*AUTHOR POV.*
“Hei, santai saja. Minumlah! Aku kan hanya bertanya.” Ujar Sofya sembari memberikan segelas air putih pada Aldi.
“Jangan bicara sembarangan!” Aldi tampak sedikit salah tingkah sembari meneguk minumannya.
Sofya yang melihat tingkah kakaknya itu hanya bisa terkekeh.
Begitupun dengan Kenzie yang hanya mengernyitkan dahinya.
◾◽◾◽
Makan malam sudah selesai. Aldi kembali ke kamarnya. Kenzie tengah menuju ke ruang santai untuk menonton TV.
Keysha dan Sofya kembali ke kamar mereka.
“Aku akan membantumu menata barang-barangmu,” ujar Keysha.
“Jangan! Jangan! Kau tidak perlu repot-repot. Biar aku saja. Eum, Kak–” ucapan gadis itu terhenti.
“Ada apa?” tanya Keysha.
“Maafkan aku,” ujar Sofya tiba-tiba.
Tentu saja membuat Keysha memasang wajah yang bingung saat mendengarnya.
“Aku tadi sempat marah-marah saat mengetahui kakak-kakakku tinggal bersama seorang gadis di Apartemennya.” Jelas Sofya.
Keysha yang tadinya berdiri, kini menghampiri Sofya dan duduk tepat di sebelahnya. Di atas sebuah sofa yang berada tak jauh dari tempat tidur.
Keysha tersenyum tipis.
“Aku sempat salah paham tadi. Tapi setelah aku bertemu denganmu, aku percaya pada kedua kakakku. Kau memang orang yang baik. Apa kau mau memaafkanku dan berteman denganku?” Sofya mengulurkan tangannya. Melihat sikap gadis itu, tentu membuat Keysha terkekeh pelan. Lalu kemudian memabalas dengan mengulurkan tangannya.
Mereka berdua berjabat tangan.
“Tidak apa-apa. Aku juga akan mempunyai pemikiran yang sama sepertimu saat mendengar ada dua pria yang tinggal bersama seorang gadis dalam satu rumah. Jadi, kau jangan merasa bersalah. Dan ya, aku tidak akan menjadi temanmu,” ucapan Keysha membuat Sofya terkejut.
“Hey, memang benar. Karena aku akan menjadi kakakmu. Dan kau akan ku anggap seperti adikku sendiri.” Lanjut Keysha. Sofya langsung menghela napas merasa lega.
Keysha membuka kedua tangannya. Dan Sofya langsung memeluknya.
“Terima kasih, Kak. Kau tahu, aku sangat ingin mempunyai kakak perempuan.” Katanya.
Keduanya sudah melepaskan pelukan mereka.
“Sekarang kau sudah punya.” Kata Keysha.
Kemudian keduanya tertawa pelan.
Jika kau menyaksikannya, suasana yang mereka ciptakan begitu hangat.
“Ah ya, apa kau mendengar ceritaku? Saat tadi kedua kakakku terus mencoba meyakinkanku?” tanpa diminta pun, Keysha langsung menganggukkan kepalanya–setuju.
*FLASHBACK ON*
Kenzie dan Aldi telah sampai di Bandara. Tapi belum sampai mereka masuk, ternyata ada yang sudah menunggu mereka. Seorang gadis dengan beberapa koper dan tas jinjing yang cukup besar, telah berdiri sambil bertelak pinggang. Ekspresi wajahnya berubah. Tatapannya menjadi tajam, bibirnya mengerucut. Sedangkan kedua pria yang melihatnya itu hanya bisa tertawa sembari menghampirinya.
“Ku kira kalian akan melupakanku,” protes gadis itu.
“Hey, adik tercantikku?! Mana mungkin kita melupakanmu.” Kenzie menangkup wajah gadis itu. Aldi mendekat dan kemudian mengacak pelan rambutnya.
“Kau marah pada kita? Karena kita sedikit telat, hm?” tanya Aldi dengan penuh kasih sayang.
“Kau tidak ingin memeluk kakak-kakakmu ini?” kata Kenzie. Tanpa berpikir panjang, gadis itu langsung memeluk kedua kakaknya.
“Aku marah karena bukan kalian yang menungguku, tapi justru aku yang menunggu kalian. Kalian kemana saja? Tidak bisakah kalian meninggalkan pekerjaan kalian sebentar demi aku?” gadis itu sangat menggemaskan saat kesal seperti ini. Lagi-lagi dia mengerucutkan bibirnya. Nampaknya dia mssih belum puas jika belum mendapatkan alasan yang logis dari kedua kakaknya untuk keterlambatan mereka saat menjemput.
“Maafkan kita, ya. Perjalanan dari kantor ke Bandara memang cukup lama. Kau juga tahu bagaimana keadaan jalanan kota.” Jelas Aldi.
Gadis itu mengangguk.
“Ayo kita pulang! Aku sudah sangat lelah.” Ujarnya.
Ia meraih koper dan juga tas-tasnnya yang lain.
“Sofya, tunggu!” Langkahnya terhenti saat Aldi menahannya.
Gadis itu menoleh dengan lemas, bahkan terlihat sedikit malas.
Iya, dia Sofya yang sejak tadi di Kantor berhasil membuat Kenzie dan Aldi begitu bersemangat karena akan menjemputnya. Adik sepupu perempuan yang bisa dibilang cukup manja. Ia baru saja mendarat di Bandara.
“Apa?” tanya gadis itu.
“Ayo ikut kita sebentar!” Ajak Aldi.
“Kemana?”
“Kau pasti lapar kan? Ayo kita makan dulu!” Ajak Aldi.
“Tapi aku ingin makan di Apartemen saja,” kata Sofya.
“Nanti kita makan lagi.” Sambung Kenzie.
Sofya menatap Kenzie dengan raut wajah yang awalnya cemberut, tapi kemudian menjadi tersenyum. “Rupanya kau tidak lupa jika adikmu yang satu ini memang hobi makan.” Katanya kemudian.
“Bagaiamana mungkin aku bisa lupa,” Kenzie mendekat dan mengacak pelan rambut adiknya itu. “Ayo!” Ajaknya kemudian.
Mereka sampai di sebuah Restoran yang berada tak cukup jauh dari Bandara.
Sembari menunggu makanan yang mereka pesan datang, tentu saja mereka gunakan untuk mengobrol. Mulai dari Sofya yang mengeluh karena penerbangan yang cukup lama, sampai kekesalan yang berhasil kedua kakaknya ciptakan karena sedikit telat untuk menjemputnya.
“Kau masih marah?” tanya Kenzie menyelidiki.
Sofya menggeleng cepat.
“Dia tidak akan bisa marah kalau kita mengajaknya makan dan mentraktir sepuasnya.” Timpal Aldi.
Kenzie dan Aldi pun tertawa pelan, sedangkan Sofya terlihat mengerucutkan bibirnya–lagi.
“Sudah, sudah. Jangan ganggu dia terus.” Ucap Kenzie mengakhiri gurauan mereka.
Pesanan sudah datang. Mereka bertiga menikmati makanan yang telah mereka pesan.
“Sofya?!” seru Kenzie.
“Ya?”
“Kita akan mengatakan hal yang penting padamu,” kata Kenzie.
“Apa? Katakan saja!” Jawab Sofya sembari melahap makanannya.
“Selain kita bertiga yang tinggal di Apartemen, ada seseorang lagi di sana,” ujar Aldi dengan cukup hati-hati.
Sofya meletakkan sendok dan garpunya. Beralih menatap intens pada kedua kakaknya.
“Maksud Aldi, ada teman kita yang juga kebetulan tinggal bersama kita.” Lanjut Kenzie lebih memperjelas lagi.
“Siapa?” tanya Sofya. Gadis itu tidak berhenti menatap kedua kakaknya secara bergantian.
Sementara Kenzie dan Aldi yang kebetulan duduk bersebelahan, kini juga saling melempar pandang. Sama-sama bingung bagaimana cara menjelaskan pada adik perempuannya tentang keberadaan Keysha yang sudah cukup lama tinggal bersama mereka.
“Kenapa? Kenapa kalian tidak ada yang menjawab?” ucap Sofya.
“Berjanjilah terlebih dulu bahwa kau akan merahasiakan ini dari Ayah, ibu dan yang yang lainnya.” Ujar Aldi kemudian.
“Katakan saja dulu!” Titah gadis itu yang mulai kesal.
“Ada seorang gadis yang tinggal bersama kita,” ujar Kenzie dengan nada bicara cukup pelan.
Tinggg!!!
“APA?!” Tanpa sengaja Sofya membanting sendoknya di atas piring. Spontan membuat beberapa pengunjung Restoran menatapnya.
Mata gadis itu membulat sempurna. Raut wajahnya mendadak memerah, nampaknya dia sudah sudah siap untuk mengeluarkan kata-kata khas pedasnya.
“Kendalikan dirimu! Kita belum selesai bicara.” Aldi memegang tangan Sofya. Berusaha untuk menenangkannya.
Sofya membuang napas–kasar. Dengan terpaksa ia harus kembali mendengarkan kedua kakaknya itu.
“Jangan berpikiran negatif terlebih dulu. Kita punya alasan dan kita punya penjelasan.” Kenzie juga mencoba menenangkan adiknya itu.
“Siapa gadis yang tinggal bersama kalian? Kalian tidak melakukan kesalahan fatal 'kan padanya? Katakan padaku dia bukan gadis yang jahat atau berbahaya untuk kalian.” Akhirnya Sofya sudah bisa sedikit tenang, meskipun dia membanjiri kedua kakaknya dengan pertanyaan seperti itu.
Senyum Kenzie dan Aldi mengembang.
“Tenang saja. Dia gadis yang baik. Kau bisa membuktikannya sendiri nanti setelah bertemu dan kenal dengannya.” Jelas Aldi.
“Baiklah. Aku akan percaya setelah aku membuktikannya sendiri.” Kata Sofya.
*FLASHBACK OFF*
“Ah, mereka terlalu berlebihan.” Itu respons Keysha, setelah mendengarkan sedikit cerita dari Sofya sebelum mereka pulang.
“Itu benar, Kak.” Ucap Sofya dengan tersenyum.
Keysha berdiri dari duduknya.
“Kau tidak jadi menbenciku, kan?” tanya Keysha memastikan. Gadis itu berjalan menuju Lemari yang cukup besar dan memasukkan Koper dan juga tas milik Sofya.
Sofya terkekeh pelan. “Maafkan aku, Kak.” Ujar gadis itu.
“Tidak perlu meminta maaf. Mulai sekarang kau bisa menganggapku seperti kakakmu sendiri.” Kata Keysha.
“Sebelum kau memintanya, aku sudah lebih dulu menganggapnya. Itu karena aku tidak mempunyai kakak perempuan.” Sofya beranjak dan membantu Keysha memasukkan barang-barangnya.
“Ganti pakaiannmu! Dan pergilah tidur! Kau mau ku buatkan segelas susu hangat?” tawarnya.
“Tidak, Kak. Tidak perlu. Aku akan ganti pakaianku dan tidur.” Jawab Sofya.
Keysha keluar dari kamar tersebut. Ternyata masih ada Kenzie dan juga Aldi di luar yang masih menonton televisi. Lebih tepatnya Kenzie tengah asik dengan gadgetnya. Hanya Aldi yang berfokus pada tayangan televisi sekarang. Ternyata mereka belum tidur.
“Eh, Key?! Kau belum tidur rupanya,” kata Aldi saat melihat Keysha keluar dari kamarnya.
“Belum. Aku membiarkan Sofya untuk istirahat. Kasihan. Dia pasti sangat lelah.” Jawab Keysha sembari berjalan menuju keduanya.
Keheningan terjadi beberapa detik.
“Terima kasih,” ucap gadis itu tiba-tiba. Membuat Aldi dan Kenzie beralih menatapnya.
Kedua pria itu menatpanya dengan bingung.
“Kalian sudah menjelaskan banyak hal tentangku pada Sofya. Dia gadis yang baik. Dan aku sangat bersyukur karena dia menerima keberadaanku.” Lanjutnya menjelaskan.
Senyum kedua pria itu reflek mengembang. Tidak ada yang bisa dikatakan lagi pada Keysha. Pasalnya gadis itu sudah terlalu sering berteruma kasih walau hanya untuk hal-hal kecil.
⚫⚫⚫⚫
“Kita adalah apa yang telah ditulis oleh Tuhan. Dalam sebuah takdir yang biasa kita sebut–Pertemuan. Sesederhana itu.”—Lakeysha.
#04092018
.
.
Halo haloo~~ kayaknya hampir sebulan ya DESTINY gak up :v maafkeun yeuu😅 Gimana gimana? Masih nge'feel gak yaa buat di next???
.
Btw, thanks for 32k reads😍 I Purple U guys💜💜