Play list : I miss you - Clean Bandit ft Julia Michaels
~ req by mars_ang888 ~
*****
Mulai Part ini aku gak edit buat rapihin ya... Soalnya udah open po... Jadi kalo mau versi rapihnya bisa di buku 😁
*****
"Sepertinya kau membutuhkan air?!"
Abigail menolehkan wajahnya pada sumber suara yang menyodorkan satu botol air mineral padanya.
"Kau?"
Felix tersenyum dengan menaikan kedua alisnya agar Abigail menerima botol air darinya.
"Thanks." ucap Abigail ketika menerima botol air tersebut.
Felix tersenyum dan mendudukan dirinya di kursi kosong, di samping Abigail, memperhatikan Maudy yang sedang melakukan pemotretan.
"Kenapa kau ada disini?" tanya Abigail sambil berusaha membuka tutup botol airnya dengan susah payah.
"Ini studio ku. Dan ini pemotretan untuk Brand terkenal kelas Asia, jadi aku harus mengawasi secara langsung."
Abigail mengangguk mengerti, namun tangannya masih kesusahan untuk membuka tutup botol airnya, padahal ia sudah sangat kehausan karena dari tadi ia mengemil tanpa air.
"Kalau kau?" Felix balik bertanya.
"Maudy kakakku."
"Aku sudah tau, aku hanya berbasa-basi saja."
Abigail berdecih sebal sambil mendelik pada Felix.
Felix membalasnya dengan senyuman geli, lalu Felix merebut botol air dari tangan Abigail dan membukanya dengan mudah, kemudian ia memberikannya lagi pada Abigail, yang langsung di teguk setengahnya oleh Abigail.
"Setiap kita bertemu, sepertinya kau selalu membutuhkan air." gurau Felix.
"Memang memalukan! Kenapa kita selalu bertemu saat aku sedang makan?!" gerutu Abigail yang disambut tawa oleh Felix.
"Tidak heran, karena perutmu semakin tambah membuncit saja." balas Felix di tengah tawanya.
"Sialan!" Abigail memukul lengan Felix menggunakan botol minumannya dengan cukup keras.
Tawa Felix semakin keras begitu juga dengan Abigail. Dan tentu saja hal tersebut membuat keduanya menjadi pusat perhatian seluruh kru dan Maudy yang sedang di potret. Tapi ketika mengetahui jika yang sedang tertawa adalah bos mereka, para kru tersebut malah menganggukan kepala mereka dengan sopan, menyapa Felix.
"Diamlah! Kau mengganggu pekerjaan mereka."
"Biarkan saja, mereka juga tidak akan berani protes padaku." seru Felix dengan angkuh yang di timpali sebuah dengusan oleh Abigail.
Hubungan Abigail dan Felix memang cukup akrab, karena beberapa kali pertemuan antara keduanya, Felix sangat pintar mengakrabkan dirinya. Meskipun Felix tidak jarang memamerkan kesombongannya seperti tadi. Tapi ia memang punya sesuatu untuk di pamerkan jadi tidak mengganggu Abigail, bahkan Papihnya sendiri, jauh lebih sombong dari Felix jika bertutur kata.
Abigail menarik napas dalam. Ketika mengingat larangan Aldrich agar tidak berdekatan dengan Felix. Kali ini Abigail tidak bisa melakukan permintaan Aldrich, karena ia tidak memiliki alasan yang jelas untuk menjauhinya. Sejauh ini Felix adalah orang yang baik, meskipun pada awalnya Abigail juga tidak terlalu menyukai Felix pada pertemuan mereka yang pertama. Tapi semakin banyak mengobrol dengan Felix, semakin membuat Abigail berpikir kalau Felix adalah orang yang sangat menyenangkan. Abigail juga suka jika sudah berbincang dengannya.
"Aldrich belum kembali?" tanya Felix tiba-tiba membuyarkan pikiran Abigail.
"Mungkin 3 hari lagi. Aku pikir kau juga pergi ke Newcastle, bukannya ini proyek perusahaan kalian berdua?"
"Untuk apa repot-repot kesana sementara aku sudah menggaji besar seseorang." canda Felix dengan nada sombongnya.
"Ya ya ya aku mengerti Mr. Felix."
Felix tertawa kecil dengan mengusap kilat puncak kepala Abigail.
"Tunggu sebentar, aku harus menemui mereka dulu."
"Apa peduliku." timpal Abigail dengan asal.
Felix kembali tertawa dengan menatap gemas Abigail.
*****
"Kau sepertinya sangat akrab dengan Pak Felix?!" tanya Maudy, mereka berdua sedang menikmati es krim di salah satu kedai pinggiran kota Jakarta setelah selesai pemotretan.
"Ia rekan bisnis Aldrich, beberapa kali kami pernah bertemu."
"Aku melihat jika ia sepertinya tertarik padamu."
"Jangan konyol! Aku wanita yang sudah bersuami dan sedang hamil besar." Abigail menelan es krim yang penuh di mulutnya. Abigail kembali menyendok es krimnya mengabaikan persepsi Maudy tentang Felix.
"Tapi aku melihatnya begitu."
"Terserah." Abigail memutar bola matanya sambil memakan kembali es krimnya.
"Kau tau siapa Felix?"
"Maksudmu?" Abigail mengerutkan keningnya sambil menyendok es krim milik Maudy.
"Ia pewaris dari Ornalldo Global,"
"Benarkah? Aku tidak tau."
"Kau bercita-cita ingin menjadi pengusaha, tapi hal kecil ini saja kau tidak tau, padahal itu penting untuk mengetahui sainganmu kelak. dan hey____stop memakan es krim ku."
Abigail menyengir memperlihatkan gigi-giginya yang mungil dan putih berjajar rapih ketika Maudy menyadari jika dari tadi ia memakan es krim milik Maudy, karena miliknya tinggal sedikit lagi.
"Dasar tukang makan." cibir Maudy dengan mengerucutkan bibirnya.
"Aku kan sedang hamil!" sanggah Abigail tidak terima.
Maudy menghela napasnya, kemudian ia mengambil gelas es krim Abigail yang tersisa sedikit dan menukarnya dengan gelas es krim miliknya yang masih banyak.
"Thanks kakak." ucap Abigail girang, Maudy mengusap puncak kepala adiknya dengan sayang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tentu saja aku tau Ornalldo Global, siapa yang tidak mengetahui perusahaan itu yang menjadi saingan berat Maxston Group. Tapi aku tidak tau kalau Felix adalah pemiliknya. Karena Felix tidak pernah menyebutkan nama belakangnya, yang aku tau ia hanya pemilik dari Carazon Group." seru Abigail melanjutkan obrolannya dengan Maudy tentang Felix.
"Wow... Carazon sekarang menjadi milik Ornalldo?"
Abigail mengangguk tidak acuh sambil memasukan kembali es krimnya ke dalam mulut.
"Felix benar-benar luar biasa. Muda, sukses, tampan____"
"Apa kakak sekarang berpaling dari Kak Ryan pada Felix?"
"Jangan ngawur. Aku hanya kagum saja. Siapa yang tidak kagum dengan Felix Ornalldo?! Reputasinya kebalikan dari suamimu. Ia di kenal sebagai pria setia____" Maudy mendekatkan tubuhnya pada Abigail. "Tapi rumor yang ku dengar, Felix adalah seorang duda." lanjut Maudy sedikit berbisik.
"Benarkah?" tanya Abigail mengangkat sebelah alisnya.
"Itu hanya sebuah rumor karena sampai sekarang belum ada bukti mengenai pernikahannya ataupun tentang identitas wanitanya." jelas Maudy menarik tubuhnya kembali dan menyandarkan dirinya disandaran kursi.
Abigail mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Sebenarnya ia tidak terlalu peduli dengan berita tentang Felix karena fokusnya hanya pada es krim yang sangat memanjakan lidahnya.
*****
Abigail sedang berada di taman belakang rumahnya. Ia sedang menikmati susu dan lasagna buatan Shopia. Nafsu makannya memang semakin bertambah, seiring dengan usia kehamilannya yang bertambah.
Dari tadi pagi Abigail belum menerima kabar dari Aldrich, dan itu cukup membuatnya kesal.
Abigail sedang melihat Foto-foto Aldrich yang di kirim oleh pria itu lewat whatsapp selama Aldrich di Newcastle.
"Jelek!" komentar Abigail pada foto Aldrich yang sedang tersenyum lebar pada kamera.
"Narsis!" komentar Abigail pada foto Aldrich yang sedang berfose meminum wine di sebuah restoran.
"Sok ganteng!" komentar Abigail pada foto Aldrich yang sedang bersiap untuk menghadiri makan malam bersama klien-nya.
"Tapi ini lucu..." komentar Abigail pada foto Aldrich yang masih berada di tempat tidur dengan rambut yang berantakan.
Abigail memang paling menyukai Aldrich ketika pria itu bangun tidur, terlihat berantakan dengan rambut acak-acakan dan suara parau nya yang terdengar seksi bagi Abigail. Intinya, Aldrich terlihat seksi ketika ia bangun tidur, sangat jauh berbeda dari kesehariannya yang selalu berpenampilan rapih.
"Kau kemana sih?" gerutu Abigail,
Lalu Abigail terpekik kaget ketika merasakan tangan besar melingkar di lehernya dan mengecup pipinya.
"Aku tidak kemana-kemana, aku disini."
Raut kaget dari Abigail berubah menjadi sebuah senyuman lebar di bibirnya ketika mendengar suara berat yang cukup ia rindukan.
"ALDRICH!" pekik Abigail ketika Aldrich tiba-tiba merebut ponsel yang ada di tangannya.
Abigail bangkit dari duduknya untuk merebut ponselnya kembali.
"Jadi kau sangat merindukanku sampai kau terus-menerus memperhatikan foto-fotoku?"
"Jangan pede. Berikan ponselku Maxston!" ujar Abigail sedikit menggeram menahan malu.
"Masih saja mengelak."
"Berisik!"
Abigail terus mengangkat tangannya tunggi dengan kaki berjingjit untuk menggapai ponselnya yang diacungkan tinggi-tinggi oleh Aldrich. Meskipun tubuhnya tinggi hampir menyamai Aldrich tapi kehamilannya menghambat Abigail untuk meraih ponsel itu dengan mudah.
"Hey, jangan melompat ibu hamil." peringat Aldrich ketika melihat Abigail yang sedang berancang-ancang untuk melompat menggapai ponselnya.
"Kalau begitu berikan!" sentak Abigail dengan mengerucutkan bibirnya.
Aldrich mengulum senyumnya, lalu ia menarik tubuh Abigail ke dalam pelukannya.
"Aku sangat merindukanmu."
"Berikan ponselku."
"Perusak." kekeh Aldrich dengan semakin erat memeluk Abigail namun ia melakukannya dengan hati-hati karena perut Abigail yang semakin membesar. Abigail ikut terkekeh dan ikut mempererat pelukannya pada Aldrich.
Aldrich melepaskan pelukannya pada Abigail, kemudian ia menciumi wajah Abigail, mulai dari kening, mata, pipi, hidung, dagu dan terakhir, ciuman Aldrich mendarat di bibir Abigail.
Aldrich mencium Abigail dengan sangat perlahan, hati-hati, mendayu dan begitu intens. Begitupun dengan Abigail, ia mengikuti ciuman Aldrich pada bibirnya. Tangan Aldrich yang berada di punggung Abigail, semakin turun kebawah ke arah pinggul, meraba bokong Abigail, membelainya sampai ke paha Abigail.
Lalu Aldrich dengan perlahan menaikan kedua kaki Abigail untuk melingkari pinggangnya. Abigail menghentikan ciumamnya dengan Aldrich, lalu ia menyerukan kepalanya pada leher Aldrich untuk menyembunyikan wajahnya.
Aldrich pun mulai berjalan menuju rumah dengan menggendong Abigail seperti anak kangguru, namun ia tetap melakukannya dengan hati-hati agar tidak menyakiti perut Abigail.
"Kenapa kau pulang hari ini? Bukannya 2 hari lagi kau baru pulang?"
"Pekerjaanku sudah selesai, tinggal di teruskan oleh Zayn saja."
"Kau pulang sendiri?"
"Tentu saja, Noura masih di Newcastle bersama kekasihnya." jawab Aldrich yang mengerti arah pertanyaan dari Abigail.
Abigail semakin mempererat pelukannya pada leher Aldrich, Aldrich tersenyum lalu ia mengecup hidung Abigail dengan gemas.
"Apa kau sedang membawa bayi koala?" cibir Alex yang sedang berada di ruang TV ketika melihat Aldrich yang menggendong Abigail melintasinya. Kebetulan Alex sedang berada di rumah, ia tidak bekerja karena baru tiba dari Surabaya tadi pagi.
"Dasar jomblo sirik!" Abigail menjulurkan lidahnya pada Alex.
"Dan kau Ratu drama. Bilang tidak mau menikah tapi sekarang?! Aku sampai malu sendiri untuk mengatakannya." timpal Alex dengan mendengus menahan geli.
"Al..." Abigail memukul dada Aldrich dengan manja meminta pembelaan.
"Kau benar. Bahkan sekarang ia tidak bisa di tinggal sebentar. Tadi saja sedang memperhatikan Fot---- ahh...." ucapan Aldrich terpotong oleh ringisan kesakitan ketika Abigail menggigit leher Aldrich.
"Abi sayang----sakit..." Aldrich membelai rambut Abigail, agar Abigail melepaskan gigitannya.
Abigail menggelengkan kepalanya, menolak.
"Gadis kecilku mulai nakal." bisik Aldrich setengah mendesah ketika gigitan Abigail berubah menjadi sebuah hisapan yang lembut. Aldrich sedang melangkahkan kakinya menuju kamar Abigail setelah sebelumnya ia pamit pada Alex, yang terus menggoda Abigail.
"Kau harus mendapat hukuman dariku."
*****
T. B. C
Abigail & Aldrich
INSTAGRAM : Ocha