THE ORDER

By putripurbo

498K 26.6K 582

PRIVAT ACAK. FOLLOW UNTUK FULL VERSION. 23 in Romance (23/06/2018) ? WARNING 21 + ?MENGANDUNG UNSUR DEWASA ... More

Misterious Order
Meet Mr. G
Next Order
A Gift
The Lost Memory
The Eye Gaze
A Suspicion
Shadow of The Past
Try To Stay Away
Keep Hoping
Don't Try To Leave Me
Carried Past Memory
The Worst Reality
DeJa Vu
BUKAN UPDATE : PENGENALAN TOKOH
The Sacrifice
Feelings Ever Felt
Anger That Peaked
Misinterpreted
The Dancing of Love
Bye, Mr. G
SHORT MOVIE : THE ORDER
Organize A Broken Heart
After One Year
As It Is Naked
It's A Trap
take advantage of Ellen
Nick Tomson
A Decision
an unstoppable longing
Would you like to be Mrs. Orlando?
Under The Moonlight
does she need a psychiatrist?
The Notes Book
The difference
Coma
on the verge of the death
Christ's biggest secret
has been revealed
the new gate of life [ENDING]

a conspiracy

7.5K 479 7
By putripurbo

Alison mengerjapkan matanya, berusaha menyeimbangkan fikirannya. Rasanya lelah sekali. Didepannya ia melihat wajah Gustavo yang tersenyum namun nampak mengkhawatirkannya. Matanya menyipit ketika sinar lampu senter milik dokter itu menembus pupilnya. Tubuhnya masih terasa lemas, dengan pergelangan tangannya yang masih tertusuk jarum infuse. Alison meraih jemari Gustavo yang berada didekat tangannya, kemudian lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Alison.

Dengan terbata-bata gadis itu berusaha berbicara, "a-apa yang terjadi padaku?" tanya Alison dengan suaranya yang parau.

Gustavo kemudian tersenyum, mengusap kening gadis itu, dan mencium lembut. "Tidak ada ... kau hanya terlalu lama tertidur." jawabnya. Sungguh bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan apa yang telah terjadi pada gadis itu.

Dilihatnya Alison mengangguk pelan, dan mengedarkan matanya kesegala sisi, kemudian Alison kembali berujar, "baru kali ini, aku bangun tidur rasanya lelah sekali."

Dokter itu pun tersenyum melihat keadaan Alison yang cepat mengalami kemajuan. Pasien yang masih muda tentu saja bisa lebih cepat pulih dari pada yang sudah lanjut usia. Tim medis segera mengambil sample darah gadis itu, guna memastikan kondisi tubuh Alison.

"Baiklah ... Mr. Orlando, besok akan ku beritahu kembali bagaimana perkembangan Nona Alison. Kami permisi." Dan tim medis itu pun pergi.

Tidak lama setelah tim dokter itu meninggalkan ruang perawatan Alison, Elisa datang dengan tergesa-gesa. Gustavo menoleh ketika menyadari bahwa Elisa terlihat tidak tenang. Elisa melihat Alison yang telah membuka matanya, kemudian ia berjalan mendekat pada tubuh yang masih terkulai lemah itu.

"Alison ...." ucapnya dengan bibir yang bergetar. Seketika ia teringat obrolannya bersama Christ tadi, dan sungguh, Elisa tidak bisa menahan haru nya, ketika mengetahui apa yang terjadi sebenarnya diantara mereka. "Ayah mu ... sedang menunggu mu." Bisik Elisa, air matanya pun ikut berlinang. Namun tak ada tanggapan dari Alison, seolah ia tak mendengar apa yang dibicarakan oleh Elisa. Wajar saja, karena Alison baru terbangun dari tidur panjangnya, dan butuh waktu untuk kembali normal.

"Apa kata mu barusan? Ayah? Dia masih memiliki ayah?" tanya Gustavo sambil berjalan mendekati Elisa. Wanita berambut burgundy itu pun menoleh, dan mengusap air matanya.

"Ayah Alison masih hidup."

"Thomas tidak pernah menceritakan hal itu." Gustavo merasa bingung, ia bersedekap dan menatap tajam mata Elisa. Ia berharap bahwa Elisa tidak mengada-ada.

"Kita semua telah dibohongi olehnya. Thomas ... dia tahu bahwa Christ adalah ayahnya."

Gustavo membulatkan matanya, ia semakin bingung, apa maksud dari ucapan Elisa. Kemudia ia mulai berfikir, menelaah, bagaimana bisa seorang pedagang pizza itu ternyata ayah dari Alison dan Thomas. Dan sebuah rahasia besar tak pernah ia ketahui. Gustavo melesapkan tubuhnya pada sofa, ia mulai berfikir, apa yang sebenarnya telah terjadi diantara mereka.

"Thomas ... dia tidak pernah memberitahu siapa pun bahwa Christ adalah ayah kandungnya. Dia sengaja membeli sebuah kedai didekat Black Tower untuk ayah nya menjajakan pizza buatannya. Kau tahu karena apa?" Gustavo tertoleh pada Elisa ketika wanita itu mulai bercerita tentang hubungan Thomas dan Christ yang sengaja ditutup rapat. Dan kemudian Elisa kembali berkata, "karena Thomas tahu ... umurnya tak akan lama. Dan ia ingin, Christ melihat kesuksesan Thomas mendirikan Black Tower."

"Kenapa Thomas menyembunyikan hal besar ini pada kita? Lalu ... Alison?"

"Christ sudah tahu, kalau Alison bersama Ibu Clarine, Nyonya Dakota. Mereka sudah berteman lama ... sayangnya, Alison saat itu amnesia."

"Ini gila ... benar-benar gila! Apa sebenarnya Thomas tahu keberadaan Alison saat itu?"

Elisa menghempaskan nafasnya yang tertahan, mungkin saja saat ini Gustavo akan benar-benar terkejut, "Thomas tahu."

Benar saja, Gustavo merasa dirinya dipermainkan. Rawut wajahnya berubah kesal, dan secepat mungkin Elisa menjelaskan pada Gustavo, "jangan salahkan Alison. Dia tidak tahu apa-apa. Bahkan dia korban dari seorang ayah yang tidak sanggup merawatnya."

"Kenapa Thomas meminta ku mencari adiknya yang hilang? Dan apa Elizabeth juga tahu?"

"Ibu ku tahu. Dan baru saja Christ menceritakan semua. Ibu ku pernah berpesan pada mu, bahwa kau harus menemukan Alison dan menjaganya. Itu semua ia minta bukan tanpa sebab."

"Lalu ... karena apa? Elisa, aku benar-benar tidak mengerti hal ini." Gustavo mulai tidak sabar, rasa penasarannya semakin mencuat.

"Ada seorang pria yang sangat ambisius— dan ingin mengambil alih Black Tower."

"Siapa? Itu tidak akan mungkin terjadi."

"Mungkin kau akan mengira bahwa cecunguk itu berfikiran nekat— tapi benar, dia adalah orang yang berbahaya." Elisa mendekat pada Gustavo, dan duduk disampingnya, "James Dakota."

Gustavo mengingat, rasanya ia pernah mendengar nama itu, dan nama Dakota. Tidak salah lagi, pria yang dimakud Elisa adalah kakak Clarine. "Dia saudara Clarine." ucap Gustavo, dan Elisa mengangguk.

"Lelaki itu tahu, bahwa Alison punya seorang kakak yang kaya raya. Dia sengaja menyetubuhi Alison, berharap Alison akan hamil saat itu."

Seketika Gustavo teringat akan pertemuannya dengan James pada saat acara graduation waktu itu, dimana James mengatakan bahwa Alison sebagai pemuas hasrat lelakinya. Gustavo mengepalkan tangannya, kalau tahu akan sepeti ini, Gustavo menyesal tidak membunuhnya saat itu.

"Nyonya Dakota menyuruh Alison pergi dari rumahnya, bukan karena dia tega mengusir Alison— tapi karena James yang mempunyai ambisi gila, ingin menghamili Alison kemudian menikahinya, dan dia fikir bisa menguasai Black Tower. Karena James pun tahu, umur Thomas tidak akan lama." Tandas Elisa, ia menghela nafasnya dan kembali memikirkan semua perkataan Christ yang telah disampaikan padanya.

"Gila ... aku benar-benar tidak tahu, dibalik pesan Thomas untuk mencari Alison dan pesan Elizabeth untuk menjaga gadis itu, ternyata semua nya ada hubungannya denganku."

"Benar. Kalau saja kau tidak jatuh cinta pada Alison, dan mencari Alison saat itu ... mungkin gadis itu sudah terperangkap pada James, dan bisa saja James sudah menjadi jajaran direksi di Black Tower."

"Lalu Christ ...."

"Christ mencoba melindungi Alison dari James, dia membuat Alison bekerja di kedainya. Tentu saja di bantu oleh Nyonya Dakota, dia memasukan James ke rumah sakit jiwa waktu itu. Paling tidak, sementara Alison aman." Perkataan Elisa membuat Gustavo semakin khawatir, bisa saja lelaki itu masih mengincar Alison.

"Aku pernah bertemu James. Belum lama ini. Artinya dia sudah keluar dari rumah sakit jiwa itu?" tanya Gustavo.

"Bisa saja. Dan aku tidak tahu, karena Christ tidak menjelaskan sampai sejauh itu. Menurut ku itu bukan masalah ... permasalahan sekarang adalah, bagaimana Alison bisa menerima Christ."

Gustavo mengangguk, ia yakin bahwa dirinya bisa melindungi Alison dari otak keji James. Namun, apa Alison bisa menerima kenyataan— dan rahasia terbesar dalam hidupnya. "Kau benar ... Alison sudah cukup hidup susah selama ini. Dia harus bekerja untuk melanjutkan studinya, dan ia bekerja pada ayah kandungnya. Ku rasa dia akan sulit menerima ini. Alison akan kecewa."

"Mungkin saja ... dan Thomas menyembunyikan identitas Alison pada siapa pun. Bahkan dia tidak memberitahu mu. Ku rasa ada sesuatu kekhawatiran pada Thomas. Kau bisa bayangkan? Kalau publik mengetahui bahwa Thomas memiliki adik perempuan, sudah pasti mereka akan berfikir bahwa adiknya yang akan menggantikan posisi Thomas di Black Tower, kalau memang dia tidak berumur panjang. Dan itu akan membahayakan Alison— dia akan diincar dengan siapa pun, termasuk James. Selama ini publik hanya tahu— bahwa Thomas adalah seorang anak panti asuhan yang telah sukses. Mereka tidak ada yang mengira bahwa Thomas masih memiliki ayah dan seorang saudara perempuan."

Gustavo menelaah ucapan Elisa, kini dia mengerti. Mengapa Thomas memintanya menutup rapat tentang masalah adik perempuannya yang hilang. Dan menyuruhnya mencari sendiri dimana Alison berada. Itu semua karena Thomas tidak ingin siapapun bisa menemukan adiknya dengan mudah. "Kau brengsek Thomas! Bahkan aku pun tidak kau percaya!"

"Ini semua persengkongkolan antara Thomas, Christ, Ibu ku Elizabeth dan Nyonya Dakota." Elisa pun terkekeh ketika mulai menyadari bahwa mereka melakukan ini untuk melindungi Alison dari incaran para pria yang haus akan sebuah kehormatan dan kekayaan. Kemudian Elisa kembali berkata, "dan juga ... Alison gadis yang cantik. Siapa pun lelaki yang melihatnya pasti akan mengagguminya. Dia memang lebih baik menjadi seorang pengantar pizza— yah ... setidaknya, Alison masih bisa dipandang sebelah mata dan tak banyak pria yang mengincarnya. Benar kan?" Elisa mendelik pada Gustavo yang terlihat sedang berfikir keras.

"Aku masih bingung. Apa Thomas tahu, Alison bekerja pada Christ saat itu?"

Kemudian Elisa menggeleng, "tidak ... ia belum sempat bertemu Alison. Satu tahun setelah Thomas pergi ... Alison pindah ke kota bersama Clarine— saat itu juga Nyonya Dakota memberitahu Christ. Kemudian, Christ mencari dimana Alison tinggal, setelah menemukannya, ia mengajak Alison untuk bekerja di kedai nya. Untung saja Alison mau."

"Christ benar-benar aktor yang hebat. Selama ini ia bisa menahan perasaannya. Melihat anak nya menjadi pengantar pizza, dan memberinya upah, apa dia tidak menangis melihat itu, huh?!" ucap Gustavo dan mulai menaikan nada bicaranya, ia pun tertawa sinis— menyadari bahwa Christ sangat pintar dalam bersandiwara.

"Kau mungkin tidak tahu— didalam mesin kasir nya, setiap dolar ia kumpulkan, untuk masa depan Alison. Laura bilang ... suatu saat ia akan menggunakan uang itu, karena ia khawatir— Alison mengalami nasib yang sama seperti kakaknya, Thomas." jawab Elisa.

Gustavo langsung tertoleh, kali ini fikiran buruknya tentang Christ langsung terbantahkan. Kemudian ia terdiam, tidak ada kata-kata lagi yang ia ucapkan. Gustavo sudah sepenuhnya mengerti— tentang lika liku hidup keluarga Lincon. Pikirannya mengawang pada wajah Christ, lelaki itu pernah berdiri dengan wajah khawatir ketika pertama kali Gustavo datang ke kedai itu, dan tahu bahwa ia menjemput Alison saat itu. Ya ... siapa yang tidak khawatir ketika melihat anak gadis nya dibawa oleh lelaki perusak moral wanita yang telah terkenal sepenjuru kota itu, Gustavo Orlando. Nama nya sering masuk pemberitaan skandal dengan para wanita cantik. Dan Gustavo yakin, bahwa Christ tahu akan sepak terjang nya. Lantas ia terkekeh malu, untung saja Christ sedang bersandiwara tidak mempunyai hubungan dengan Alison. Kalau tidak, mungkin lelaki paruh baya itu telah melemparnya dengan loyang-loyang pizza untuk menjauhi anak gadisnya.

*****

Tidak terasa, satu minggu telah berlalu. Alison perlahan kembali normal, walaupun terkadang ia masih belum bisa mengingat beberapa orang yang mengunjunginya. Elisa masih berada di pavilion tempat Alison dirawat. Wanita itu masih bergantian berjaga dengan Gustavo. Clarine pun setiap hari datang berkunjung bersama Nick.

Dua hari yang lalu Nyonya Dakota sempat datang mengunjungi Alison, dan ia pun menceritakan semua kebenaran yang terjadi pada Gustavo, dan membuat lelaki itu pun yakin, bahwa semua yang mereka lakukan hanya untuk melindungi Alison.

Christ belum juga muncul semejak Alison sadar, hanya Laura yang diutus untuk memberikan kabar bagaimana perkembangan Alison. Lelaki paruh baya itu belum sanggup membeberkan kebenaran yang tersembunyi pada Gustavo. Dan Gustavo pun memahami itu. Ia hanya berharap— suatu saat Alison bisa menerima nya sebagai ayah kandungnya, dan terpenting bisa memaafkan semua tindak tanduknya selama ini.

Pagi hari telah menjemput, Gustavo terlihat sedang menyisir rambut kecoklatan milik gadis itu. Alison menatap hampa kearah jendela, melihat air hujan yang mulai turun membasahi plataran rumah sakit itu. Rasanya ia merindukan satu hal, namun ia sendiri pun tak tahu apa. Batinnya mulai bergolak, sepeti ada sesuatu yang terus menggelitik pikirannya. Semenjak ia tersadar dari koma nya, Alison seperti mempunyai beban pikiran tentang sebuah kerinduan— yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Bukan. Bukan dengan Gustavo, tapi dengan Christ.

"Apa Christ datang kesini saat itu?" tanya Alison.

Gustavo mengangguk, "tentu saja ... dia mengkhawatirkan mu." Kemudian ia menghentikan sejenak sisir itu, dan meletakan diatas nakas. "Ada apa, Ali?"

"Tidak tahu ... hanya saja, umh ... lupakan."

"Kau ingin bertemu dengan nya?"

Seketika Alison menatap lekat pada Gustavo, apa harus ia katakan kalau semenjak ia terbangun dari koma nya, wajah Christ selalu menyeruak dipikirannya, "apa terdengar aneh ... kalau semenjak aku tersadar, aku selalu memikirkan Christ?"

Gustavo mendelik dan mencerna pertanyaan Alison, "well ... aku tidak menyangka bahwa kau mempunyai ketertarikan pada lelaki paruh baya seperti Christ." Ucap Gustavo sambil menaikan kedua bahunya.

Alison terkekeh, sepertinya Gustavo mulai didalanda cemburu yang tak masuk akal, "kau gila ... mana mungkin aku tertarik pada Christ! Aku hanya ... ingin bertemu dengannya."

"Baiklah ... tapi sebelum kau bertemu dengan Christ, kita akan bertemu Elisa. Dia punya sebuah kabar yang menggembirakan untuk mu."

Senyum mengembang terpatri diwajah gadis itu, "dia akan menikah?"

"Menurutmu semua kabar gembira itu hanya persoalan menikah saja?"

Alison mulai berfikir, sudah lama ia tidak berbincang dengan Elisa, walaupun beberapa hari ini Elisa masih menemaninya— namun tetap saja, tidak ada pembahasan yang menarik antara dirinya dan Elisa, wanita itu hanya datang, menanyakan kabarnya, kemudian mengganti bunga di vas, lalu menunggu diluar. Kemudian rasa penasarannya kian mencuat. "Lalu apa?"

Seketika tim medis memasuki ruang perawatan itu, Gustavo menghampiri dokter yang membawa sebuah amplop cokelat ditangannya, "Mr. Orlando ... ini hasil rekam medik milik nona Alison."

Gustavo mengambil amplop itu, dan membukanya. Sejujurnya, ia pun tidak pahan dengan tulisan-tulisan didalam sana. Segera dokter itu menjelaskan pada Gustavo. "Chemotherapy nya sudah bisa dilakukan besok. Ku harap dia tidak membutuhkan waktu yang lama. Dan bersiaplah ... akan ada perubahan fisik dari gadis itu nantinya."

Gustavo mengangguk, ia sudah membayangkan bagaimana gadis itu nantinya. Menjadi kurus, pucat, rambut yang menipis, tapi semua akan terbayar, apabila Alison sudah sembuh total. Gustavo kembali berjalan menuju Alison yang masih duduk di kursi rodanya, kemudian ia berkata, mencoba menenangkan gadis itu, "tidak apa ... ini tidak akan lama. Kau akan kembali sehat. Percaya padaku, Alison."

"Apa nantinya aku seperti tuyul albino?" Alison mendelik pada Gustavo yang tengah tertawa mendengar pertanyaannya. Alison menjadi beringsut, "kau ini ... tertawa diatas penderitaan ku!"

"Siapa yang tidak tertawa mendengar pertanyaan mu barusan, huh? Bahkan tuyul itu tidak ada yang secantik dirimu."

"Hish! Aku tidak akan cantik nanti nya."

"Siapa bilang? Dengar Alison ... kalau rambutmu menipis, badan mu seperti skeleton nantinya, aku tidak peduli. Kau tetap cantik dimataku."

"Kau bohong! Itu sangat mengerikan, Gus!"

"Kau cantik bukan dari lekukan tubuhmu, bukan dari rambut mu yang menjuntai indah, tapi dari mata mu Alison ... aku tidak bisa membayangkan, ketika mata mu ini menutup selama-lama nya— apa yang akan terjadi dalam hidupku." Saat itu juga Gustavo meraba mata Alison, dan gadis itu pun terpejam ketika mendapatkan kecupan hangat dikedua matanya. Rasanya Alison seperti gadis yang paling beruntung di dunia ini.

"Mau berjanji pada ku?" tanya Gustavo, dan Alison pun mengangguk, "jangan pernah menutup mata mu ... selama-lama nya."

Dibawah rintik hujan dipagi hari, sebuah pergulatan hangat antara kedua pemilik bibir itu tengah beradu. Seolah tak ingin saling melepaskan, mereka larut dalam kasih cinta yang tak berbatas, hanya desiran nafas yang bisa mereka keluarkan, seakan menjawab semua ketakutan yang sempat membendung, ketakutan akan sebuah kematian yang kapan saja datang, ketakutan seolah tak akan bisa melawan penyakit yang perlahan menggerogotinya. Namun, dalam peraduan panjang kedua bibir itu— mereka saling menguatkan, tak ada yang bisa memisahkan ... kecuali sang pemilik takdir.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 308K 52
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
7.3M 356K 76
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
BAE ✔️ By moo

Teen Fiction

19.8K 1.7K 66
Pacaran pura-pura? Itu semua salah Bintang, pokoknya salah Bintang! Adel sangat frustasi, kehidupan tenang yang ia idam-idamkan harus pupus karena le...
17.1K 3.8K 23
He fell first, he fell harder. Orang-orang bilang namanya seterang karirnya. Orang-orang mungkin salah. Hidup Binar kembali ke titik ini lagi. Cahaya...