MY POSSESIVE BOSS!! SUDAH TER...

By RispiraLubis1701

376K 25.6K 1.2K

SERI - NIKAH YUK.. Versinya Ara. Ditembak Boss sendiri, siapa yang enggak mau! Setelah hampir 6 tahun akhirn... More

BAB I
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
TANYA JAWAB
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
Sedihhhh
BAB 23
BAB 24
BAB 25
EXTRA PART
TANYA DONG
OPEN PO!
Novel Ready

BAB 2

16.2K 951 15
By RispiraLubis1701

Panas.! berterima kasihlah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hari ini cuaca benar-benar cerah bahkan terlampau panas. Jika bukan karena permintaan Pak Rey yang memintaku menunggunya di luar gedung serba guna, tempat dimana acara pernikahan Mas Widodo dengan kekasihnya melangsungkan pernikahan. Sudah pasti aku lebih memilih menunggu di dalam bersama Maya dan Erin. 

Pak Rey tipikal orang yang begitu mendadak, sebelumnya ia tidak mengatakan apapun padaku perihal kehadirannya hari ini bahkan ia sudah terlanjur menitipkan sebuah amplop tebal untuk kuserahkan pada Widodo, tapi kenyataannya pagi hari tadi pukul 6 pagi sebuah pesan singkat masuk melalui aplikasi whatsapp. 

Amara, saya berubah pikiran. Kamu tunggu di depan tempat widodo melangsungkan pernikahan yah. 

Mengenakan dress selutut berwarna merah menyala, sepatu heels setinggi 7 cm, dengan rambut yang baru saja selesai ku catok selama 1 jam, kini mulai kembali berantakan dengan keringat yang perlaha turun dari atas kepala membasahi sebagian dahiku. Pak Rey harus membayar mahal harga bedak yang kukenakan hari ini. 

Sebuah Mobil Pajero Hitam akhirnya muncul, aku mundur perlahan menjauh dari pintu gerbang gedung dan membiarkan satpam jaga mengambil alih. Akhirnya baginda Reynaldi datang. Kupikir ia datang bersama istri serta anaknya, namun lagi-lagi ia hanya seorang diri. Aku berlari kecil, menghampirinya. Ia menatapku dari atas hingga bawah, lalu mengalihkan pandangannya. 

"Yang lain sudah di dalam?" Tanyanya. Aku  menyeka keringat dengan tisue. 

"Sudah, " Kami pun mulai berjalan masuk. "Bapak duluan deh, saya ke kamar kecil dulu," Pintaku. "Bedaknya luntur, malu masa kondangan begini." Ia mengangguk, bukannya masuk terlebih dahulu ia ternyata menungguku di luar. 

"Kenapa enggak masuk duluan Pak?" Tanyaku, heran. 

"Enggak nyaman berjalan sendirian. Kamu kondangan sendiri Mas Nico nya masih berkelana yah?" Godanya, 

Aku tertawa malu, "Iya nih, enggak kasian sama pacar sudah nungguin sampai bulukan begini. " 

"Habis ini rencana kemana?" 

"Pulang sih palingan, mau ngejar skripsi." 

Ia mengangguk, "Temani saya sebentar mau?"

Aku menatapnya, "Kemana Pak?"

"Ada kondangan lagi, temen kampus. Males saja datang sendirian, gimana?"

Kenapa enggak ajak istrinya saja sih. Batinku. "Tapi nanti kita ke tempat lain dulu, pakaian kamu terlalu vulgar," 

Mendengar kata-katanya hampir saja aku tersandung. Aku menatapnya, lalu kembali menatap pakaianku. Masa sih.!  "Saya lebih suka kamu yang natural, dan tidak berlebihan seperti ini." Lanjutnya lagi. Aku menelan ludah, membuka tas dan mencari kaca kecil. Apanya yang berlebihan, make up natural begini doi bilang berlebihan. 

"Enggak salah Pak? Dimananya yang berlebihan?!" Protesku. 

"Warna Lipstik kamu, terlalu menyala Amara, not good." 

Oh, lipstik.... Pak Rey adalah orang kedua yang protes mengenai hal ini setelah Rara. "Saya suka penampilan kamu yang seperti biasa, tidak mengundang perhatian."

Aku merunduk, merasa diceramahi. " Namanya single pak, kan enggak salah cari perhatian lawan jenis." 

Langkahnya terhenti, aku ikut berhenti dan menoleh ke belakang. "Gimana kalau yang terpikat malah om-om yang sudah punya anak bujang? " Tawaku lepas begitu saja mendengarnya. 

"Om-om nya yang penting bukan Bapak kan, "

Wajahnya memerah dan melanjutkan langkah. Maya, Erin, Koh Michael dan staff lainnya sudah berkumpul di satu titik, menunggu kedatangan kami. Kami bersama naik ke atas pelaminan, memberikan ucapan selamat kepada Widodo atas pernikahannya. Lalu menyantap hidangan yang tersaji. Pak Rey tidak mengambil hidangan makanan, ia tergolong orang yang pemilih dan sangat berhati-hati dalam hal kebersihan. Terlebih, ia terlanjur melihat sayuran hijau-hijau dari menu capcay yang tersaji, membuat perutnya mual dalam seketika dan memilih duduk di sudut ruangan tidak mengambil apapun. 

"Masih mual pak?" Aku menghampirinya, "Saya ambilin ice cream yah, mau?" Kalau kata Rara, aku itu adalah tipikal wanita yang sembrono namun perhatian. Rasa peka ku begitu tinggi, meski tidak sesensitive Silfa. Perbandingan kami bertiga adalah, Rara yang paling lamban dalam hal percintaan. 

"Boleh," 

Aku segera mengantri dalam deretan yang lumayan panjang, kuharap pak Rey rela menunggu. "Boleh minta ice nya dua, Pak." Suara berat itu mengalihkan perhatian semua orang. Kami semua menoleh ke pria tinggi nan tegap itu. Setelan kemeja biru dongkernya, membuat si pemilik ice cream terpana. Segera ia langsung memberikan dua mangkuk ice cream ke tangan Pak Rey. Kurasa pria penjaga itu tahu bahwa Pak Rey adalah Bos dari Widodo. Ia menyentuh bahuku pelan, dan aku berjalan mengikutinya. 

"Itu namanya menyelak, budayakan antri dong pak."

"Kamu itu yang daritadi diselak Amara, saya lihat kamu dari jauh selalu didahului oleh orang yang baru datang. "

"Kan saingannya emak-emak, saya sih lebih milih mengalah." Aku menyuap sesuap es krim ke dalam mulutku. 

                                                                                         ***

Aku menatap sebuah butik dihadapanku. Demi menghadiri acara kondangan teman kampus saja Pak Rey rela membelikanku sebuah baju. Kami masuk ke dalam, ia yang memilih dan aku hanya duduk dengan santai. Ia memberiku isyarat, masuk ke dalam ruang ganti dengan pakaian yang sudah ia pilihkan untuku. Pak Rey sendiri mengganti pakaiannya dengan setelan jas berwarna hitam. Entah pernikahan siapa yang akan kami datangi, sehingga harus berpakaian formal seperti ini. 

Aku melangkah keluar, Pak Rey yang sedang membetulkan jam tangannya menatapku sesaat, tertegun sebelum akhirnya melengos. 

"Begini baru enggak vulgar?" Ejekku. 

"Begini seharusnya seorang wanita, Amara. Menghindari yang namanya perhatian dari mata lelaki hidung belang." Aku merenggut. "Sekalian make over yah, senatural mungkin." Lanjutnya lagi.

"Pak, nanti kita dikira pasangan selingkuh loh, kenapa enggak pergi sama Bu Sandra saja sih."

"Katanya personal assisten saya, baru begini sudah mengeluh apalagi ikut saya terbang kesana kemari urusan bisnis."

"Kan kondangan bukan urusan kerjaan Pak, ini sih urusan pribadi."

"Artinya personal assisten apa,?"

"Asisten pribadi kan, "

"Itu paham, pinter." Pak Rey menunjuk ke lantai dua, "Sudah sana naik, temui Bu Iriana, dia yang nanti make up in kamu."

Selesai dengan segala embel embel yang menjadi standar nya pak Rey, kami menuju kawasan jakarta pusat pukul 7 malam. "Bapak enggak bilang sama saya kalau kondangannya jam 7 malam," Cibirku. 

"Sorry yah, nanti saya temui orang tua kamu kalau mereka marah kamu pulang malam."

"Bukan itu pak, itu sih enggak masalah. Cuma kan saya mau kerjain skripsi, sebentar lagi masa sidang di tutup soalnya."

"Oh itu, " Hanya itu saja tanggapannya, tanpa rasa penyesalan. Memasuki gedung hotel, jantungku tiba-tiba berdetak. Ini sih beneran baru pertama kali kondangan ke kelas elit seperti ini. Untung saja pak Rey make over penampilanku, kalau enggak malu deh pasti. Kami berjalan beriringan masuk ke dalam. Ruangan nya begitu besar, 3 kali lipat dari tempat Mas Widodo siang tadi. Dekorasinya juga begitu megah. "Anak pejabat yah Pak yang menikah?" Tebakku, asal. 

"Iya, " Jawabnya, dan tebakanku tak meleset. 

Makin masuk ke dalam, makin banyak yang menegur Pak Rey. Semakin banyak yang  melihat kami semakin aku merasa canggung. Hal ini begitu salah. 

Hingga langkahnya terhenti pada seorang wanita. Ia mengenakan hijab berwarna ungu muda, senada dengan dress panjangnya. Di tangan kanan wanita itu, seorang anak berusia 3 tahunan sedang bergelayut manja. "Rey?!" 

"Hi, ini anak kamu?" Rey beralih pada anak perempuan di samping wanita itu. Tidak lama seorang pria tinggi tegap datang membawa dua piring berisi makanan, yang membuat seketika perutku berbunyi. "Hi, Rey gimana kabarnya?" Tanya pria itu, yang ternyata sepertinya adalah suami dari wanita itu. 

"Baik, " Hanya itu jawabannya. "Gue ke atas dulu deh yah, enggak enak belum ketemu penganten." Pak Rey menoleh ke belakang, mengulurkan tangannya ke arahku. Membuatku terkesiap dalam sesaat, hingga kuputuskan dengan cepat menyambut uluran dari tangannya. Otakku menganalisa bahwa wanita itu adalah mantan kekasihnya. 

Ia menggenggam tanganku dengan erat, telapak tangannya dingin. Aku mendesah pelan, begitu banyak kisah percintaan seperti ini terjadi. "Wanita tadi siapa pak?" Tanyaku, ketika kami menikmati sate kambing yang tersaji disana. 

"Teman kampus dulu,"

"Mantan?!" Tebakku langsung pada pointnya dengan kurang ajar. Pak Rey menatapku, lalu mengangguk. "Bapak Pacaran sama wanita muslim?" 

"Enggak boleh?" 

"Hmmmmm,-"

"Yang enggak boleh itu kan menikah, tapi beda agama" Lanjutnya.

"Pacaran dalam islam juga enggak boleh kok, "

Ia menggigit tusukan daging kambing terakhir. "Jadi kamu enggak pernah pacaran?" 

Aku menyengir, "Pernah sih,"

"Kok putus Pak kenapa?" Tanyaku kepo. 

"Enggak dapat restu dari ortu,"

Bibirku terbuka lebar, tak percaya dengan cerita barusan. "Orang tua dia?"

"Orang tua saya,"

"Ooooohh."

"Habis itu baru deh ya ketemu Ibu Sandra," Lanjutku lagi. Pak Rey menatapku lama, seperti menimbang-nimbang jawaban ia selanjutnya. 

"Enggak juga, sama Sandra saya sudah lama kenal juga kok." 

Aku mengangguk-angguk seperti orang bodoh. "Teman kampus juga Pak?" 

"Sudah selesai makannya? Kita pulang sekarang, nanti kamu kemalaman." Ia berdiri tiba-tiba. Membuat gerakanku pun jadi pontang panting. Aku berlari kecil mengikuti langkahnya. 

"Siapa deh namanya, wanita barusan." Aku berusaha mensejajarkan langkah kami.

"Hal itu penting buat kamu?" Pak Rey menghentikan langkahnya secara mendadak dan berbalik arah, membuat tubuhku membentur dadanya yang bidang. Pak Rey menangkap tanganku dengan sigap. "Kenapa kamu terus bertanya, Amara?"

Aku menatapnya, menyesal telah terlalu ingin tahu. Kugigit bagian bibir bawahku. "Maaf Pak, saya lancang." Ia melepaskan tanganku dan menuju mobilnya. Aku menghembuskan nafas panjang. Berjanji pada diriku sendiri untuk berhenti masuk kedalam hidup pria itu terlalu jauh. 

================

Casting ganti ah, 

Amara Pratiwi ----> Yuki Kato 

Ahahahahhaa, 

Continue Reading

You'll Also Like

268K 7.1K 73
Bagaimana perasaan kalian jika setelah 4 tahun kabur dari persantren, kamu di pertemukan lagi oleh laki-laki yang merupakan anak dari pemilk pesantre...
2.6M 124K 49
ā€¢Obsession Seriesā€¢ Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
353K 7.8K 42
"Udah gue bilang kan, sekali pun bekas lo pasti gue makan" Samuel Wiratama, ketua dari salah satu geng motor yang ada di Jakarta 'Warrior'. Samuel me...
375K 1.2K 16
story about pregnancy and birth