This story will have some violent & some mature content. Just skip it if you dislike this.
Enjoy :)
•
•
•
Pagi itu juga, Kuroo langsung bergegas menuju rumah Cierra. Ia sudah sering mendapat masalah seperti ini.
•
•
•
Narkolepsi & Bunga Tidur
•
•
•
Awalnya Kuroo sendiri tak percaya dengan penyakit konyol milik Cierra. Namun, setelah kejadian dimana Cierra hampir bunuh diri gara-gara penyakitnya, Kuroo memutuskan untuk menjaga Cierra untuk waktu yang tak terbatas.
Akhirnya Kuroo langsung masuk ke rumah Cierra dengan kunci cadangan yang memang diberi oleh Cierra kalau ada hal mendadak. Dibukalah pintu rumah itu dan hati Kuroo terasa disayat akan keadaan rumah Cierra.
Rumah yang nampak minimalis dengan cat berwarna biru langit kini kusam digantikan oleh cipratan cat merah yang terbilang banyak. Rumah yang dulu ia masuki nampak indah itu kini hancur dengan banyaknya pecahan kaca dan sampah plastik. Terdapat banyak tulisan yang bernuansa negatif terpampang di berbagai tempat.
"Mati sana" "gausah hidup kamu" "kakakmu yang lebih diperhatikan" "anak cacat sepertimu mending mati sana" "orang tuamu tak peduli lagi denganmu" "heh, elu jangan tunangan ama Tetsurou-sama deh, ga level lu" "anak simpanan mah bebas kalau ayahnya kaya kek gitu. Ga punya malu dia" "aib kok dibiarkan hidup" "ya gini tong sampah dikasih nyawa" "heh tong kosong, mending elu mati sekarang juga"
Dan berbagai kalimat penuh hinaan itu masih tersebar lagi di ruangan lainnya. Kuroo tak percaya bahwa orang lain akan bertindak se ekstrem ini. Kuroo yakin bahwa ada yg membobol paksa rumah ini dan mulai melakukan "word bullying". Nampak ketara dari tulisan, bagaimana keadaan rumah Cierra sekarang dan beberapa bekas darah yang mengering di tempat tertentu.
Saat ini, keadaan mental Cierra yang harus Kuroo perhatikan. Langsung saja ia menuju kamar Cierra dan masuk tanpa mengetuk pintu.
"Ah..Kuroo-san, syukurlah. Kau tak apa ?"
Miris. Yukina yang merupakan teman baik Cierra juga mempunyai bekas luka yang masih baru. Pecahan kaca yang masih ada di pipi Yukina, kaki dan tangan yang tergores, berbagai lebam ditubuhnya. Namun, ia masih bisa tersenyum dan menjaga Cierra beserta rumah ini.
"Aku tak apa, Kuroo-san. Yang paling penting..Cierra.." ucap Yukina menahan tangisnya karena tak bisa menjaga Cierra.
"Tak apa, terima kasih telah menjaganya hingga sekarang. Ah aku obati dulu lukamu"
Tanpa persetujuan Yukina, Kuroo menarik lembut Yukina untuk duduk di kursi. Disebelahnya sudah ada kotak P3K dan Kuroo paham cara memakainya. Ia langsung mengobati Yukina dengan telaten. Setelah selesai Kuroo meminta Yukina agar keluar dahulu untuk membersihkan rumah Cierra. Yukina hanya menurut mengiyakan karena yang sekarang Cierra butuhkan kekasihnya yang merawat Yukina.
"Ah sebelum keluar, pakai ini ok" ucap Kuroo tiba-tiba sambil memberikan mp3 player beserta handsfree. Yukina tau apa yang dimaksud Kuroo dan mengiyakan keputusan Kuroo.
•
•
•
Kuroo hanya menatap nanar wajah ayu sang tunangan. Wajahnya masih bisa tersenyum meski penuh luka. Dipegang erat tangan mungil kekasihnya itu, melihat berbagai bekas luka baru dan lama masih ada disana. Rambut kesayangannya yang terpotong banyak sampai melukai kulit kepala gadis tersayangnya. Kuroo mengatai diri sendirinya dalam hati tak bisa menjaga tunangannya.
"Cierr...maafkan aku..."
'Mmhh...'
Suara erangan itu menyadarkan Kuroo. Gadis bersurai heterokrom itu mulai membuka matanya perlahan. Namun hanya mata kirinya yang terbuka sedangkan mata kanannya tertutup-
Bukan tertutup, tetapi dilukai hingga tak bisa terbuka. Wajah pucatnya itu masih saja bisa tersenyum lembut meski dihancurkan seperti sekarang.
"Ah...Tetsurou, kamu gapapa?"
Mengabaikan pertanyaan gadis itu, Kuroo langsung memeluknya sambil meminta maaf kepada Cierra.
"Tetsurou, aku gapapa kok. Jangan sedih oke ? Biarkan tunanganmu ini menghapus lukamu" ucap sang gadis sambil mencium pipi Kuroo lembut
"Aku sayang Tetsurou..."
"Aku juga menyayangimu, Cierra. Perlukah kita pergi sekarang juga ? Aku gamau kamu kenapa-kenapa lagi"
"Lantas yang menjaga Yukina dan Viel-nii siapa ? Tetsurou mau ?"
"Apapun untukmu, oke. Badanmu penuh luka, biarkan aku membantu membersihkan lukamu oke ?"
"Tak perlu"
Hendak Kuroo membersihkan luka Cierra, tangannya berhenti seolah menurut apa yang Cierra ucapkan.
"Sebentar lagi aku tak bisa bergerak, jadi tak usah Tetsurou bersihkan luka-luka ini"
"Sebagai gantinya, maukah Tetsurou 'melakukannya' denganku ? Sebentar lagi ulang tahunmu bukan ?"
"Ci..cier...ke..kenapa ?"
"Sudah kubilang aku tak bisa bergerak sebentar lagi...ah..Tetsurou..ingat apa yang kau ucapkan di kafe dulu?"
Tertancap imajiner lamanya, Kuroo merasa bersalah mengucapkannya. Gadis ini selalu serius dengan setiap ucapan. Ditatap lekat wajah ayu sang gadis, Kuroo menempelkan dahinya pada kekasihnya itu, membiarkan bau darah dan parfum vanilla itu memenuhi rongga hidung mereka berdua.
"Kau yakin ? Tak akan menyesalinya bukan ?"
"Kalaupun aku dibuang setelah ini, aku sudah siap, Tetsurou"
"Aku takkan membuangmu oke ? Aku yang bertanggung jawab setelah ini"
Dosa ? Tentu saja
Menjijikan ? Tentu saja
Tak etis ? Sangat benar
Tapi, persetan dengan semua aturan itu, yang mereka butuhkan hanyalah perasaan hangat yang saling melengkapi.
To Be Continue...
The next will be mature section, just skip if you don't wanna read it
Regards
Cierra-Zan