Sikap andin sudah mulai seperti biasanya walau pun ia masih sering menangis sebelum tidur.
Sulit baginya untuk tidak menangis.
Apalagi di rumahnya, masih jelas di ingatannya. Tempat-tempat kesukaan neneknya. Sebelum tidur biasanya ia dan neneknya berpelukan. Tapi sekarang tidak ada lagi yang menemaninya saat tidur.
Setiap malam ia masih bertukar line dengan firgi. Firgi selalu menemaninya saat suka maupun duka. Ia mensyukurinya karena masih ada orang yang perduli terhadap dirinya.
Disekolah pun saat ini, ia masih bisa berkonsentrasi dengan materi pelajaran yang sudah di berikan oleh guru.
Firgi sudah memberi tahu. Pulang sekolah nanti ia akan di ajak kerumahnya untuk berkenalan dengan sang mamah.
"Mamah pengen kenalan sama kamu sayang. Pengen kenalan sama calon mantu" begitulah line yang dikirimkan oleh firgi kekasihnya.
Mau tidak mau andin harus bersedia untuk datang menemui calon mertuanya :).
_
"Assalamualaikum" andin mengucapkan salam setelah sampai di rumah firgi.
"Waalaikum salam" mamah firgi menjawab salam. Ia sudah menunggunya sejak tadi.
Andin melihat mamah firgi sangat cantik masih terlihat muda dengan daster yang dikenakannnya.
Andin mencium tangan sang mamah diikuti juga oleh firgi.
"Ayok ndin masuk jangan malu" ajak mamah firgi.
Andin melihat isi rumah firgi. Sangat berbeda sekali dengan rumahnya. Benar-benar beda.
Banyak sekali pernak-pernik yang menghiasi dinding, banyaknya lemari transfaran dan guci-guci besar yang tentu harganya selangit.
Andin mengambil foto anak kecil yang sedang memakan coklat sangat menggemaskan.
"Ini firgi pas kecil lucu yah ndin" mamah firgi memberi tahu andin. Sebab saat ia melihat ke belakang andin sudah tidak ada ternyata andin sedang memandangi foto firgi sewaktu kecil dulu.
"Iya lucu yah tan"
"Ya sangat lucu, tapi ia dari kecil sudah di dianogsa sebagai tunarungu" nada suaranya mulai rendah.
"Entah apa yang telah dilakukan om dan tante sewaktu dulu. Sehingga tuhan menghukum kita dengan anak yang begitu hebatnya " andin yang mendengarnya sangat terenyuh. Andin menitikan air mata dan langsung menghapusnya.
Andin mengelus punggung mamah firgi. Ia mengeluarkan kalimat-kalimat menenangkan.
"Firgi berubah setelah dia menceritakan tentang kamu, dia lebih ceria tidak seperti biasanya. Terimakasih telah hadir di hidupnya, firgi sangat berharga buat tante. Terimakasih kamu telah menjadi kekasihnya. Dan terimakasih kamu tidak menganggapnya dia berbeda dari orang lain yang memiliki kesempurnaan."
Mamah firgi mengucapkan banyak terimakasih ke andin.
"Tante .... firgi orang hebat. Andin gak perduli dia tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara. Jika dia tidak sempurna maka mulailah menganggapnya sempurna."
Mereka berdua pun berpelukan.
Firgi mencari dua perempuan kesayangannya.
Ternyata mereka berdua sedang berpelukan.
Firgi yang melihatnya sangat terharu.