kemana?"

"Alhamdulillah, Rama udah bangun mbak."

"Wah, Alhamdulillah. Mbak nanti nenggok kesana deh sama Eva. Mumpung Eva ya libur."

"Bareng aku sekalian?"

"Bisa. Aku bangunin Eva dulu ya." Kunthi berjalan menuju kamar Eva.

Elfira masih berada di dapur dengan beberapa masakan yang sudah matang. Tinggal menunggu perkedel matang dan mengiris telur dadar.

"Alhamdulillah, Nak. Papamu udah banyak bangun. Nanti kita ke rumah sakit lagi ya?" Kata Elfira sambil mengelus perutnya.

Semangat baru bagi Elfira pagi ini telah terbit, dengan semangat Elfira memasukan masakannya untuk Rama di dalam rantang besar. Bubur ada dipaling bawah, disusul sup merah dan lauk lainnya.

"Mau ke rumah sakit apa piknik?" Celetuk Elang.

"Ah, syirik aja mas. Ini lagi falling in love banget soalnya Rama udah sadar."

"Wih, beneran? Salam deh buat Rama. Besok aku datang."

"Mas gak sekalian bareng sama aku aja sama yang lain?"

"Gak, ada rapat sama budhe nanti di pabrik. Besok aja."

"Oke deh. Hati-hati! "

"Sip, aku jalan dulu."

Elfira melambaikan tangan untuk Elang. Masih pukul enam pagi tapi Elang sudah berangkat ke pabrik untuk mengecek hal, inspeksi mendadak pagi hari membuat Rama tidak disukai oleh beberapa karyawan pabrik. Ada beberapa dari mereka yang mengundurkan diri karena tidak tahan dengan sikap disiplin Elang. Lagian hari Minggu ini, kenapa juga ada inspeksi lagi. Elfira menggeleng tak mengerti.

Dan akhirnya tiba saatnya berangkat bersama Kunthi dan Eva. Jalanan lumayan ramai dengan beberapa orang yang sengaja olahraga di sekitar jalan. Maklum hari Minggu pasti ada car free day. Baru satu jam perjalanan mereka sampai. Rantang masakan Elfira sengaja dibawa Kunthi sedangkan Eva memilih menggenggam tangan kakaknya yang sudah kesulitan berjalan. Ruang rawat Rama sangat ramai, ada David, Irfan, Mahardika, Ade, Asti, Pak Pramudya, Ibu Ema, dan Miranda.

"Assalamualaikum." Kata Elfira, Eva, dan Kunthi berbarengan.

"Wah ini yang ditunggu-tunggu datang." Celetuk Irfan saat itu juga.

"Masuk, Fir. Mama udah nunggu kamu." Ibu Ema menuntun Elfira mendekati kasur Rama.

"Nah, Ram. Ingat sama ini siapa?" Kata Pak Pramudya.

"Inget. Ini Elfira kan? Anak kelas IPA yang jadi ketua OSIS."

Semua terdiam dengan jawaban Rama. Memang benar Rama menjawab demikian tapi bukan itu jawaban yang ingin mereka dengar.

"Ram, Lo gak inget siapa Fira?" Dika maju dan bertanya.

"Ya dia temen seangkatan kita kan?"

Elfira masih diam dan membisu.

"Ram, Lo beneran gak inget?" Kali ini David ikut bertanya.

"Inget sama siapa? Lo David." Jawab Rama.

"Sama Fira, Ram."

"Dia temen kita kan?" Rama balik bertanya kepada David dan memandang Elfira lagi. "Apa kabar, Fir? Lama gak ketemu. Kamu udah nikah ya? Berapa bulan hamilnya?"

"Ram, jangan akting deh. Ini gue serius. Lo ingat gue siapa?"

"Lo Ade."

"Dan ini?" Ade menunjuk istrinya.

"Itu Asti, mantan Lo kan? Udah balikan kalian? Tadi datang barengan gitu."

"Ya Alloh. Kayaknya Mas Rama lupa ingatan masa sekarang." Kata Miranda.

"Umur Lo berapa sekarang Ram?" Kata Irfan.

"Umur gue? Kita dua puluh dua  tahun kan? Iya gue tahu kalian udah lulus kuliah, tinggal gue yang masih makan bangku kuliah karena patah hati. Udah jangan sok deh Lo, Fan mentang-mentang udah jadi jaksa."

"Kita CT scan Mas Rama, ya pa." Saran Miranda.

"Bukan papa yang mempunyai wewenang, Mir."

"Mbak Fira harus menyetujui proses CT scan Mas Rama." Kata Miranda.

"Kenapa harus dia? Dia siapa?" Tanya Rama lagi.

Dan Rama lupa ingatan

See you next chapter ya💜

(koreksi typo sangat dinanti)

Aku gak tahu bisa update kapan lagi. Minggu ini sibuk banget. Saya sekarang memang masih menjadi pekerja freelance tapi waktu malah gak ada untuk ngetik. Chapter selanjutnya sudah ada gambaran tapi belum diketik. Nikmati proses dalam cerita ya,

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 17.3K 37
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
3.2M 300K 67
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
1.8K 424 77
ini hanya kumpulan ceritanya ya all Bacanya sambil bayangin ya hahaha - - - - - 🏆 #3 -pangeran surga 🏆 #700 -pov
1.1M 155K 35
Dia, Lutfia Anyanarendra. Orang-orang biasa memanggilnya Anya. Artinya, seorang gadis yang berjiwa keras. Sangat sesuai dengan kepribadiannya ketika...