(Turn on mulmed 👆)
Jika aku tahu bahwa jatuh cinta memberikan rasa sakit,
Aku akan mengumumkan di seluruh kota
"Jangan ada yang jatuh cinta."
Jika aku tahu bahwa hatimu menjadi musuhmu sendiri (dalam cinta)
aku akan mengumumkan di setiap jalan mengatakan
"jangan ada yang jatuh cinta"
( Preet - Khoobsurat )
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Tap..tap..tap..
Beberapa pelayan yang di lewatinya berhenti melakukan pekerjaannya karena melihat nyonya mereka berjalan tergesa-gesa dengan wajah merah dan mata sembab.Mereka mengira-ngira apa yang telah terjadi sampai membuat nyonya mereka yang paling santai itu seperti sekarang.
Mereka berjengit saat mendengar suara berdebum dari pintu yang mereka yakini dari pintu kamar Yasmine.
Yasmine sudah tidak memikirkan apa yang ada di pikiran orang-orang yang melihatnya.Karena sejak tadi hanya satu kata yang terus berputar di kepalanya.
Fake.
Tubuhnya merosot di balik pintu. Kepalanya berdenyut, dadanya sesak, matanya bengkak dan tangannya dingin.
Dia tidak pernah merasa terkhianati sebegitunya seperti ini. Saat dulu sahabatnya sendiri yang menikungnya dengan berpacaran dengan teman lelaki yang sedang dekat dengannya, ia marah, tapi ia masih bisa mencoba untuk menerima. Tidak sesakit ini.
"Jangan terlalu baik padaku"
"Kenapa ?"
"Aku takut aku terlalu nyaman denganmu"
"Kau harus mengerti itu.Mau siapapun dia,sedekat apapun kau dengannya,aku tidak perduli.Karena sekarang akulah suamimu dan yang memilikimu"
Yasmine mengepalkan tangannya yang dingin erat. Kilasan-kilasan kata-kata Hamdan kembali berputar di kepalanya seperti sebuah film rusak.
'Dia hanya menahanmu disampingnya hanya untuk keegoisannya dan menunjukkan betapa besarnya pengaruhnya padamu semata,Yasmine' batinnya mencoba menyadarkannya.
"Aku tidak mau membangun keluarga kecilku dengannya...aku mau membangunnya bersamamu.Hanya bersamamu"
"Omong kosong !" gumam Yasmine. Karena nyatanya sekarang dia akan memiliki keluarga bahagianya sendiri...tapi bukan dengannya.
"apa kau pikir sebelum aku bertemu denganmu aku bisa tersenyum dan tertawa seperti sekarang ?"
Yasmine tersenyum miris menertawakam dirinya yang baru sadar. Air matanya kembali menetes dari matanya yang sudah bengkak.
"Yes,because you've a clown know"
"Kau mencuri hati Putera Mahkotanya.Tidakkah hukuman seumur hidup bersamaku itu adalah hukuman yang setimpal ?"
"You did it,Prince ! You did it ! ini adalah hukuman yang sangat kejam !" Ia memukul-mukul dadanya dengan kepalan tangannya mencoba menghilangkan nyeri yang sejak tadi bersarang di dadanya dan makin parah. Air matanya makin turun deras dan kini ia mulai terisak sambil memeluk kedua lututnya.
"Aku ingin memulai hidupku denganmu. Memulai keluarga kecilku bersamamu. Bagaimana menurutmu ?"
"Menurutku ? kau adalah pembohong, pembual dan pengkhianat paling kejam di hidupku ! Kenapa aku harus terlahir jika akhirnya aku menjadi istrimu !"
Yasmine terisak menjadi-jadi. Dia menumpahkan segala kekesalan dan kemarahan di hatinya, rasanya seperti kepulan asap dari hutan yang terbakar memenuhi dadanya.
Asap tebal itu perlahan menguasai Yasmine yang hancur dan menjadikan dunianya gelap dan dingin.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
"Hamdan...kau akan segera menjadi seorang ayah" Shaikha tersenyum manis lalu perlahan menggapai tangan Hamdan dan membawanya ke atas perutnya.
"...anak kita ada disini" setetes air mata jatuh dari mata Hamdan. Tangannya bergetar saat menyentuh perut Shaikha yang dokter katakan di dalamnya sedang beristirahat malaikat kecilnya.
Dia sudah sangat lama menunggu momen ini. Pria mana yang tidak ingin menjadi seorang ayah apalagi dia sudah membangun rumah tangga cukup lama.
Tapi sayangnya, anaknya dari wanita yang sudah menghancurkan hatinya.
"Kenapa kau melakukan semua ini padaku,Shaikha ?" lirih Hamdan.
"Aku mencintaimu sama seperti dulu,Hamdan" Shaikha menggenggam erat kedua tangan Hamdan.
"Kalau kau memang mencintaiku harusnya kau pertahankan hubungan kita dulu dan tidak bertunangan dengan Rashid ! kau menghancurkan segalanya ! Kau menghancurkan hidupku ! Kau !!" Hamdan melepaskan Shaikha. Ia mencoba menahan emosinya yang sudah hampir meledak yang ia sudah tahan bertahun-tahun. Andai dia tidak ingat saat dokter itu bilang Shaikha tidak boleh stress, mungkin Shaikha akan menjadi sasaran penuh kemarahan Hamdan. Ia menyisir rambutnya kebelakang dengan jari-jarinya mencoba menenangkan dirinya.
"Itu keputusan babaku dan babamu" Shaikha membela dirinya.
"Ya betul, lalu kau meninggalkanku begitu saja tanpa alasan dan tertawa bahagia bersama dengan Rashid di depanku ? good" Hamdan menyeringai.
"Lalu apa yang harus aku lakukan disaat baba memaksaku untuk lebih akrab dengan Rashid ?!" sentak Shaikha. Hamdan selalu menolak penjeasannya dan memenangkan egonya sendiri.
"Terserah ! terserah kau mau mengatakan apapun. Karena tidak ada perasaanku yang sama lagi untukmu !" Hamdan segera keluar dan menuntup pintu dengan keras membuat Shaikha menangis sendirian.
Hamdan berjalan ke parkiran dan melajukannya ke pantai yang tentunya sepi. Ia keluar lalu menutup pintu mobil dengan membantingnya keras. Ia menjatuhkan dirinya diatas pasir putih itu. Berkali-kali ia membenturkan kepalanya ke mobil, karena sama saja kepalanya juga rasanya mau pecah.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
"Majid, kau kemanakan jam hitamku ? kau jual hah ?"
"Ya Allah, maafkan aku. Aku lupa mengembalikannya" Majid menepuk lengan pria itu.
"Cepat kembalikan sekarang,aku mau menggunakannya" katanya sambil cemberut.
"Nah itu lagi masalahnya.Aku tidak tahu dimana jam hitam itu" Majid menjawabnya dengan cengengesan. Ia tahu pemiliki jam hitam ini tidak akan marah padanya.
"Ya Allah ! itu jam kesayanganku ! terakhir kau taruh dimana ?" wajahnya langsung panik. Bukan masalah brand atau harga jam itu, tapi si pemberinya yang spesial baginya.
"Em...terakhir..seingatku aku meletakkannya diatas lemari kecil di rumah Hamdan"
Pria itu berdecak dan segera pergi dari hadapan Majid yang geleng-geleng kepala.
"Andai ibuku tidak menghormatinya pasti sudah kuseret Majid ke rumah Hamdan" gerutunya.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
[ Hamdan Palace ]
"Apa benar kau tidak melihatnya,Soukaina ?" tanyanya setelah mengintrogasi beberapa pelayan, sekarang dia mengintrogasi Soukaina yang baru pulang dari rumah sakit.
"Benar"
Pria itu mengacak-ngacak ghutranya.
"Apa kau yakin ada disini ?"
"Majid bilang begitu"
Soukaina mengangguk-ngangguk.
"Yazan apa kau melihatnya ?"
Soukaina mengelus kepala anaknya yang sedang bermain mobil-mobilan.
"Jam hitam dengan banyak angka di dalamnya berwarna putih ?"
Pria itu mengangguk cepat.
Yazan nampak berpikir.
"Yasmine membawanya"
"Yasmine ?"
Yazan mengangguk.
Tanpa menunggu ia langsung naik ke lantai dua tanpa tahu kamar Yasmime sebelah mana.Untung ada beberapa pelayan disana jadi dia bisa bertanya.
"Tapi sepertinya Sheikha Yasmine sedang dalam keadaan tidak baik" jelas pelayan itu yang melihat gelagat Yasmine tadi siang.
'Masa bodoh dengan itu. Aku harus mendapatkan jamku' ia kemudian mengetuk pintu yang di tunjukkan pelayan.
Tidak ada jawaban bahkan setelah dia mengetuk sampai tangannya memerah.
"Apa aku langsung masuk saja ?" ia mendorong knop pintu yang ternyata tidak terkunci.
Dug.
Pintu itu tidak bisa terbuka lebih lebar karena menabrak sesuatu yang menahannya di belakangnya.
"Ya Allah, Yasmine !" pekik pria itu melihat Yasmine yang terkapar di lantai dengan hidungnya yang berdarah.
Tanpa pikir panjang ia segera mengangkat Yasmine dan menidurkannya di tempat tidurnya.
"Kenapa dia sampai seperti ini ?! kemana Hamdan ?!" ia panik dan segera menarik beberapa lembar tisu untuk membersihkan darah yang keluar dari hidung Yasmine.
Mungkin karena sentuhan-sentuhan diwajahnya dan juga tempat tidur yang terus bergerak karena kepanikan pria itu. Perlahan Yasmine membuka matanya pelan dan buram.
"Hei,kau baik-baik saja ?" suara ini tidak terdengar asing di telinga Yasmine. Suara seseorang yang dikenalnya dan....penunggang kuda itu. Kepalanya yang berdenyut mencegahnya berpikir dan mengingat suara siapakah ini ?.
Yasmine merasakan kepalanya makin berat dan matanya makin susah di buka.
'Kumohon penunggang kuda..kumohon...bawa aku bersamamu' ingin sekali ia meneriakkan itu disaat lidahnya tidak bisa bergerak sekarang.
"Tenanglah,you safe with me"
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
"Hamdan,kau akhirnya datang juga" seorang pria segera bangkit dari duduknya setelah melihat pria yang mereka tunggu sejak tadi muncul di lorong istana. Hamdan menghilang seharian dan baru muncul setelah isya.
"Kenapa kau ada disini ?" tanya Hamdan ketika sadar ia melihat Mohammed di depan kamar Yasmine.
"Soukaina kebingungan.Dia menyuruhku menetap untuk jaga-jaga jika Yasmine mau di bawa ke rumah sakit"
"Yasmine sakit ?!" tanya Hamdan panik.
Mohammed mengangguk.
"Dia tadi pingsan dan mimisan"
Tanpa menunggu sedetikpun, Hamdan langsung masuk ke kamar Yasmine.
Jantungnya berdebar khawatir saat melihat Yasmine yang biasanya tahan banting dan selalu semangat sekarang terbaring di atas tempat tidurnya dengan di temani Soukaina disampingnya.
"Bagaimana keadaannya ?" Hamdan segera naik dan duduk di samping kepala Yasmine yang masih terpejam.
"Dokter bilang dia kelelahan dan terlalu stress. Sepertinya dia memang juga sering mimisan dulu"
Hamdan memperhatikan wajah pucat Yasmine dengan serius dan khawatir.
"Setahuku dia tidak selemah ini" mengingat betapa banyak tingkah dan masalah yang selalu di timbulkan oleh Yasmine.
"Aku tadi khawatir karena tidak ada lelaki dewasa disini jadi aku menyuruh Mohammed tetap disini"
Hamdan mengangguk sambil menempelkan tangannya di dahi Yasmine yang panas.
"Aku akan menyuruhnya pulang" Soukaina bangkit dan keluar kamar meninggalkan mereka berdua dalam kesunyian.
Hamdan menghembuskan nafas panjang dan lelah. Semuanya terjadi bersamaan.
Ia menyisir rambut coklat gelap milik Yasmine.
"Cepat sembuh,istriku. Aku mencintaimu" Hamdan mengecup dahi Yasmine sekilas.
Mata Yasmine bergerak dan perlahan terbuka sedikit demi sedikit.
"Yasmine"
Otomatis Yasmine melihat seseorang yang memanggilnya.
'Ya Tuhan,kenapa pria ini lagi'
"Maaf,aku tidak ada disampingmu sejak tadi" sesal Hamdan kemudian mengecup punggung tangan Yasmine.
Yasmime tersenyum kecil kemudian mengangguk kecil.
'Sial. kenapa aku masih tersenyum padanya'
"Cepat sembuh. Setelah ini aku tidak akan meninggalkanmu seperti tadi"
Bodohnya Yasmine tersenyum lagi.
Hamdan mengusap pelan pipi Yasmine.
"Aku tahu kau juga ingin cepat sembuh untukku kan ?"
Dan Yasmine kembali tersenyum. Entahlah. Harusnya dia menampar pria di depannya ini dengan tangannya,bukan malah membalas genggamannya.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Untukmu, aku bisa berpura-pura bahagia ketika aku tengah bersedih.
Untukmu, aku bisa berpura-pura kuat walau aku terluka.
Aku berharap semua kelemahanku mampu aku sembunyikan.
Aku menanam sebuah bunga yang tidak bisa mekar di dalam sebuah mimpi yang tidak akan menjadi kenyataan.
( Bts - Fake Love )
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Wow udah seminggu aja, cepet banget ya...Happy weekend ya Hamdanest 💘
Aku bingung sebenarnya Hamdan ini punya brp kepribadian 😟😕
Kalian dapet feelnya ?
kasih tau aku gimana feel kalian 😉 supaya tau juga nanti enaknya dikemanain Hamdan dan Yasmine nih.
VOTE APALAGO COMMENT DAN FOLLOW YA CINTAA !!!
With Love,❤H