* * *
Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, akhirnya setelah berjam-jam lamanya para petugas itu berhasil membuka paksa pintu lift yang sudah tidak berfungsi itu, mereka masuk ke dalam dan membantu orang-orang yang terkurung di dalam sana
Terlihat Adam, Bima, Azland, dan Kenzo keluar dari dalam lift dengan dipapah oleh para petugas itu, namun saat para petugas itu hendak membantu Asiah, wanita itu langsung mengangkat telapak tangannya memberi isyarat untuk tidak mendekat, para petugas itu mengerti dan melangkah mundur memberi jalan untuk Asiah
.
.
.
Tiga puluh menit kemudian...
.
.
.
Adam, Bima, Kenzo, Azland, dan Asiah, mereka berlima duduk di bangku mengelilingi meja yang sudah di penuhi dengan berbagai macam makanan dan minuman di hadapan mereka, ya itu semua dari pemilik pusat perbelanjaan itu sebagai permintaan maafnya karena mereka sudah terkurung di dalam lift itu selama lebih dari lima jam lamanya, dan tentunya hal itu membuat mereka semua kelaparan
"Alhamdulillah" Ucap Kenzo yang mengadahkan kepalanya ke atas seraya mengusap perutnya yang kekenyangan
"Lo laper apa kesurupan?" Komentar Bima dengan sinis, saat melihat Kenzo menghabiskan tiga piring nasi di hadapannya
"Gue laper, haus, capek, emangnya lo enggak?"
"Biasa aja tuh!" Jawab Bima seraya mengaduk minumannya dengan santai
"Gak usah pasang tampang sok cool gitu deh, geu tau ko' sejak tadi di dalem lift, lo tuh baca doa muluk, takut mati, iya kan?" Ejek Kenzo
"Diem loh" Bima melempar sedotannya ke wajah Kenzo dengan kesal, namun dengan sigap pria yang mengenakan jaket hitam berhoodie itu langsung menghindar
"Yang satu takut mati, yang satunya lagi takut kelaperan, lebay banget sih kalian, lihat Asiah dong, dia cewek tapi enggak banyak ngeluh, enggak kayak kalian berdua" Ucap Azland seraya menunjuk Asiah
Wanita itu hanya mengulas senyum di bibirnya saat mendengar namanya di sebut dalam pembicaraan ketiga pria itu
"Dam, lo ko' diem aja" Komentar Azland yang memperhatikan Adam hanya diam dan menghabiskan makanannya
"Gue enggak suka makan sambil ngomong" Jawab Adam sarkastik
"Oiya, kalian pulangnya ke arah mana?" Tanya Bima
"Timur" Ucap Azland dan Kenzo secara berbarengan
"Kebetulan, gue juga arahnya ke timur, kita bareng aja ya, pake mobil gue" Tawar Bima
"Ok, kebetulan gue juga enggak bawa motor" Kenzo mengangguk mengiyakan
Dam, lo gimana?" Tanya Bima
"Enggak usah, gue bawa mobil sendiri ko"
"Maksud gue, lo pulangnya ke arah mana?"
"Selatan"
"Kalo Asiah?"
Kini Bima beralih menatap Asiah
"Selatan"
"Kalo gitu kamu bareng Adam aja ya, Dam, lo bisa kan anterin Asiah pulang?" Tanya Bima yang langsung di jawab anggukan oleh Adam
"Enggak usah, aku udah pesen Taxi" Tolak Asiah dengan lembut
"Naik taxi sendirian di jam segini, kamu nggak takut, sekarangkan lagi maraknya kasus pelecehan seksual" Ucap Adam dengan hati-hati, sebenarnya ia sedang berusaha membuat Asiah untuk ikut dengannya
"Insya Allah, aku akan baik-baik aja, karena aku udah pake pakaian yang seharusnya di pake oleh seluruh wanita muslim di dunia, kebanyakan wanita yang menjadi korban pelecehan seksual itu adalah wanita yang menantang, yang memakai pakaian minim memamerkan lekuk tubuhnya"
Adam dan yang lainnya menatap Asiah tak percaya, bagaimana mungkin wanita itu dengan santai dan percaya dirinya mengatakan kalau dia akan baik-baik saja hanya karena ia memakai jilbab, ya dia memang menutupi seluruh tubuhnya dengan Abaya dan kerudung hitam yang ia kenakan, tapi itu sama sekali tidak menutupi kecantikannya, bibir merah, hidung mancung, dan matanya yang indah, akan membuat siapaun terpesona saat melihatnya
"Tapi ini udah jam tiga pagi Asiah.." Adam berusaha menyadarkan wanita cantik itu
Drrrrttt.... drrrrttt... drrrttt...
Tiba-tiba HP Asiah bergetar menandakan panggilan masuk, wanita bermata coklat keemasan itupun langsung menggeser tanda hijau di benda tipis persegi panjang itu
"Halo?" Ucapnya seraya mendekatkan benda berwarna hitam itu ke telinganya
""...""
"Oh! iya pak, saya kesana sekarang"
Asiah segera mematikan HP-nya dan beranjak berdiri
"Aku duluan ya, taxi-nya udah datang" Ucapnya seraya menyelipkan tas selempangnya di bahunya dan berlalu pergi
"Tunggu dulu" Adam segera beranjak dari duduknya dan mengejar Asiah
Wanita itu berbalik menatap Adam yang mengejarnya
"Ini" Adam mengulurkan kartu namanya pada Asiah
"Kalo terjadi sesuatu, atau kamu sedang butuh bantuan, hubungi aja nomer itu"
"Terimakasih" Ucap Asiah saat menerima kartu nama itu
"Asiah, Aku senang bisa kenal sama kamu, aku akan selalu mengingat saran kamu soal memilih wanita yang baik dari yang terbaik, adalah ibadahnya, aku juga akan selalu mengingat pertemanan kita yang singkat ini" Ucap pria bertubuh tegap itu
"Aku juga" Balas Asiah
"Kalo jodoh, kita pasti akan ketemu lagi, tapi aku harap itu bukan lagi terjebak di lift" Candanya
Asiah hanya tersenyum mendengar candaan Adam
*
*
* * * * * * *
*
*
Di sebuah kamar hotel bintang lima, terlihat seorang pria dan wanita sedang bergulat di atas ranjang tanpa mengenakan sehelai benangpun, mereka sama-sama mendesah nikmat hingga mengabaikan telpon yang berdering sejak tadi, merasa terganggu, pria itupun menghentikan aktivitasnya dan meraih benda itu dengan kesal
"Halo?" Ucapnya dengan suara serak
Kamu dimana sekarang?
"Di rumah ma"
Rumah yang mana, sekarang mama ada di rumah kamu, tapi kamu enggak ada disini?
"Rumah temen"
Jangan bohong Kamu Yusuf, kamu pikir mama enggak tau, kamu dimana dan apa yang kamu lakukan sekarang!!
"Ma.. "
Pulang sekarang!!
"Ma, ini jam tiga pagi" Ucap Yusuf seraya melihat jam dinding di kamar hotel itu
Mama enggak mau tau, pokoknya besok malam kamu harus datang ke rumah mama, jam 7
Tut... tuuutt....
Yusuf menghela napas kesal dan kembali meletakkan HP-nya di atas nakas di samping tempat tidurnya
Wanita cantik berambut panjang yang terbaring di sebelahnya itu beranjak duduk dan melingkarkan kedua tangannya ke leher Yusuf, dia membiarkan tubuh putih mulusnya terekspose begitu saja
"Siapa sayang?" Bisik wanita itu di telinga Yusuf
Bisikan itu kembali membuat Yusuf menegang, ia langsung berbalik dan menindih wanita itu dengan tubuh kekarnya, di balik punggung tegap dan tangan kekarnya itu, terlihat wanita itu menikmati setiap ciuman yang Yusuf berikan di setiap inci tubuhnya, dan tidak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk kembali bercumbu di kamar yang minim dengan penerangan itu
.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
7.00
Rumah sakit Bhayangkara
Terlihat seorang wanita yang mengenakan Abaya hitam dipadukan dengan kerudung syar'i berwarna biru muda, sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan tergesa-gesa
"Dokter" Ucapnya saat melihat seorang dokter laki-laki yang berdiri di depan ruang ICU
"Bagaimana keadaan mama saya?"
"Detak jantungnya sempat melemah dalam beberapa saat, namun sekarang kondisinya sudah kembali stabil" Jelas dokter itu
"Syukurlah" Asiah menghela napas lega
"Asiah, maaf jika saya ikut campur, tapi ini sudah sepuluh tahun, dan menurut medis, ibu kamu sudah di nyatakan mati otak, kemungkinan untuk sadar kembali itu sangat.."
"Kecil?" Asiah menyela ucapan dokter itu
"Saya tau dokter, saya juga tau dokter mau bilang apa, tapi, saya tidak akan pernah menyerah, sekecil apapun kemungkinannya, bahkan walaupun saya harus menunggu seumur hidup, itu tidak masalah, saya akan terus menunggu sampai mama saya kembali membuka matanya"
"Asiah, mengikhlaskan itu bukan berarti menyerah, kamu harus belajar untuk ikhlas, selama ini kamu sudah berusaha cukup keras, kamu bahkan sudah kehilangan semua harta benda kamu demi membiayai pengobatan ibu kamu"
"Dokter saya mohon"
"Saya tidak bisa membantu kamu lagi Asiah, pihak rumah sakit sudah memberikan keringanan selama tiga bulan terakhir ini, tapi jika bulan ini kamu masih belum bisa melunasi semua biaya administrasinya, terpaksa pihak rumah sakit akan melepaskan semua alat bantu yang menopang hidup Ibu kamu"
Lutut Asiah terasa lemas, ia tak mampu lagi menahan air mata yang mengalir membasahi pipinya, ia masih tidak bisa merelakan ibunya yang sudah dinyatakan koma selama sepuluh tahun itu
- - - - - - - -
- - - - - - - -
- - - - - - - -
Dalam keadaan galau bingung dan bimbang, Asiah berjalan di atas trotoar seraya menunduk memandangi kartu nama yang tempo hari diberikan Adam padanya, ya pria tinggi berparas tampan itu pernah memberinya sebuah kartu nama, dan menyuruhnya untuk menghubunginya kapan saja
Sesaat, Asiah sempat ragu, namun perlahan jari lentiknya mulai mengetik dua belas angka di layar HP-nya
"Halo?" Ucapnya seraya mendekatkan benda tipis itu di telinganya
Halo
"Halo, ini aku Asiah, tempo hari kita pernah terjebak di lift bersama"
Oh! Asiah, kamu apa kabar?
"Baik"
Kamu dimana sekarang?
"Di dekat kafe Mentari"
Lima menit lagi aku sampai disana, kamu tunggu aku ya
Tuutt.. tuutt..
Tanpa menunggu jawaban dari Asiah, Adam langsung mematikan HP-nya dan memutar balikkan mobilnya seratus delapan puluh derajat, ia melaju dengan sangat kencang seolah takut Asiah akan meninggalkannya kalau ia tidak sampai dalam waktu lima menit
Begitu tiba di kafe Mentari, Adam langsung memarkirkan mobilnya dan bergegas masuk ke dalam, ia melangkah menghampiri Asiah yang sedang duduk termenung di dekat kaca menatap para pejalan kaki yang berlalu lalang di sekitar kafe itu
"Ehem!" Adam berdeham menyadarkan Asiah yang seketika membuat wanita itu mengadahkan kepalanya
"Aku enggak terlambat kan?"
"Pas lima menit" Ucap Asiah seraya menunjukkan jam yang melingkar di pergelangan tangannya
Adam membuka kancing jasnya dan duduk di bangku kayu yang berhadapan dengan Asiah
Tak lama kemudian seorang waters wanita yang berseragam hitam putih datang menghampiri mereka seraya membawa buku menu di tangannya
"Permisi, mau pesan apa?" Tanyanya
"Juice Alpukat" Ucap Asiah
"Saya juga " Timpal Adam
"Baiklah, dua juice Alpukat akan tiba dalam waktu satu menit" Ucap waters itu yang berlalu pergi
"Kamu ko' bisa cepet sampai disini?" Tanya Asiah
"Ya, tadi kebetulan aku lagi di sekitar daerah sini, oiya kamu tiba-tiba telpon aku bukan karena pengen ketemuan sama aku kan?" Ucap Adam yang menyunggingkan senyumnya
"Ya, kamu pernah bilang, kalo aku butuh bantuan, aku bisa minta tolong sama kamu?"
"Ya tentu, selagi aku bisa, aku pasti bantu kamu"
Asiah hanya diam menatap pria yang kini duduk di hadapannya itu, ia masih menimbang bimbang apakah ia harus meminta tolong pada pria yang baru dikenalnya itu
"Jadi, apa yang bisa aku minta?" Ucap Adam yang meletakkan tangan kekarnya di atas meja
"Aku butuh uang"
"Berapa?"
"Lima ratus juta"
"Apa!!" Adam langsung terperanjat dan menggebrak meja di hadapannya
"Asiah, aku ini cuma karyawan biasa di sebuah perusahaan, aku enggak punya uang sebanyak itu"
Asiah berusaha menutupi kekecewaannya dengan senyuman, ia sadar kalau meminjam uang pada Adam itu sangat tidak mungkin
"Maaf, kalo boleh aku tau untuk apa uang sebanyak itu?"
"Lupain aja, aku cuma bercanda ko"
"Tapi kalo kamu butuh pekerjaan, aku bisa bantu"
"Pekerjaan?"
"Ya, kebetulan di perusahaan tempat aku bekerja, membuka lowongan untuk posisi sebagai HRD, kalo kamu mau aku bisa anter kamu kesana sekarang"
"Aku mau"
" " " " " " " " " " " "
" " " " " " " " "
Asiah duduk dengan gugup menatap CEO muda yang kini sedang mewawancarainya, CEO tampan bermata tajam dan berbadan atletis itu tak sedikitpun melepaskan tatapannya dari Asiah
"Jadi sebelumnya kamu pernah bekerja sebagai manajer umum?" Tanyanya
"Ya"
"Kenapa berhenti?"
"Masalah pribadi pak"
"Ok, saya terima kamu bekerja disini" Ucap pria itu seraya menutup map milik Asiah
"Tapi..? Kamu harus melepas jilbab kamu"
Jantung wanita yang mengenakan Abaya hitam dengan kerudung syar'i berwarna coklat itu serasa berhenti berdetak saat mendengar syarat yang di ajukan calon atasanya itu
"Maaf pak, tapi jilbab ini adalah pakaian saya, jika bapak menyuruh saya lepas jilbab, berarti bapak menyuruh saya telanjang, dan saya tidak bisa bekerja dalam keadaan telanjang" Ucap Asiah dengan tegas
"Kamu bekerja di ruangan tertutup, kamu tidak perlu pakai jilbab disini, nanti kalo kamu keluar dari gedung ini, baru kamu boleh pakai lagi"
"Maaf pak, tapi sepertinya presepsi bapak tentang jilbab itu salah, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan di dalam atau di luar ruangan, karena wanita muslim itu sebenarnya hanya boleh menunjukkan auratnya di depan suami, ayah kandung, ayah mertua, putra suami, putra saudara kaki-laki, putra saudara perempuan, sesama wanita islam, pelayan perempuan, pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita, dan anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita" Jelas Asiah panjang lebar
CEO muda bermata tajam itu melongo tak percaya mendengar penjelasan wanita itu, ya mungkin ini pertama kalinya ia di ceramahi panjang lebar seperti itu, dan itu oleh orang yang sedang di interview-nya saat ini
"Maaf, sepertinya pekerjaan ini tidak cocok untuk saya, saya permisi" Ucap Asiah yang beranjak dari duduknya
"Kamu diterima bekerja disini" Ucap CEO itu yang seketika membuat wanita itu berbalik menatapnya
"Saya tidak mau melepas jilbab saya"
"Saya tidak menyuruh kamu melepas jilbab kamu"
Asiah mengerutkan keningnya tidak mengerti
"Saya tidak peduli sedekat apapun kamu dengan pemilik perusahaan ini, tapi jika kamu melakukan kesalahan, saya tidak akan segan-segan untuk menegur kamu"
Asiah terdiam berusaha mencerna apa yang baru saja ia dengar, namun ia memilih mengabaikannya dan pamit keluar dari ruangan itu, ia bergegas keluar dari gedung pencakar langit itu dan menghampiri Adam yang menunggu di depan mobilnya
"Bagaimana?" Tanya Adam
"Aku diterima!" Jawab Asiah dengan antusias
"Aku bilang juga apa, kamu pasti diterima"
"Tapi.. ada yang aneh"
"Apa?"
"Tadi CEO yang interview aku itu bilang, kalo aku deket sama pemilik perusahaan ini"
Mendengar hal itu ekspresi Adam langsung menegang seketika,
"Kamu kenapa?" Tanya Asiah
"Enggak papa, udah enggak usah di pikirin, yang penting sekarang kamu udah punya pekerjaan"
# # # # # # # #
# # # # # # #
19.30
Di sebuah rumah mewah yang mendominasi warna putih, terlihat seorang wanita paruh baya sedang mondar mandir di depan rumahnya dengan gelisah
Tak lama kemudian sebuah mobil BMW berwarna hitam memasuki pekarangan rumah itu, dan terlihat seorang pria tampan yang mengenakan kemeja putih dengan tinggi 180cm berjalan dengan gagahnya menghampiri wanita paruh baya yang sudah menunggunya sejak tadi
"Kamu terlambat Yusuf!" Ucap wanita paruh baya itu dengan kesal
"Tadi aku ada meeting penting mah, lagian mama kenapa sih, tiba-tiba nyuruh aku kesini?"
"Mama mau ngenalin kamu sama seseorang, ayo masuk!" Perintah wanita paruh baya itu yang segera berbalik dan melangkah masuk ke dalam
Yusuf menghela napas frustrasi, ia tahu ibunya tidak akan pernah berhenti menjodoh jodohkannya sebelum ia mengatakan iya, dan benar sekali, saat Yusuf menginjakkan kakinya di ruang tengah, ia melihat seorang wanita berjilbab sedang berdiri membelakanginya, perlahan ia pun melangkah menghampiri wanita berjilbab itu yang sedang asyik mengobrol dengan kedua orangtuanya
Namun, ketika wanita berjilbab itu berbalik, ia tertegun menatap wanita yang di wancarainya tadi siang, kini berdiri di hadapannya dengan ekspresi yang tak kalah terkejutnya
"Asiah?" Ucap Yusuf masih dengan ekspresi terkejutnya
"Pak Yusuf?" Timpal Asiah yang juga tak kalah terkejutnya
* * *
Jangan lupa votenya ya!! makasih