*
Seorang gadis berambut sebahu mengalihkan pandangannya keluar jendela kelas kampusnya. Awan biru yang cerah lebih menarik baginya ketimbang penjelasan materi dari dosen dikelasnya. Dengan tangannya sebagai penopang, pandangannya teralih ke lapangan kampusnya. Beberapa mahasiswa laki laki sedang bermain sepak bola.
Pandangannya tertuju pada satu orang yang tengah membuka bajunya memamerkan tubuhnya yang sedikit berotot itu. Ia tau siapa pria itu, sangat mengenalnya
"Sstt.. Julia, kakak lo masuk ke jajaran mahasiswa terbaik lagi tahun ini"
Gadis yang dipanggil Julia itu menoleh ke sampingnya. Ia tersenyum tipis. Baginya itu hal biasa baginya. Tidak heran jika mereka menyelipkan kata Lagi jelas saja karena karena kakaknya bukan hanya pertama atau kedua kalinya masuk ke dalam kategori mahasiswa terbaik dikampusnya
"Dia mah udah gak kaget ya gak Julia kan udah biasa kakaknya masuk kategori mahasiswa terbaik. Gue mau tuh punya kakak kaya lo" ucap teman kelasnya yang duduk didepan kursinya. Lagi ia hanya menanggapinya dengan senyum kecil. Bukan tidak bangga, tapi mereka terlalu berlebihan mensikapi prestasi kakaknya
"Ayo, beri salam pada senior senior kalian!" Ujar Dosen kelasnya begitu beberapa mahasiswa terbaik masuk ke kelas
"Pagi Kak!" Seru semua mahasiswa tapi tidak dengan Julia yang hanya diam menatap satu orang diantara mahasiswa yang kini berdiri didepan kelasnya
"Seperti yang kalian tau mereka ini adalah mahasiswa jurusan broadcasting terbaik kampus kita, silahkan"
"Terima kasih Bu" ujar salah satu mahasiswa bernama Reno
"Baik, saya minta perhatiannya sebentar, maksud dan tujuan kami kesini adalah......."
Reno maju selangkah ke depan memberikan penjelas serta maksud dari kedatangan mereka yang tidak lain adalah untuk membimbing junior junior mereka, memperdalam teori serta praktikum yang telah diajarkan
Julia kembali menatap keluar jendela. Moodnya memburuk saat seseorang yang sedari tadi teman temannya bicara tentang mahasiswa terbaik kini berada dikelasnya
Berbeda dari itu, gadis berambut sedikit pirang menatap gadis berambut sebahu yang duduk dipojok kelas, dia adalah Julia. Pandangan mereka bertemu beberapa detik namun Julia segera memutuskan pandangan mereka membuat gadis berambut pirang menghela nafasnya pelan
"...jadi bagi kalian jangan sungkan ya untuk bertanya atau mungkin kalian bentuk kelompok sendiri dan kalian bisa memilih salah satu dari kami untuk menjadi mentor kalian"
Seisi kelas bersorak ramai. Bagaimana tidak, deretan mahasiswa terbaik ini berisikan cowok dan cewek ganteng dan cantik serta famous dikampus.
"Lo, gue dan kita bertiga jadi kelompok oke! Dan mentor kita adalah Kak Resti !" Ujar salah satu mahasiswa laki laki
Reno menoleh pada Resti, Resti menganggukkan kepalanya
"Oke! Kalau kalian mau buat kelompok masing masing berisikan 5 orang ya! Dan kalian pilih sendiri mentor kalian diantara kami. Kalau mentor yang udah terpilih kelompok lain tidak bisa menjadi mentor untuk kelompok yang lain lagi" jelas Reno yang tentu saja membuat para mahasiswa dikelas berhambur membuat kelompok dan memilih mentor mereka
"Kelompok gue Kak Resti!"
"Oke gue Kak Relia"
"Eh kita Kak Reno aja"
"Kak Angel skuy! Julia lo ikut kelompok gue ya!"
Dan masih banyak lagi. Kerinutan berakhir dan semua kelompok dalam kelas tersebut sudah terbentuk berikut dengan mentor mereka
"Oke ini saya bawa ya, mulai siang ini kalian bisa bertemu dengan mentor kalian untuk membicarakan jadwal latihan kalian"
"Baik Kak"
Reno dan kawan kawan berpamitan pada dosen yang telah mengajar lalu keluar dari kelas. Julia yang belum menyadari satu hal akibat ia terus melamun menatap keluar jendela bahwa kakaknya sendiri yang akan menjadi mentornya. Satu satunya orang yang membuat moodnya rusak dalam hitungan detik
Siang ini seperti yang disepakati kelompok Julia, mereka akan latihan bersama mentor mereka
Tepat pukul 2 siang, mereka sudah berada dipinggir lapangan tetapi Julia belum terlihat sampai sekarang
Angel, yang merupakan mentor mereka berjalan dilorong hendak menemui juniornya begitu salah satu dari mereka mengirimi chat bahwa mereka sudah menunggu
Dipersimpangan dekat lapangan langkahnya melamban ketika akan bertemu dengan seseorang
"Lo kok belom pulang?" Tanya Angel saat mereka sudah berjalan beriringan. Julia yang terkejut ada orang yang berjalan disisi kanannya segera mengambil jarak
"Gue ada latihan sama mentor" ucap Julia lalu mempercepat langkahnya meninggalkan Angel dan berbelok ke arah toilet
Angel yang tidak memperdulikan sikap adiknya tersebut menggidikan bahunya acuh lalu melanjutkan langkahnya
"Maaf ya kakak telat, tadi ada hal yang harus di urus soalnya"
"Oh ya gpp kak, ini kak minum untuk kakak" seorang mahasiswa bernama Ferdi memberi sebotol minuman dingin pada Angel
Angel tersenyum lalu mengambil minuman tersebut
"terima kasih.." sambil tersenyum
"Aaahh~~ gue meleleh Guys disenyumin Kak Angel" ucap Ferdi sok dramatisir yang tentu saja mengundang tatapan jijik bagi teman temannya yang lain. Angel hanya tersenyum melihat itu
"Baik, kita mulai dari dasarnya dulu ya, kalian udah bawa perlengkapan yang Kakak suruh kan?"
"Bawa kak!"
"Oke kita mulai dari nge-take gambar dulu ya, mengatur ISO dan menentukan angle yang tepat"
"Bentar kak, temen kita belum dateng satu lagi"
Alis Angel mengeryit "siapa?"
"Julia kak"
Angel sedikit terkejut namun detik berikutnya ia berusaha bersikap biasa
Tak lama Julia berjalan menghampiri kelompoknya. Dahinya mengkerut begitu melihat Angel yang berdiri didekat kelompoknya selanjutnya ia membulatkan matanya. Ia baru menyadari satu hal, bahwa Angellah yang menjadi mentor kelompoknya. Ia merutuki dirinya sendiri akibat terlalu lama melamun tadi dikelas. Andai saja ia tau bahwa Kakaknyalah yang menjadi mentornya tentu ia tidak akan mau tergabung dalam kelompok ini
Kegiatan mereka berlangsung dua jam. Selama itu juga Julia hanya menunjukkan ekspresi datarnya apalagi saat Angel memberikan pengarahan padanya. Ia hanya berdehem atau lebih parahnya tidak mengeluarkan suara sama sekali
Angel melihat hasil foto yang diambil masing masing juniornya. Alisnya mengerut saat melihat hasil foto yang menurutnya buruk
"Ini yang ngambil foto kaya gini siapa?" Ia menunjukkan foto blur tersebut discreen kameranya. Untuk mempermudah baginya membedakan hasil foto masing masing seniornya ia menyuruh mereka menggunakan kameranya
Mereka saling tatap. Lalu Julia mengacungkan tangannya tanpa ada rasa bersalah atau apapun
"Kan udah Kakak ajarin tadi caranya fokus, kenapa masih blur gini?"
Julia tidak menjawab ia hanya menggidikkan bahunya acuh. Angel hanya menghela nafasnya kasar melihat kelakuan adiknya yang menurutnya sangat kekanak kanakan. Jelas Julia sengaja membuat fotonya yang ia ambil menjadi blur karena Julia adalah anak yang hoby photographer, sejak sekolah menengah pun sudah banyak koleksi fotonya yang bagus bagus
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore itu artinya saatnya mereka untuk pulang. Julia berjalan keluar gerbang kampusnya
Tin tin
Mobil Mazda RX8 merah menghampirinya. Membuka jendelanya memperlihatkan pemilik mobil sport tersebut yang tidak lain adalah Angel
"Heh! Masuk!"
Julia melirik sebentar
"Nggak"
Mobil Angel menghalangi jalan Julia. Ia keluar dari mobilnya menghampiri Julia
"Gue bilang masuk ya masuk!" Ia mencengkram pergelangan tangan Julia
"Lepasin! Lo apaan sih maksa maksa gue!"
Julia melepas cengkraman tangan Angel
"Gue kakak lo! Lo harus nurut sama gue!"
Julia menatap sinis Angel tanpa memperdulikan Angel yang juga menatapnya tajam ia hendak melangkahkan kakinya
Kesabaran Angel telah habis ia menarik tangan Julia lalu membuka pintu mobilnya mendorong Julia untuk masuk ke dalamnya dan menutup pintunya lalu ia berjalan ke pintu sebelahnya
"Lo harus pulang sama gue! Apa kata nyokap bokap kalo kita pulang masing masing sedangkan kita satu kampus!"
Julia tersenyum kecut "Mamah papah cuma perduli sama lo bukan sama gue" ucap Julia pelan sambil menatap keluar jendela. Angel menoleh ke arah Julia sebentar. Dadanya sesak mendengar ucapan adiknya. Ini bukan pertama kalinya ia mendengar ucapan yang menohok tenggorokannya. Ia mencengkram kuat setirannya menahan emosinya
Malam hari mereka berkumpul untuk makan malam
"Gimana hari kamu dikampus Ngel?" Tanya Gerald, papah mereka
Angel sempat melirik ke arah Julia yang duduk didepannya
"Kaya biasa aja pah cuma Angel diberik kesempatan untuk mentorin junior pah"
"Wah bagus dong, papah tau kamu memang berbakat, kamu mewarisi bakat papah, papah bangga sama kamu!"
Angel hanya tersenyum kecil. Ia mengalihkan pandangannya pada adiknya yang sudah melahap makanannya dengan acuh
"Udah ngobrolnya, makan dulu sekarang" ucap Gracia, Mamah mereka
Angel berdiri dibalkon kamarnya. Sedari tadi ia memperhatikan Julia, yang duduk dibalkon kamarnya dengan earphone menyumpal di kedua telinganya
Ingin sekali ia menghampiri Julia, berbincang dengannya dan bercanda menikmati waktu malam mereka seperti dulu. Pikirannya melayang ke beberapa tahun lalu dimana mereka adalah pasangan kakak beradik yang cukup kompak. Julia yang memiliki sifat manja terhadap kakaknya membuat Angel selalu tertawa saat adiknya merengek minta dibelikan sesuatu. Angel selalu memenuhi keinginan adiknya. Ia sangat menyayangi adik satu satunya tersebut.
Namun, seiring berjalannya waktu, mereka sama sama sudah dewasa. Perlakuan yang diterima dari kedua orang tuanya cukup berbeda antara Julia dan Angel. Kedua orang tuanya selalu membanggakan Angel sang kakak yang selalu berhasil menorehkan segudang prestasi. Awalnya Julia ikut senang, namun lama kelamaan saat ia dijadikan perbandingan oleh orang tuanya saat itulah Julia mulai menjauhi Angel. Ia sudah mencoba namun tetap saja hasilnya tidak sebaik Angel. Melihat itu Angel mencoba memberikan nasihat pada adiknya namun Julia mulai bersikap acuh. Bahkan Angel menawarkan diri untuk mengajari Julia tetap saja Julia tidak mau dan menganggap Angel membanggakan diri didepannya
Sampai akhirnya Julia dimasukkan ke universitas yang sama dengan Angel. Kedua orang tuanya berharap agar Julia bisa berkembang seperti sang kakak disana namun yang terjadi malah sebaliknya. Setiap kali mereka bertemu, Julia selalu menghindarinya.
Sadar sedang diperhatikan, Julia menoleh ke sampingnya. Tatapan mereka bertemu, Angel memberikan senyum tipisnya berharap adiknya melakukan hal yang sama. Lagi lagi itu hanya ekspekstasinya. Julia bangkit melangkah masuk ke dalam kamarnya.
Angel memejamkan matanya menahan kembali sesak didadanya. Ini terlalu sakit baginya, bulir bening menetes membasahi pipinya. Segera ia hapus dengan tangannya lalu masuk ke dalam kamarnya
*
".. So, yah... nextnya kita akan buat sebuah short film berdurasi 5 menit seperti yang kemarin kakak udah kasih tau. Temanya bebas kalian bisa buat skripnya sendiri"
"Kak, kita akan syuting dimana?"
"Kita akan syuting dibelakang gedung B kampus kita. Kakak udah booking tempat disana biar kelompok lain gak memakainya tapi kita hanya punya waktu 2 jam. Untuk itu kalian harus mempersiapkannya secara matang"
Mereka mengangguk semangat pasalnya beberapa minggu ini Angel sudah melatih mereka dengan baik dan menurut Angel mereka layak untuk diuji keahlian masing masing
*
Keesokannya, Angel melihat kelompoknya tengah sibuk dengan tugas mereka masing masing. Ada Riko dan Ferdi yang sibuk merekam video dengan kameranya, Tya selaku sutradara , Gina produser dan Julia sebagai Audioman
Angel memperhatikan Julia yang memegang Audio. Sesekali ia terlihat keberatan saat harus berpindah posisi
"Cut! Boom micnya masuk frame nih, Julia angkat sedikit dong"
Julia hanya menatap Tya sebal. Kembali mereka melanjutkan syuting mereka. Namun, Julia selalu mengulangi kesalahan yang sama membuat teman temannya sedikit geram dengannya
"Heh Julia! Lo kalo ada masalah sama kakak lo jangan dibawa bawa ke kelompok dong! Profesional dikitlah!" Tegur Tya padanya
"Gue harus edit dan membuang scene yang suaranya ancur tau gak lo. Kacau sih, gue gak yakin kita bisa menang sama kelompok lain" ujar Riko yang juga merangkap ke bagian editing
"Gue gak bawa masalah pribadi gue ke kelompok! Gue emang saat itu kurang sehat" alih alih Julia beralasan
"Lo jujur deh mendingan, dari awal saat lo tau Kak Angel itu mentor kita sikap lo tuh acuh banget. Bahkan beberapa kali lo bersikap seolah menghindar gitu childish tau gak lo" ucap Tya kembali
Julia hanya diam menatap satu satu temannya yang berdiri didepannya
"Padahal waktu semester satu lo sempet meraih salah satu maba terbaik saat kampus kita adain lomba short film juga dulu. Gue gak percaya selain masalah pribadi antara lo dan kakak lo yang membuat lo begini" ucap Ferdi
"Fer, saat itu kan gue yang megang kamera bukan audio. Ya jelas beda lah" ujar Julia membela diri
"Gue tau lo sejak kita masih ospek dulu. Dan kemampuan lo disegala bidang yang bikin short movie kita bagus dulu. Masa sekarang lo cuma megang audio aja jadi rusak gini" ujar Ferdi kembali
Julia kehabisan kata kata. Ia hanya bisa diam
"Berdoa aja mudah mudahan ada yang lebih buruk dari kita jadi kita gak juara terakhir" ucap Tya berjalan meninggalkan mereka di ikuti yang lain
Julia menundukkan kepalanya. Ia sudah bersikap kelewatan kali ini. Mereka benar, ia membawa masalah pribadinya ke kelompok yang menyebabkan kelompoknya tidak bisa semaksimal mungkin
Ditempat lain, Angel yang tadinya hendak menuju perpustakaan berhenti saat melihat kelompok Julia dilorong. Ia mendengarkan hampir semua yang dibicarakan teman temannya terhadap Julia
Angel menghela nafasnya. Ia sudah melihat hasil karya kelompok seniornya. Tidak bisa ia pungkiri itu benar memang kesalahan adiknya. Ia merasa bahwa ia lah yang membuat Julia tidak berusaha semaksimal mungkin karena kehadirannya
"Lo ngapain Ngel senderan disini?" Angel terkejut lalu menoleh ke belakang
"Eh nggak kok, gue mau ke perpus balikin buku yang kemarin gue pinjem"
Dia adalah Reno
"Sini gue bantu bawain" Reno mengambil beberapa buku dari tangan Angel
"Eh gak usah kali"
"Udah ayo tar lo keberatan makin cebol lagi" ujar Reno meledek
"Reno! ih nyebelin banget sih!"
"Hahahaha...."
Ditempat lain ada seorang pria yang tidak suka melihat pemandangan tersebut. Ia mengepalkan tangannya menatap geram ke arah Angel dan Reno yang berjalan bersama
"Lo akan nerima pembalasannya Angel lihat aja nanti"
*
Julia sedang duduk sendiri dikantin kampusnya. Kejadian beberapa hari lalu membuatnya sedikit dijauhi oleh teman temannya. Ya, kelompok Julia merupakan hasil terburuk dan mereka tidak mendapat nominasi apapun. Semua temannya menyalahkannya untuk itu
"Boleh duduk disini gak?"
Julia menoleh menatap pria berkemeja kotak kotak disebelahnya sambil tersenyum
"Boleh Kak, gak ada larangannya juga" ucap Julia kembali meminum es kelapanya
Pria itu bernama Arfi yang pernah menjalin hubungan dengan Angel. Untuk itu Julia tidak begitu terkejut kehadiran Arfi disebelahnya. Sejak putus dengan Angel memang Arfi masih sering menyapanya jika bertemu dengannya
"Kamu kok sendirian? Kaya jomblo aja"
Julia mendelik
"Gak usah ngeledek kak. Mendingan jomblo daripada gagal move on" balas Julia meledek
Arfi terkekeh. Ya memang seantero kampus tau Arfi terkadang masih mencari kesempatan untuk dekat kembali dengan Angel tidak jarang Arfi dengan terang terangan mengajak balikan Angel yang tentu saja Angel tolak mentah mentah
"Mau pulang bareng?" Tawar Arfi saat mereka berada diparkiran. Julia mengedarkan pandangannya lalu berhenti saat melihat mobil sedan merah milik kakaknya masih terparkir rapih
"Gak ngerepotin kan?"
"Elah ya nggaklah, kaya sama siapa aja deh lo"
"Iya gue kaya berasa sama mantan kakak gue kok"
Arfi menatap malas ke arah Julia membuat Julia tertawa
"Udeh deh masuk daripada gue tinggal nih"
Julia yang masih tertawa pun masuk ke mobil Arfi dan Arfi mengantar Julia pulang
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore, Angel yang khawatir berdiri didepan terasnya menunggu kepulangan adiknya. Saat bubar kampus, memang dia sedikit telat karena harus mengurus himpunan mahasiswa dikampusnya. Ia menyesal mengikutsertakan dirinya ke dalam kelompok himpunan mahasiswa jika tau ia harus pulang telat setiap harinya karena kegiatan yang diadakan kelompoknya
Mobil honda Jazz hitam berhenti didepan gerbang. Angel yang melihat Julia turun dari mobil tersebut segera menghampirinya
"Gue nyariin lo dikampus tadi kenapa lo gak ngabarin gue kalo udah pulang?"
Julia menatap Angel datar
"Bukan urusan lo"
"Heh Julia!! Dengerin kalo gue lagi ngomong!!"
"Woah woah woah, sabar atuh neng, kan yang penting adek lo udah gue anter pulang" ucap Arfi yang sudah berdiri disamping Angel
"Anter pulang kata lo? Heh! Dia kelar kelas aja jam 2 siang dan sekarang jam setengah 6 sore! Lo bawa kemana adek gue hah!!"
"Berisik tau gak lo! Teriak teriak kaya di utan aja lo!" Ujar Julia menutup kedua kupingnya
"Makan siang dulu kali, lo gak pernah kan ajak adek lo makan siang sepulang kampus?"
Alis Angel mengeryit. Bukan tidak pernah Angel mengajak Julia makan siang namun sering kali Angel mendapat penolakan dari Julia
"Dek, lo selalu nolak gue ajak makan siang" lirih Angel
Julia menatap kedua bola mata kakaknya yang sudah mulai memerah itu. Ada rasa tidak tega saat Angel menatapnya dengan tatapan kekecewaan. Namun, mengingat semua yang terjadi membuat Julia dikuasai kembali oleh kekesalannya. Baginya, rasa kecewa yang diterima Angel masih belum apa apa dibanding rasa kecewa yang ia rasakan
"Gue mau masuk" Julia melangkah masuk namun tangannya ditahan oleh Angel
Ia dapat dengan jelas melihat air mata dipelupuk mata kakaknya
"Gue kakak lo, Julia"
Julia menghempaskan tangan Angel kasar
"Terus kenapa? Berhenti ngurusin hidup gue, Angel. Jalanin aja hidup lo sendiri oke!"
Julia benar benar melangkah masuk meninggalkan Angel yang berdiri mematung. Bulir air mata yang ia tahan kini menetes. Hatinya begitu sakit, terlebih saat Julia menyebutnya tanpa sebutan 'Kak'
"See, adek yang lo belain sampai mempertaruhkan hubungan kita malah sekarang ngelawan lo kan?"
Tangan Angel mengepal. Emosinya kembali tersulut, ia menoleh menatap Arfi dengan tajam
"Itu semua karena lo!!"
Angel berlari menarik kerah baju milik Arfi. Arfi berusaha melepas cengkraman Angel dibajunya tanpa sadar ia mendorong Angel cukup keras membuat Angel terjatuh dan kepalanya membentur tanah
"Akhh.."
Ia memegang kepalanya. Ada darah yang keluar dari sana
"Itu akibatnya lo berani sama gue!" Ucap Arfi lalu masuk ke dalam mobilnya dan pergi begitu saja
*
"Masih sakit gak?"
"Udah nggak Mam, makasih ya"
Gracia tersenyum lalu menyimpan kotak p3knya
"Kok bisa kepala kamu berdarah gitu? Untung gak kenapa napa"
"ih si papah! Anaknya udah luka gitu masih dibilang untung" protes Gracia
"Ya maksudnya gak sampai pingsan loh Mah"
Gracia tetap menatap Gerald malas. Angel hanya terkekeh
"Jadi kepala kamu kenapa bisa berdarah gitu? Benturannya pasti cukup keras kan?"
Saat itu Julia yang melangkah menuruni tangga melihat kepala Angel yang dibalut perban. Alisnya menaut, ada dengannya begitu batinnya. Tatapan mereka sempat bertemu namun kembali Julia bersikap acuh dan memutuskan tatapan mereka
"Angel jatuh kepeleset tadi diluar sore saat pulang dari warung"
"Hmm makanya hati hati dong" ujar Gracia
"Eh loh bukannya jam 5 kamu bilang baru bangun tidur ya sama papah ditelfon?"
Angel baru tersadar akan satu hal. Ia mulai gugup. Tidak mungkin ia mengatakan sejujurnya yang terjadi padanya
"Engghh.. jam setengah 6an pah, Angel ke warung mau jajan hehehe"
Julia yang hendak melangkah naik keatas mendengar ucapan mereka. Ia sedikit melirik Angel dari tangga sebelum akhirnya ia melanjutkan langkahnya ke atas
Dikamar, Julia menyandarkan tubuhnya pada pintu kamarnya. Ada perasaan menyesal saat ia membuat air mata kakaknya menetes. Dan lagi, apa yang terjadi dengan Angel. Ia bilang terjatuh didepan jam setengah enam. Bukankah itu waktu dimana ia diantar pulang oleh Arfi. Ia mengusap wajahnya kasar ini terlalu rumit baginya
*
Siang ini, Julia dan kelompoknya sudah berada ditempat biasa mereka berkumpul untuk berlatih. Tak lama Reno datang menghampiri mereka semua. Mereka menatap Reno heran
"Oke guys, gue mau ngasih pengumuman kecil dulu. Jadi mulai saat ini gue adalah mentor kalian, ya posisi gue tukeran sama Angel gitu gpp kan ya?" Ujar Reno
Semua teman teman Julia menoleh ke arahnya. Julia hanya menatap mereka dengan tatapan seolah mengatakan Apa?
"Sama aja kok gue sama Angel malah sama gue santai kalo Angel nih galak kalo lagi pms. Salah sedikit kalian bisa dimarahin abis abisan" ucap Reno sok dramatisir tetapi mereka hanya menatap Reno datar itu cukup bagi Reno untuk membuktikan bahwa apa yang dikatakan Reno hanya bohong belaka. Sulit memang membuat mereka percaya bahwa Angel itu adalah mahasiswi yang terbilang galak. Hanya senior seangkatan saja yang tau pasalnya Angel selalu bersikap manis dan baik pada junior juniornya
Kegiatan mereka lanjutkan yang dipimpin oleh Reno sampai sore hari dan mereka memutuskan untuk pulang
Julia yang berjalan sendirian di dikejutkan oleh Arfi yang meloncat tiba tiba
"Apaan sih kak alay banget"
Arfi hanya tertawa melihat Julia yang bersikap cuek dengannya
"Yah gagal deh gue bikin lo ketawa padahal gue mau bikin lo ketawa"
Julia hanya menatapnya datar
"Biar tidur gue nyenyak kaya semalem karena sorenya lihat lo ketawa gitu loh, ayolah ketawa buat gue"
"Gak ada yang lucuk!" Ujar Julia meski sebenarnya ia ingin tertawa melihat ekspresi konyol Arfi
"Ah elah yaudah deh gimana kalo gue traktir lo makan pecel lele kesukaan lo?"
Julia menaikkan satu alisnya
"Nyogok ceritanya?"
Arfi menggeleng "bukan! Tapi karena seneng aja dideket cewek cantik kaya lo"
Pipi Julia bersemu merah. Ia menundukkan kepalanya. Jarang sekali ada laki laki yang memujinya.
Berbeda dengan Arfi, hatinya tersenyum penuh kemenangan
"Mau gak?"
Julia mengangguk lalu tersenyum
"Nah gitu dong oke kita let's go!"
Baru Julia akan melangkahkan kakinya mengikuti Arfi tangannya kembali ditahan
"Mau kemana?"
Raut wajahnya berubah saat ia tau siapa yang menahan tangannya tersebut. Dia adalah Angel. Julia kembali menarik tangannya
"Bukan urusan lo!"
"Jelas urusan gue, lo tanggungjawab gue!"
Arfi yang melihat mereka mulai berdebat semakin melebarkan senyum dalam hatinya
"Dengerin gue, gue mau kemana kek, sama siapa kek bukan urusan lo lagi, dan berhenti bersikap seolah lo itu perduli sama gue!"
"Jelas gue perduli sama lo Julia, lo itu ad--"
"Cukup! Gak usah sebut sebut gue adik lo. Karena gue terlahir sebagai adik lo jadi gue merasakan betapa sakitnya dibedakan!"
Julia melangkahkan kakinya menghampiri Arfi lalu mereka berjalan bersama menuju parkiran meninggalkan Angel masih mematung akibat ucapan Julia
"Nih tissu"
Angel segera menarik kesadarannya. Ia menghapus air matanya yang akan menetes
"Mewek kan lo, dasar cengeng ih"
"Berisik tau gak!"
Reno terkekeh geli
"Jangan rusak imej galak lo sama seluruh angkatan kita kalo lo nangis gitu"
Bugh
Angel meninju perut Reno cukup keras membuat Reno memegangi perutnya lalu Angel melangkah pergi
"Angel tunggu, aduh gila itu perempuan makan apaan sih, cakep cakep tenaganya kaya badak" ucap Reno lalu melangkah mengikuti Angel
Dirumah Angel duduk dengan risau sendirian. Kedua orang tua mereka pergi keluar kota untuk dua minggu kedepan. Pasalnya Julia belum kembali sedangkan waktu menunjukkan pukul 8 malam. Berkali kali Angel menghubungi Julia namun hapenya gak aktif.
"Arfi... bajingan. Awas lo sama gue" gumam Angel
Tak lama terdengar deru mesin mobil. Angel langsung berjalan keluar menemui mereka.
Ia tidak lagi menarik tangan Julia untuk masuk ke dalam melainkan ia menghampiri Arfi dan....
Plakk
"Bajingan lo! Mau ngerusak adek gue lo hah! Laki laki brengsek tau gak lo!!"
Arfi memegangi pipi bekas tamparan Angel
"Heh! Lo kenapa sih? Kesambet?"
Julia menghampiri Arfi dan ikut mengelus pipi Arfi bekas tamparan Angel
Melihat itu emosi Angel tersulut ia menarik paksa tangan Julia menjauh dari Arfi
"Lo gak boleh deket deket sama laki laki kaya dia Julia!"
Julia menghempaskan tangan Angel
"Kenapa?"
Angel masih menatap lekat kedua mata adiknya tersebut. Pandangan itu terputus saat Julia melangkah mendekat pada Arfi dan menggandeng tangannya
"Denger ya, gue sama Kak Arfi udah resmi pacaran! Dan lo gak ada hak ngatur gue lagi!"
Bagai disambar petir mendengar itu, Jantungnya berdetak gak karuan. Bagaimana bisa laki laki yang menurutnya bajingan kini berpacaran dengan adiknya. Ia tidak percaya bahwa cinta sebagai alasan Arfi untuk memacari adiknya. Pasti ada maksud lain
"Lo gak boleh pacaran sama dia Julia! dia itu......"
"Dia itu mantan lo iya? Mantan kan? Berarti gak haknya lo ngelarang dia berpacaran sama siapapun"
"Gue emang gak melarang cowok bajingan ini pacaran sama siapa pun gue itu melarang lo untuk pacaran sama dia!"
Julia tersenyum kecut
"Udahlah Angel, gue udah tau semua ceritanya kok. Lo emang egois bener kata Kak Arfi. Dan lagian, lo sekarang gak usah repot ya ngurusin gue karena gue bisa ngurus diri gue sendiri"
Tangan Angel kembali mengepal. Emosinya kembali memuncak. Ia menghampiri Arfi hendak memukulnya namun dihalangi Julia
"Angel, lepasin tangan lo dari cowok gue!"
Seketika Angel terdiam. Ia menoleh ke arah Julia perlahan ia mundur menjauh dan berlari kecil masuk ke dalam.
Sejak kejadian malam itu sikap Angel menjadi berubah. Bukan terhadap Julia saja, dikampus pun sama. Teman teman seangkatannya ikut merasakan perubahannya namun mereka tidak berani bertanya langsung apa yang membuat Angel berubah. Bahkan juniornya pun merasakan perubahan sikap Angel. Tidak ada lagi senyum, Angel hanya bersikap dingin dan bicara saat melihat juniornya salah
Ini hari ketiga semenjak Angel berubah menjadi dingin. Julia turun melewati meja makan yang kebetulan Angel berada disana. Ia melirik Angel yang hanya memakan nasi gorengnya tanpa menyapa atau menyuruhnya untuk duduk bersama memakan sarapan mereka. Toh kalau pun disuruh Julia akan tetap menolaknya
Seminggu sudah berlalu. Sikap Angel belum berubah. Ia masih pendiam. Seperti saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Julia masih berada diperjalanan pulang bersama Arfi
"Kamu kenapa dari tadi merhatiin hape terus?"
Suara Arfi membuyarkan lamunannya. Ia menoleh
"Lagi nunggu balesan temen aku katanya mau ada kerja kelompok gitu"
Arfi hanya mengangguk dengan mata masih fokus ke depan
Itu hanya alasan yang diberikan Julia. Yang sebenarnya terjadi adalah ia menunggu pesan atau telefon dari kakaknya yang mengatakan bahwa ia mengkhawatirkan dirinya. Angel benar benar bersikap acuh padanya, seharusnya ia senang dengan sikap Angel yang seperti ini. Namun, dilubuk hatinya ia merasa takut, takut jika kakaknya tidak lagi perduli padanya.
"Daah.. hati hati dijalan ya"
Mobil Arfi pergi meninggalkan rumah. Julia melangkah masuk ke dalam dan mendengar suara orang sedang berbincang
Tanpa mau mengatakan apapun Julia melewati Angel, Reno dan seorang teman wanitanya bernama Vivi yang sedang asik bercanda
Saat ditangga Julia melirik ke arah mereka bertiga. Dilihatnya Angel tertawa lepas. Ia sudah lama tidak melihat kakaknya tertawa dengan lepas seperti itu. Ada yang aneh dalam hatinya. Ia segera menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan langkahnya
Sadar akan Julia yang sudah masuk ke kamarnya Angel menyudahi dramanya menatap ke arah Vivi
"Thanks ya V udah mau bantuin gue"
Vivi tersenyum "sama sama kok Angel lagian gue udah anggep adik lo adik gue juga"
Angel tersenyum lalu memeluk Vivi. Ya, Vivi membantu Angel dengan menyuruh kekasihnya mengikuti kemanapun mobil Arfi pergi. Dengan begitu Angel tidak terlalu khawatir dengan keberadaan Julia
"Gue gak ada yang meluk nih?"
Vivi dan Angel menatap Reno dengan wajah yang ia buat sekonyol mungkin
"Najis!" Ucap keduanya bersamaan lalu tertawa
"Eh Ngel, cowok gue udah diluar tuh, gue balik ya udah malem juga"
"Oh ya, bilangin ya sama Fahrie makasih gitu"
Vivi mengacungkan jempolnya lalu pergi dari sana. Begitu juga dengan Reno yang pamit pulang.
Kini Angel melangkah naik ke atas menuju kamarnya setelah ia mengunci pintu. Karena kamarnya dengan Julia searah Ia berhadapan dengan Julia yang baru saja keluar kamar untuk pergi minum. Julia melangkah acuh namun hati kecilnya menginginkan Angel untuk menyapanya
Yang terjadi adalah Angel melewatinya begitu saja tanpa mengatakan apapun bahkan Angel tidak sama sekali melirik padanya
Blam
Suara pintu kamar Angel tertutup. Julia yang berdiri ditangga memandangi pintu kamar Angel. Ada apa dengannya, bukankah ini yang ia inginkan beberapa hari lalu. Dan Angel mengabulkan keinginannya tetapi kini ada perasaan tidak rela dan cemas dalam hati Julia
Julia mengacak prustasi rambutnya lalu melanjutkan langkahnya kembali
*
"Oke hari ini cukup sampai sini, sekarang udah sore kita mendingan pulang aja deh ya"
"Baik kak!"
Mereka membubarkan diri berjalan ke parkiran
"Julia.. tunggu deh gue ngomong sebentar bisa gak?"
"Soal apa Kak?"
"Ke kantin bisa?"
Julia menganggukkan kepalanya lalu mengikuti langkah Reno
"Gue gak tau yang sebenarnya terjadi sama kalian tapi gue yakin lo satu satunya alasan berubahnya sikap Angel"
Julia terdiam, sejujurnya ia tidak tertarik apa yang diucapkan oleh Reno ia tau Reno akan membahas soal kakaknya namun hatinyalah yang menyetujui ajakan Reno
"Gue gak tau apa apa kak soal dia"
Reno menatap Julia serius
"Lo perlu tau, kakak lo itu sangat menyayangi lo, bahkan dia rela melakukan apapun untuk lo termasuk--"
"Cukup kak, kalo lo mau bahas ginian gue gak minat"
Julia hendak berdiri
"Lo adalah penyebab kakak lo mutusin kekasihnya dulu, Arfi, yang sekarang jadi pacar lo"
Julia terdiam. Ia membeku. Perlahan ia kembali duduk dibangkunya
"Terusin"
Reno mengesap jusnya sedikit
"Lo tau siapa yang nyerempet lo naik mobil saat lo lagi mau nyebrang jalan?"
"Saat gue ada dilintasan balap drag mobil?"
"Ya"
"Siapa kak?"
"Arfi, pacar lo"
Julia terkejut, jantungnya berdebar tidak karuan
"Lo gak bohong kan?"
Reno menggelengkan kepalanya "kalo lo peka semenjak kejadian lo diserempet mobil itu hubungan kakak lo dan Arfi memburuk berakhir dengan Kakak lo yang mutusin Arfi. Sejak saat itu dendam sama Angel"
"Kenapa dia mutusin Kak Arfi?" Tanya Julia
"Karena dia hampir nyelakain lo. Dia gak akan tolerir sama siapapun yang mau nyelakain lo. Nih pipi gue pernah digampar sama Angel mana pedes banget lagi saat gue melempar bola basket tanpa sengaja mengenai lo, masih inget kan?"
Julia terdiam mematung. Rasa bersalahnya semakin menguasai dirinya
"Lo tau perban yang menempel dikepala Angel? Dia cerita kan kalau dia jatuh sama orang tua lo? Yang sebenarnya itu nggak"
Julia terdiam menunggu Reno menyelesaikan ucapannya
"Arfi pelakunya, dia ngedorong kakak lo sampai jatuh saat kakak lo mencengkram kerah baju Arfi. Itu yang terjadi"
"Tapi kenapa, kenapa dia gak suka gue pacaran sama Arfi? Apa karena Arfi mantannya kak?"
Reno menggelengkan kepalanya
"Karena Arfi itu laki laki brengsek. Setelah diputusin sama Angel, beberapa kali Arfi mencoba menculik Angel dan berniat memperkosanya rame rame. tapi gue dan kawan kawan selalu berhasil mengetahui rencananya dan menghindarinya sampai saat ini"
Julia terdiam, pikirannya mengatakan bahwa Arfi memacarinya hanya untuk membalaskan dendamnya pada kakaknya.
Apa yang diceritakan oleh Arfi jauh berbeda dengan apa yang ia dengarkan dari Reno. Kepalanya pusing sendiri memikirkannya
"Tapi karena kakak gue, gue dan kakak gue selalu menjadi perbandingan dimata kedua orang tua gue. Kakak gue yang pinter dan gue yang biasa aja, gue cuma hoby. Itu yang membuat hubungan persaudaraan kami menjadi berantakan"
"Emangnya Angel mau masuk broadcasting kaya gini?"
Alis Julia menaut heran
"Angel sejak SMA itu mau kuliah jurusan hukum eh belok ke BC gini"
"Kok bisa, kenapa emang?"
"Ya karena lo"
Lagi lagi alis Julia menaut heran
"Gue?"
"Ya, lo kan yang pengen banget terjun di dunia penyiaran, nah Angel mengubah pendiriannya jadi masuk ke BC gini demi lo, dia mempelajari semuanya sampai akhirnya dia menjadi mahasiswa terbaik kampus, padahal dia gak ada niatan untuk itu, dia hanya ingin saat lo satu kampus dengannya dia bisa ngajarin lo banyak hal yang dia udah ketahui makanya dia mempelajari semuanya dunia broadcasting ini"
Lagi lagi Julia terdiam. Memorinya berputar saat ia bersikap buruk pada kakaknya, kenapa ia baru mengetahui hal dari orang lain kenapa Angel tidak memberitahukan padanya
"Dia gak pernah cerita sama gue" lirih Julia yang kini sudah menundukkan kepalanya
"Saat dia berprestasi, orang tua kalian mensikapi prestasinya terlalu berlebihan. Angel bilang sendiri kok sama gue. Hal yang dia takutkan terjadi, lo berubah menjauh dan bersikap dingin sama dia. Padahal dia begitu juga demi lo tanpa sepengetahuan lo"
Julia terdiam. Ia menahan air matanya yang akan menetes. Kakaknya yang sangat ia benci ternyata sangat menyayanginya bahkan tanpa sepengetahuannya ia rela mengorbankan impiannya demi dirinya. Tapi yang ia telah berprilaku buruk pada kakaknya
"Yaudah gue nyampein itu aja, gue sama kakak lo juga harusnya gak ada kelas hari ini tapi karena ada tanggungjawab jadi dateng, kakak lo enak besok bimbingan juniornya kan"
Julia mengangguk pelan
"Gue balik duluan ya" ucap Reno yang kembali diangguki oleh Julia
*
Julia melangkah gontai menuju rumahnya, membuka pintu pagar rumahnya. Sepi, seperti biasa. Ia menatap teras rumahnya dimana biasanya Angel berdiri berkacak pinggang jika ia pulang terlambat namun itu tidak akan lagi ia rasakan. Pikirannya Angel masih marah terhadapnya
"Loh Julia? Kok lo udah pulang?"
Carrisha, tetangganya menatap heran padanya
"Emang kenapa Sha?"
"Loh tadi katanya kak Angel lo pergi sama pacar lo"
Alis Julia menaut
"Maksudnya gimana sih?"
"Tadi siang kak Angel pergi katanya mau nyusulin lo dirumah pacar lo"
"Dirumah pacar gue?"
Carissha menganggukkan kepalanya. Julia heran pasalnya seharian ini Arfi tidak memberinya kabar sama sekali. Matanya membulat sempurna saat ia mengingat apa yang diceritakan Reno padanya
Ia segera mengambil hapenya dalam tas. Ia merutuki kebodohannya yang lupa mengganti mode silent ke mode umum dihapenya. 19 panggilan tak terjawab dan puluhan chat berasal dari satu nama, yaitu Angel
Ia segera menghubungi seseorang
"Kak Reno, kerumah kak Arfi sekarang! Kak Angel dalam bahaya!"
Julia langsung mematikan panggilannya dan berlari menuju garasi mengambil moror maticnya. Carrisha yang masih berdiri didepan pagar hanya melongo melihat itu
"Tadi kakaknya, sekarang adenya. Aneh ih" gumamnya
*
Tok tok tok
Klak
"Dimana Kak Angel?" Tanya Julia to the point
"Aku gak tau sayang"
"Gak usah bohong! Gue lihat mobilnya diujung gang rumah lo!"
"Kok kamu jadi nuduh aku sih?"
Julia melangkah masuk ke dalam, Arfi mundur ke belakang. Namun, Arfi tersenyum setelahnya. Dengan cepat ia mengunci pintu dan mencabut kuncinya
Julia baru tersadar bahwa ia dijebak oleh kekasihnya
"Kakak kamu ada disini, ayo ikut aku"
Arfi menarik paksa tangan Julia menuju kamarnya
"Tuh kakak kamu kan, aku iket tangannya biar gak banyak gerak juga mulutnya biar gak berisik"
"Bajingan lo Arfi!"
Julia melayangkan tangannya hendak memukul Arfi namun dengan mudah Arfi menggenggam pergelangan tangan Julia dan mendorongnya hingga tubuhnya menabrak lemari
"Gampang banget sih jebak kalian. Kakak lo yang bodoh ini percaya aja kalo lo lagi sama gue. Dengan tololnya dia masuk ke rumah gue nyariin lo, ya gue konci. Jadi deh kakak lo gue sandra"
Rasa bersalah kembali merasuk kepikirannya. Secara tidak langsung ia yang membuat kakaknya seperti ini.
"Seharusnya gue percaya sama kakak gue bukan sama lo! Lo biadab!"
"Hahahaha seharusnya, tapi lo terlambat. Jadi gue akan perkosa lo lebih dulu baru deh kakak lo"
Arfi berjalan ke arah Julia, Julia yang ketakutan mundur perlahan. Arfi memegang pisau kecil ditangannya untuk merobek baju Julia
Bwung
Srreett
Lengan Julia terkena sayatan pisau tajam milik Arfi
"Kan kena kulit harusnya kena baju biar robek bukan kena kulit jadi berdarah deh" ucap Arfi
Tubuh Julia terhimpit di dinding pojok kamar Arfi. Arfi semakin mendekat. Air mata Julia menetes ia memejamkan matanya
"Kak, Julia takuuut~~"
Brakk
"Aaghhhh..."
"Jangan sakitin adek gue!!"
Angel yang berhasil melepaskan ikatan ditangannya memukul kepala bagian belakang Arfi dengan balok kayu membuat Arfi tersungkur
"Sialan!"
"Sini Dek.."
Julia melompati tubuh Arfi namun usahanya gagal, Arfi menahan salah satu kaki Julia membuat mereka berdua terjatuh
"Aduh..."
Buak
Angel menendang wajah Arfi hingga ia melepas kaki milik Julia
"Lari sana Julia"
Julia berdiri namun ia berusaha menarik tubuh Angel yang kakinya ditahan oleh Arfi
"Udah lari aja sana kenapa sih gak pernah nurut!"
"Gak mau kak! Julia mau keluar sama kakak!"
Arfi berdiri lalu menendang tubuh Angel. Tidak sampai situ ia juga melayangkan pisaunya ke arah Julia
Sraatt
Ujung pisau itu melukai kulit Julia. Jika saja Angel tidak menarik lengan baju Arfi mungkin pisau itu sudah menancap di perut adiknya.
"Brengsek lo Angel"
Bugh
Angel menerima pukulan dari Arfi. Arfi segera berdiri saat melihat Angel tidak berdaya. Julia yang merintih kesakitan berjalan mundur sambil memegangi lukanya
"Mampus lo sekarang!"
Jleb
Julia memejamkan matanya. 15 detik sudah berlalu namun ia belum merasakan apapun. Ia membuka matanya. Matanya membulat seketika begitu ia yang lihat adalah tubuh Angel membelakanginya.
Arfi mundur ketakutan begitu melihat darah Angel mengalir
"Kakak!!!"
Tubuh Angel terbaring dipangkuan Julia. Angel tersenyum tangannya terulur membelai pipi adiknya
"Kakak jangan tinggalin Julia kak, maafin Julia kak!"
Bruakk
"Woy sialan mau kemana lo!" Reno dan beberapa teman lainnya datang menangkap Arfi yang hendak melarikan diri
"Kakak...ohok, udah ma..afin ka..mu kok, jadi...lah, anak... yang ber...prestasi... yaa...."
Pandangan Angel menggelap saat itu juga tangannya terhempas jatuh
"Kakakk!!!!"
*
Seminggu sudah berlalu, Julia sudah menyelesaikan tugas short movie bersama kelompoknya dan mendapat predikat short movie terbaik tahun ini. Reno tersenyum melihat itu lalu menghampiri Julia
"Ikut gue yuk"
"Kemana?"
"Ketemu kakak lo"
Julia tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya
Tak butuh waktu lama, mereka tiba di rumah sakit dimana Angel dirawat. Luka tusukan pisaunya tidak terlalu dalam dan tidak merusak bagian dalam tubuh Angel. Itu sebabnya Angel dapat diselamatkan namun seminggu ini Angel hanya terbaring koma diatas bansalnya
Grek
Pintu ruang rawat terbuka, Julia dan Reno menghentikan langkahnya ketika melihat kain putih menutupi seluruh tubuh Angel. Kaki Julia bergetar melihat itu. Ia melangkahkan kakinya gontai mendekati tubuh Angel
"Gak mungkin... kakak... gak mungkin kak! Jangan tinggalin Julia kak!!"
Julia menangis diatas perut Angel tanpa Julia sadari justru Angel membuka kain yang menutupi kepalanya. Ia heran melihat adiknya menangis sambil teriak teriak seperti itu
Pandangannya menoleh pada Reno. Reno hanya menggidikkan bahunya. Jelas saja Reno tidak terkejut, karena saat dilobby ia sempat menerima balasan pesan dari Angel
"Kakak tega ninggalin Julia! maafin Julia kak!..."
Julia terus menangis, namun tangisannya terhenti saat ia rasakan sebuah tangan membelai lenbut rambutnya. Julia mengangkat kepalanya menatap Angel yang terbaring sambil tersenyum
"Loh kakak? Bukannya udah...." dengan wajah herannya
Angel terkekeh
"Kakak nutupin muka pake kain putih ini karena silau tau tuh sinar matahari masuk ke dalam gini"
Julia menatap Angel sebal
"Kakak nyebelin banget sih! Gak lucuk tau gak!"
Angel semakin tertawa lebar lalu ia mengubah posisinya jadi duduk diatas bansal dengan tubuhnya ia sandarkan
"Ah aduh duh duh..." tawa Angel terhenti saat dirasakan perutnya nyeri
"Tuhkan kualat sih ngetawain aku!"
"Aduh duh sakit banget ini aaahh"
Julia menatap Angel khawatir
"Bentar kak, Julia panggilin dokter dulu" saat Julia hendak melangkah tangannya ditarik oleh Angel hingga memeluk tubuhnya.
"Udah kakak gak perlu dokter, kakak butuhnya kamu. Udah lama kakak gak meluk adik kakak ini"
Julia membalas pelukan Kakaknya, ia merasakan hangat pelukan kakaknya air matanya ikut menetes haru. Ia lupa kapan terakhir ia memeluk kakaknya seperti ini
"Gue gak ada yang meluk nih?"
Angel dan Julia melepaskan pelukan mereka lalu menatap Reno
"Najis!" Ucap mereka bersamaan lalu tertawa.
Disela tawa mereka, Angel menyadari satu hal
"Kok kamu tau kakak akan ngomong begitu ke Reno?"
Julia tersadar satu hal. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain
"Hmm ada yang suka nguping nih kayanya ya.. ketauaan deehh"
Julia memanyunkan bibirnya
"Kakak ih"
Angel tertawa tanpa ia sadari Julia memperhatikan wajah tertawa kakaknya itu. Segala kerinduannya secara tiba tiba menyeruak masuk memenuhi rongga dihatinya. Ia benar benar merindukan suara tawa sang kakak
Julia mendekatkan dirinya. Sekali lagi tanpa mengucapkan apapun ia memeluk tubuh kakaknya
Angel yang sempat terkejut lalu tersenyum dan membalas pelukan adiknya. Mereka saling menumpahkan kerinduan selama ini yang mereka tahan
*
Sebulan sudah berlalu, kini Angel sudah kembali ke rumahnya dan menjalankan kegiatannya seperti biasa.
Ia berada di halaman belakang menikmati secangkir teh bersama Julia
"Kak..."
"Hmm?"
"Maafin Julia ya kak, atas sikap Julia, kelakuan Julia, semuanya kak. Julia gak pernah bisa lepas dari rasa bersalah Julia ke kakak"
Angel meletakkan gelas cangkirnya lalu tersenyum menatap adiknya
"Gak ada lagi alasan kamu minta maaf sekarang Julia. Jadikan rasa bersalah kamu untuk pelajaran kedepannya. Kakak harap kamu tetap menjadi adik kakak seperti dulu"
Julia tersenyum menganggukkan kepalanya
"Sekarang kamu ambil gih coklat di kulkas bawa kesini"
Julia beranjak mengambil coklat yang dimaksud Angel lalu kembali memberikan coklat tersebut pada Angel
"Kita makan berdua ya..."
Angel memberikan potongan pertama untuk Julia dan tentu saja Julia langsung melahapnya. Alis Julia mengeryit, ada satu hal yang mengganjal dalam pikirannya
"Kak, ini kan coklat yang suka aku makan waktu dulu kita perang dingin. Jadi kak Angel yang beli coklat ini?"
Angel mengunyah coklatnya sambil mengangguk. Ia memberikan potongan kecil lagi untuk Julia
"Kak Angel beli ini lalu disimpen aja dikulkas, Berarti kak Angel sengaja ya beli ini untuk aku?"
Angel kembali menganggukkan kepalanya
"Karena kakak tau kamu suka banget sama coklat ini kan"
Bahkan saat mereka saling bersikap dingin pun Angel masih memberikan hal yang Julia sukai secara tidak langsung. Teman teman dikelasnya salah jika Julia beruntung memiliki kakak yang pintar dikampusnya, lebih dari itu, Julia sangat merasa beruntung karena ia memilik kakak yang sangat amat menyayanginya
"Potongan terakhir untuk kamu nih"
Angel memberikan suapan coklat terakhirnya. Julia membuka mulutnya namun detik berikutnya coklat itu masuk ke mulut Angel
"Enak aja, kakak yang beli juga bweee..." ucap Angel menjulurkan lidahnya lalu bersiap lari
"ih kakak! Rese banget sih!" Julia mengejar Angel ke dalam rumahnya.
"Eh eh apaan nih loh, kok kalian main kejar kejaran didapur sih" ujar Gracia
"Itu tuh mah, kak Angel nakalin aku"
"Oalah Angel umur kamu udah 25 tahun juga masih aja seneng jailin adiknya"
"Biarin aja Mam, abis Julia itu enak dijailin" ucap Angel ambil sesekali menggocek Julia.
Angel berlari nenuju ruang tivi
"Loh heh kalian ngapain awas papah lagi nonton tinju juga"
Namun Angel terus berusaha menghindari kejaran Julia menghalangi Gerald yang sedang menonton tivi
"Pah Kak Angel nakal" rengeh Julia
"ih udah 23 tahun masih aja ngaduan, dasar woo cengeng"
Julia kembali memanyunkan bibirnya ia semakin berusaha berlari mengejar Angel yang berlari ke luar rumah
"Aduh, udah ah cape lari lariannya duduk aja yuk sini" ujar Angel
Julia yang melupakan ngambeknya pun nurut lalu duduk disamping Angel ditaman rumah mereka.
"Kakak sayang kamu"
"Julia juga sayang kakak"
"Janji ya kita jangan berantem lagi" ujar Angel menjulurkan jari kelingkingnya
"Janji" Julia menautkan jari kelingkingnya dijari Angel
"Papah beruntung Mah, punya dua orang putri yang cerdas cerdas kaya mereka"
"Iya loh pah, mamah juga. Ternyata mereka berdua membanggakan kita ya pah"
Gerald mengangguk. Mereka sedang memperhatika Angel dan Julia yang duduk bersama ditaman dengan kepala Julia diletakkan di bahu Angel dan Angel memeluk tubuh samping Julia dengan satu tangannya.
Pemandangan yang harmonis bagi siapa saja yang melihatnya. Kebenaran akan selalu datang bersama perdamaian. Memaafkan adalah salah satu cara menghapus rantai kebencian. Seperti yang dilakukan Angel, meski hatinya beberapa kali tergores oleh ucapan dan perlakuan adiknya namun ia tidak melupakan statusnya sebagai kakak dan kewajibannya untuk menyayangi adiknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tamat