“Kalau kau sudah selesai, aku akan pulang”
Taeyong berujar ketus, matanya menatap sinis sosok lain di ruangan sedang itu. Pemuda yang berada di seberang ruangan mengangkat sebelah alisnya, mengalihkan sejenak pandangannya dari buku ke sosok mungil yang tengah cemberut itu.
“Kau mau pulang ? Aku bahkan belum selesai mengerjakan paketku,”
Jaehyun mengangkat buku paketnya tinggi tinggi, seolah olah menunjukkan buku itu lebih jelas kea rah Taeyong.
“Kau tutorku, kuingatkan jika kau lupa, uangmu itu kau dapat dariku”
Taeyong merotasikan kedua bola matanya, tangannya mengambil sebungkus permen jelly lagi, memakannya dengan anggapan seolah olah permen itu adalah Jung Jaehyun.
Bagaimana ia bisa terus bertahan dengan keadaan mereka berdua terpaut jarak yang jauh, selepas mempersilahkan dirinya masuk pemuda sialan itu langsung menyuruhnya duduk di sofa, memberikannya se-stoples permen Jelly dan dirinya sendiri duduk di seberang ruangan yang jauh.
Normalnya, tutor mana yang mengajar dengan jarak sejauh itu ?
“Aku disini,” Taeyong menunjuk sofanya, “Lalu kau di sana” Tangannya sekarang menunjuk kea rah Jaehyun yang memasang wajah tanpa dosa.
“Aku juga harus berteriak untuk menjelaskan materi padamu, bisa kita berhemat ? kau bahkan tidak memberiku barang segelas air”
Jaehyun hanya berkedip dua kali, setelahnya memasang senyum menyebalkan.
“Kau yang menggodaku, antisipasi jika kau nantinya kelepasan padaku”
Taeyong membelalakan matanya, rasa kesal merambati hatinya saat ia sadar ia baru saja disindir. Pria mungil itu segera bangkit dari sofanya, dengan wajah memerah berjalan menghampiri Jaehyun.
Ia akui sih, tubuh berotot Jaehyun adalah pandangan paling memuaskan batinnya dari sekian banyaknya pemuda lain yang ia lihat. Bagaimana kaos yang pemuda itu kenakan mencetak bisepnya, menunjukkan otot dadanya yang luar biasa.
Terlebih saat ia melongok untuk melihat selangkangan pemuda itu, Jaehyun memiliki penis yang sangat besar, mungkin saja lebih besar daripada Johnny.
"Sialan kau!!"
Jaehyun memasang wajah ketus, "Kau yang sialan, entah kau mabuk atau tidak saat itu... Aku benar benar risih padamu"
Jaehyun menajamkan pandangan, wajah Taeyong sedikit pucat, bisa saja perkataannya tadi menyakiti hati pria mungil itu. Ia sebenarnya tidak tega juga, biar bagaimanapun masalah seperti itu juga tidak bisa dibesar besarkan.
Taeyong menghela napas, memalingkan pandangannya ke arah lain selain Jung Jaehyun. Jujur saja, baru kali ini rasanya ia ditolak begitu, dan perkataan Jung Jaehyun itu tidak main main meremas hatinya.
"Aku akan pulang.."
Taeyong menahan dirinya untuk tidak menunjukkan ekspresi kesakitannya,
Pria itu mendongak, dan tatapan tajam Jung Jaehyun terasa sangat menyakitkan.
Dari balik ekspresi datarnya itu Jaehyun tak mengingkari bahwa ia panik, batinnya mulai ricuh saat wajah sendu Taeyong tertangkap jelas di matanya. Apa Taeyong sedih?
Netra tajamnya beralih sebentar melirik kemaluan Taeyong yang terbungkus celana Jeans.
"Tidak apa jika kau tidak membayark-Hmphhhh-Ahhhh"
Taeyong syok, tangannya meraba tangan Jaehyun yang baru saja meremas miliknya, wajah pemuda itu masih sama.. Datar dan penuh dengan tatapan tak terbaca.
Jika Jaehyun masih marah padanya dan baru saja mengaku jika jijik padanya, lalu.. Apa yang pemuda itu lakukan saat ini!?
"Temani aku! Aku tidak mau kau pergi sebelum aku menyelesaikan paketku, tidak ada bantahan!"
Taeyong menggigit bibir saat jemari pemuda Jung itu terasa halus memijit batang penisnya di balik celana jeans yang ia kenakan.
Jung Jaehyun benar benar gila!!
"A-ah oke.. T-tapi lepaskan tanganmu"
Wajah Taeyong memerah padam, keringat sudah membasahi ceruk lehernya yang putih. Memang sial Jung Jaehyun yang membuatnya horny saat ini.
"Oh?" Jaehyun mengangkat kedua tangannya ke udara, "Aku tidak sengaja"
"Fuck!"
Jaehyun mengukir senyum miring, "Love you too sayang"
"MATI SAJA KAU!!"
Jaehyun benar benar tidak bisa untuk tidak tertawa sekarang. Pemuda Jung itu sudah tertawa terbahak dengan memegangi perut. Taeyong kesal tentu saja, ia merasa Jaehyun mulai mempermainkannya.
"Hentikan tawa bapak bapakmu atau aku akan menyumpal bibirmu dengan-"
"Milikmu saja bagaimana?"
Jaehyun tertawa kembali saat melihat reaksi Taeyong yang menurutnya sangat lucu. Bagaimana pria itu mengeratkan kepalan tangan dengan wajah memerah hingga ke telinga.
.
.
.
.
Taeyong berjalan memasuki flat nya dengan lesu. Semua peristiwa saat ia bersama Jaehyun dan men-tutori anak itu berputar putar di kepalanya,membuatnya pening bukan kepalang. Bagaimana Jaehyun yang awalnya menjatuhkannya dalam sekejab berubah menjadi Jaehyun dengan hormon remaja yang menggebu nggebu.
Ia ingat selepas dirinya keras, Jaehyun semakin tergelak, memberikan sekotak tisu dan menunjukkan arah kamar mandi.
"Ahh siall!!"
"Diam sialan! Aku sedang mengerjakan ringkasan!"
Wonwoo menyuarakan protes saat suara mengganggu Taeyong sampai di telinganya. Pria Jeon itu melongokkan kepalanya dari sela pintu kamar mereka.
"Won... Aku..ingin bercerita kepadamu.."
Wonwoo mengatupkan rahang, Ekspresi sendu Taeyong membuatnya sedikit iba. Maka, pria Jeon itu berjalan mendekati Taeyong, mengabaikan laptopnya yang masih menyala.
"Won... Sepertinya aku-aku"
Wonwo mengernyitkan dahi kesal, bukannya berbicara dengan benar, sahabatnya itu malah tergagap.
"CK, kau apa sialan?"
Taeyong menghempaskan tubuhnya ke sofa dengan keras.
"Aku-aku Mau menjadi tutor saja.."
"What!? Kerasukan setan apa kau hingga seperti ini, Hey?"
Taeyong merengut, "Tidak ada setan apapun,"
Wonwoo tidak langsung memberikan respon terhadap pernyataan sahabatnya itu. Pria Jeon itu masih berpikir apa agaknya alasan Taeyong untuk menjadi tutor. Padahal sebelum sebelumnya sahabatnya itu sangat amat membenci dirinya saat menjadi tutor.
Tunggu, ia ingat sekarang.
"Kau tertarik dengan penis Jung Jaehyun? Oh tubuhnya juga berotot dan kekar"
Wonwoo menoleh ke arah Taeyong yang posisinya lebih rendah dari dirinya. Wajah pria itu sudah memerah padam, bola matanya bergerak gelisah, oh jangan lupakan sebuah kuluman senyum.
Jadi benar, Taeyong tertarik dengan muridnya?
"Hahahaha... Kau lucu sekali"
Wonwoo memegangi perutnya sambil terbahak, suara tawanya bahkan menggema di ruangan.
"Yak! Tidak ada yang lucu!"
Taeyong bangkit, berjalan dengan kaki menghentak ke lantai menuju kamar.
"Ahahaha.. Lee Taeyong dan nafsu besarnya yang tak terpisahkan"
.
.
.
"Pekerjamu yang bernama Taeyong itu-"
Johnny mengangkat wajah, ia tengah duduk di cafe sendirian saat seseorang tiba tiba mengambil posisi duduk di depannya dan kini menanyakan tentang Taeyong.
Johnny mengernyit, orang di hadapannya tak lebih dari seorang pemuda dengan wajah campuran yang sempurna.
"Siapa kau?"
Pemuda itu tertawa, namun pandangannya tak sedikitpun lepas dari Johnny, tatapannya terasa intens dan menyelidik.
"Aku?"
Johnny mengangguk saat pemuda itu menunjukkan gestur menunjuk dirinya sendiri dan bertanya.
Pemuda itu meburkan ekspresinya, menyisakan sebuah senyum miring yang terukir di bibir.
"Nakamoto Yuta"
Johnny terdiam, sebuah rasa takut menyelimuti batinnya.
"Dan aku menginginkan Lee Taeyong, bawa dia ke rumahku dan katakan berapa banyak yang kau inginkan di pelelangan itu"
Johnny tidak berurusan dengan sembarang orang. Nakamoto adalah salah satu pemegang alih kekuasaan bawah tanah sejak 'Boss' mereka memberikan ketentuan untuk memegang kekuasaan dengan jalur kompetisi saling membunuh.
Johnny berdehem, mencoba tidak terlalu gugup dan mengangguk.
"Setuju, lelang ku diadakan seminggu dari sekarang"
Yuta menyeringai, "Aku bukan tipe orang yang mudah mengingkari janji"
Johnny tertawa sopan, "Baguslah kalau begitu"
"Asalkan kau tidak bertindak sebagai bajingan yang meraup kesempatan dalam kesempitan"
"Aku juga bukan tipe orang yang mudah mengingkari janji"
Yuta mengangguk, membenarkan perkataan Johnny. Lagipula Johnny mungkin terlalu takut akan didepak dari lapak dunia bawah.
"Baguslah kalau begitu"
Johnny mengangguk sekali lagi, matanya kemudian menelusuri tekstur wajah Yuta, sebagian besar gurat wajahnya menunjukkan bahwa pemuda di depannya memang tidak main main.
"Aku akan memenggal kepalamu jika kau membohongiku"
"Tentu saja kau tidak akan melakukannya padaku-"
Yuta melirik Johnny dengan tajam, dan dapat ia tangkap otot di wajah Johnny melemas. Pria itu bahkan tidak segan tersenyum mengejek padanya.
"-Atau tuanmu itu akan tahu kau berusaha menyingkirkan Lee Taeyong"
Rahang Yuta menegas, Johnny Seo selalu tahu celah mana yang harus ia masuki untuk menjatuhkan lawannya.
Dan kali ini, Yuta mengetahui bagaimana pria itu bisa dengan mudah menjatuhkan Jung Jaehyun, membuat tak seorangpun tahu siapa sebenarnya dalang dibalik kematiannya.
.
.
.
.
.
TBC
Guys, aku bener bener minta maaf aku ga penuhin janji karena something :((
Mohon doanya ya guys supaya urusanku cepet selese...
maaf juga chapt ini lebih pendek dari chapt sebelum sebelumnya... 😢😢
See yaa next Chapt ❤