Rumit.

By sederetsquad

10.7K 1.2K 504

Rumit. Mungkin kata itu adalah kata kunci dari berbagai masalah yang kami hadapi. Persahabatan, kisah asmara... More

PROLOG
[1] Megan Merkurius POV
[2] Megan Merkurius POV
[3] Violet Venus POV
[4] Violet Venus POV
[5] Giselle Jupiter POV
[6] Giselle Jupiter POV
[7] Nayla Bumi POV
[8] Nayla Bumi POV
[9] Rachel Mars POV
[10] Rachel Mars POV
[11] Fara Saturnus POV
[12] Fara Saturnus POV
[13] Alina Neptunus POV
[14] Alina Neptunus POV
[15] Asya Uranus POV
[16] Asya Uranus POV
PENTING! jarang loh author bikin gini:v
CASTING [1]
CASTING [2]
[17] Megan Merkurius POV
[18] Megan Merkurius POV
[19] Violet Venus POV
[20] Grey Glenn POV
[21] Fara Saturnus POV
[22] Rasya Syafryansyah POV
[24] Nigel Soedjono POV
[25] Bryan Anyndito POV
[26] Giselle Jupiter POV
[27] Angelo Badai POV
[28] Farel Alfian POV
[29] Arya Gunawan POV
[30] Asya Uranus POV
[31] Nayla Bumi POV
[32] Alina Neptunus POV
[33] Edward Setiawan POV
[34] Berakhir (?)
[35] Hiatus-nya Jubah Hitam
[36] Merangkai Kembali Teror Jubah Hitam
[37] Topeng Tiap Orang
[38] Konflik Asmara Pagi Hari
[39] Pencerahan di Gelapnya Hati dan Malam
[40] Keputusan
[41] Keputusan (2)
[42] Liburan Semester
[43] Game
[44] Malam yang Panjang
[45] Kejutan
[46] Kebenaran
[47] Akhirnya
Epilog

[23] Rachel Mars POV

117 19 2
By sederetsquad

"Chel, lo belum absen di BK tuh!"

Suara temen sekelas gue membuatku berhenti mengerjakan tugas matematika dari Pak Jino. Ya, karena terlalu sibuk mengerjakan matematika, gue sampe lupa kalau sebagai sekretaris kelas harus absen di ruang BK.

"Oke, makasih udah diingetin." Gue beresin buku-buku gue dan bergegas menuju ruang BK. Saat menuruni anak tangga, seseorang memanggil gue.

"Rachel!"

"Eh, Kak Nigel, ada apa kak?"

"Lo gak ke kantin?" Kini Kak Nigel menjajarkan dirinya denganku.

"Mau absen dulu ke BK,"

"Gue anter ya, sekalian ke kantin bareng. Takutnya lo digangguin Cindy."

"Kak Cindy udah gak pernah gangguin gue kok Kak. Jadi jangan khawatir."

"Enggak, gue maunya ikut lo. Lo gak boleh nolak." Etdah, nih anak maunya apa sih.

"Oke deh."

Sampai di ruang BK, gue segera absen-in kelas gue, Kak Nigel juga ikut masuk. Kadang gue merasa sebel dan seneng juga sih kalau Kak Nigel care sama gue. Risih juga kalau terlalu dijaga. Tapi banyak senengnya lah.

Gimana gak seneng coba, deket terus sama Ketua OSIS yang ganteng parah, baik, pinter, ahh klepek-klepek gue tiap kali deket dia. Mana alisnya tuh tebel-tebel ngegemesin tau.

Selesai ngabsen, gue pamit keluar. Saat diambang pintu, gue ketemu sama Rasya, dan tunggu? gue gak salah liat?

"Eh, halo Rachel! lama ya gak ketemu. Masih inget gue kan?" sapanya dengan tersenyum girang. Gue tau nih anak, tapi gue lupa namanya. Siapa ya? Guepun mencoba mengingat-ingat.

"Halo! Halo! Wahh, lo Anissa kan? Anissa Pur-, Pur siapa sih? Purtomo?" Ebuset, gue girang banget ketemu dia.

Anissa itu anak dari rekan kerjanya Papa, om Adi. Gue sama dia dulu gak terlalu dekat sih, ketemu nya aja cuma 2 hari. Jadi gue rada gak tau seluk-beluk tentang dia. Yang gue tau, dia sekolah di SMA 1 Medan.

"Hahaha, Anissa Purnama, Chel. Dunia sempit banget ya, gue baru sekolah disini aja udah nemuin elo."

"Haha iya, eh kenalin ini Kak Nigel." Kak Nigel pun memberikan senyum ke Anissa.

"Dan, lo kok bisa sama si Rasya?" Lanjut gue dengan menunjuk Rasya yang tengah tersenyum canggung.

"Gue sekelas sama dia, yaudah ya nanti lagi. Gue mau isi data yang belum lengkap dulu ke Pak Wentang."

"Oke deh, betah-betah ya disekolah ini."

"Sya, gue sama Rachel duluan ke kantin ya." Pamit Kak Nigel ke Rasya.

"Oke, nanti gue nyusul." Balas Rasya.

Gue dan Kak Nigel pun pergi ke kantin dan mencari keberadaan anak-anak BS. Mereka ada di meja biasanya, di depan warung bakso Bulek.

Kita udah akrab banget sama Bulek. Ya, Bulek itu sebutan untuk tante atau bibi dalam bahasa Jawa. Bulek juga sudah sangat hafal dengan kami.

"Bulek, Rachel bakso campur satu ya."

"Nigel juga Bulek." Timpal Kak Nigel.

"Siap." Balas Bulek.

Temen-temen gue masih pada makan dengan lahapnya. Gak lama, bakso gue dan Kak Nigel datang. Saat ini hanya ada suara bising di kantin, dan ketukan sendok dengan mangkok.

"Eh guys, ada anak baru ya?" Tanya Kak Bryan setelah menghabiskan teh nya.

"Iya Kak, tadi gue liat dia sama Rasya." Balas Fara.

"Anissa kan namanya?" Tanya gue memastikan.

"Nah, iya, dia sekelas sama Rasya." Ucap Asya.

"Kok lo tau chel?" Tanya Vio dengan melahap 1 pentol.

"Tadi waktu di BK, gue sama Rachel ketemu Rasya sama Anissa." Jelas Kak Nigel.

"Tadi waktu di koridor, kok si Rasya-nya kayak canggung gitu ya sama anissa. Padahal tuh anak supel banget." Kata Farel mulai curiga.

"Ya mungkin karena masih baru kenal." elak Grey.

"Atau jangan-jangan si Rasya-nya salting deket Anissa, haha." Gara-gara ucapan Kak Edward, yang lainnya ikutan ketawa.

"Masa sih Rasya salting?" tanya si Fara. Cemburu kali dia.

"Jealous lo Far?" Goda Giselle.

"Enggak ih apaan sih."

"Kalo lo cemburu juga gak papa kali Far, gue nya malah seneng, hehe." Kompak kami semua menoleh ke sumber suara. Ya, kini Rasya datang dengan membawa es teh dan duduk di samping Fara.

Entah perasaan gue aja atau apa, Grey memperhatikan Rasya dengan wajah bingung atau apalah. Gue gak bisa artiin tatapan itu.

Intinya, seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan Grey pada Rasya. Rasyapun hanya membalas dengan senyum terpaksa. Ah, bodo amat dah, itukan urusan pdibadi mereka.

"Udah dikasih lampu ijo tuh!" Sambar Alina ngegoda. "Apaan sih?" Dumel Fara.

"Jangan ngambek dong, gue cuma bercanda doang kali." Pinta Rasya ke Fara. Si Fara cuma ngegumam gak jelas. Kami sekarangpun hanya ngobrol-ngobrol sambil bercanda.

Yang masalah kemarin, kami sepakat untuk tidak membicarakannya terlebih dahulu agar tidak terlalu larut dalam kesedihan.

Walaupun berat, tapi gue udah berusaha untuk ikhlasin Luna. Masalah si Jubah Hitam itu juga kita memilih untuk tidak mengusiknya lagi, tapi walau begitu kita semua harus tetap waspada.

Teett teett

Bel masuk berbunyi. Gue langsung aja pamit sama mereka, karena setelah ini akan ada jam sejarah. Telat dikit aja nanti gue kena hukum.

Saat berjalan ninggalin kantin, Kak Nigel ngikutin gue dan jalan di samping gue. Udah gak asing lagi gue sama tatapan sinis siswa-siswi di sini kalau gue lagi jalan sama Kak Nigel. Gue juga gak perlu takut, karena selama ada Kak Nigel, gue bakal baik aja.

"Gue cuma mau ke kelas aja kok kak, jadi kakak gak usah nganterin. Nanti kelas kakak jadi makin jauh." protes gue.

"Gue nganterin lu sampai tangga doang kok." katanya tepat saat kami baru sampai di depan tangga.

"Nah, ini udah sampai tangga." Ucap gue.

"Eh iya, belajar yang rajin ya adek gue." Apa?! Gue dipanggil apa barusan?! Adek?! Sweet banget si ah.

"Kok adek?" Tanya gue sok polos.

"Karena lo ngegemesin, cocok jadi adek gue. Yaudah gue balik ya." Pamitnya dengan ngacak lembut rambut gue. Oke ralat, Kak Nigel pamit dengan ngacak asal rambut gue dengan sekilas senyum kilatnya.

Iya, kata-katanya doang manis, tapi ekspresinya tetap aja cuek. Tapi gue seneng banget dong bisa digituin Kak Nigel, ya ampun, mimpi apa gue semalem?

Gara-gara sikap Kak Nigel ke gue tadi, gue serasa mau cair, njir. Gue berjalan sambil senyum-senyum memasuki kelas. Untung guru sejarah belum datang. Bodo amat dah sekarang gue jadi bahan omongan teman sekelas gue.

"Rachel ngapain tuh?"
"Mabuk darat tuh anak?"
"Gak waras ih,"
"Cakep-cakep rada geser otaknya."

Kira-kira begitulah tanggapan mereka. Guepun duduk di bangku gue dengan lemas dan masih senyum-senyum. Sontak Dhea,-temen sebangku gue- panik.

"Lo panas, Chel? Rachel? Bisa denger gue kan? Lo kenapa?" Cecarnya tak henti. Gue cuma diem dan masih tersenyum.

Entahlah, mungkin karena habis diucapin semangat belajar sama Kak Nigel, pelajaran sejarah kali inj otak gue encer banget. Biasanya mah otak gue loadingnya lama.

Guru gue, Bu Citra, juga rada kaget tau gue pintar di sejarah. Nampaknya semangat dari Kak Nigel sukses bikin gue rajin belajar. Rasa kagum gue ke Kak Nigel makin nambah nih kayaknya.

Ahh, jangan Chel, jangan. Belum tentu kan Kak Nigel suka gue juga. Ntar malah sakit hati yang ada, gara-gara perasaan gue bertepuk sebelah tangan sama Kak Nigel.

Udah ah, Kak Nigel aja nganggep gue cuma sebagai adiknya. "Jangan berharap deh, Chel."

***

Pulang sekolah kali ini sukses bikin gue bosan, pasalnya temen-temen gue udah pada pulang. Bokap gue daritadi dihubungin juga gak bisa-bisa.

Gue nunggu di gerbang udah hampir satu jam. Capek gue. Mana haus lagi. Sampai rapat OSIS aja udah kelar. Gue sempat ketemu Farel dan Kak Bryan tadi cuma buat pamitan.

Tapi, kok gue gak lihat ada Kak Nigel ya? Mata guepun mulai mencari-cari keberadaannya. Kemudian muncul mobil Kak Nigel. Guepun langsung pura-pura main hp.

Eh, kok?

Gue cuma dilewatin doang nih? Kagak ditawarin tebengan apa? Seengaknya pamitan gitu. Oh, iya emang gue siapanya? Ngenes banget ah.

Lalu tiba-tiba ada yang nepuk bahu gue. Saat gue balik badan...

"Minum!"

"Eh ayam, lah Kak Nigel? ma-makasih. Bukannya Kak Nigel udah pulang ya tadi?"

"Ikut gue ke suatu tempat, yuk!" Balasnya dengan cepat menarik pergelangan tanganku. Hm, tenang dong jantung.

Hingga akhirnya gue sampai di mobil Kak Nigel. Yang gue heranin, sifat cuek Kak Nigel kali ini sedikit berkurang. Walaupun ekspresinya tetap datar, tapi syukur aja senyumnya mulai sedikit mengembang.

"Kak, emang kita mau kemana sih?"

"Kepo ya?"

"Ih, kasih tau dong,"

"Maksa nih?"

"Iya! Cepet kasih tau,"

"Kalau gak mau?"

"Gue ngambek nih," kesal gue lama-lama.

"Gimana coba kalau ngambek?" Godanya dengan ketawa ringan. Ngeselin sih, untung ganteng. Gue pun cuma mempautkan bibir karena kesal.

Alhasil Kak Nigel malah ngakak ngelihat gue. Jujur, baru kali ini Kak Nigel ngakak di depan gue.

"Kalau lo ngambeknya kayak gitu, mending gue bikin lo ngambek terus aja. Gemes ih."

Blush

Muka gue mendadak merah tomat. Si Kak Nigel terus aja ngakak, sampai kita berada di parkiran sebuah cafe.

"Turun! Jangan ngambek lagi," perintah Kak Nigel dengan keluar dari mobil.

"Ya ampun Kak, cuma mau ke cafe doang aja tadi gak mau kasih tau gue." Protes gue sambil membuka pintu cafe.

"Jangan salah, gue mau nunjukin lo sesuatu, tapi nunggu orangnya dateng dulu."

"Hah? Lo mau nunjukin apa ke gue, Kak?" Tanya gue gak sabar, sampai-sampai gue sedikit berdiri dari tempat duduk gue.

"Nanti aja, sabar dong." Jawabnya dengan tersenyum nakal. Gue jadi kepo, apa nanti yang bakal bikin gue terkejut.

"Emang orang itu siapa gue, Kak?"

"Orang itu-"

Kriingg kriing

Handphone Kak Nigel berdering, kemudian Kak Nigel mengangkatnya dengan tersenyum, lalu pamit ke gue buat ke parkiran.

20 menit kemudian.

Karena udah terlalu lama, akhirnya gue menuju ke parkiran buat nyusulin Kak Nigel.

"Kak, lo dima-" ucapan gue terhenti saat melihat adegan di depan mata gue sendiri. Iya, adegan Kak Nigel dan Kak Cindy lagi pelukan.

Jadi, orang yang dimaksud Kak Nigel itu Kak Cindy ya? Dan sesuatu yang bisa bikin gue terkejut itu adalah berita balikannya mereka?

Haha, gue bodoh udah berharap lebih ke Kak Nigel.

Ternyata sakit ya.

***
TBC

Maaf gais up nya ngaarreettt banget, hehe.
Tetap VOMMENT ya
ini udah dibela-belain up loh:)

Dan, btw, DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YG KE-73🇮🇩❤, kemarin:v iyaa telat, tau kok:v

salam manis,
sederetsquad❤

18/08/18

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 332K 67
Angel's Secret S2⚠️ [cepat, masih lengkap bro] "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Ang...
8.7M 528K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
6.7M 498K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...