"mey......kamu lihat kemeja navy yang biasa aku pakai?!" aku memasuki kamar Meyra tanpa permisi dan kulihat perempuan itu senyum - senyum menatap layar handphone dengan serius
"ya mas......! " jawabnya tanpa menoleh ke arahku dan itu membuatku agak tidak suka
"lagi chat sama siapa sih.....! " ucapku kesal karena merasa diabaikan
" iya maaf...... " Meyra melempar hpnya keatas kasur
" ya ampun mas kenapa tidak pakai baju! " perempuan itu menutup matanya dengan salah satu telapak tangannya karena melihatku bertelanjang dada, ya memang aku baru mengenakan celana kerja dan belum mengenakan kemeja karena kemeja yang ingin aku pakai belum aku temukan, sebenarnya Meyra sudah menyiapkan kemeja untukku tapi aku lagi ingin memakai kemeja warna navy favoritku
" cih---berlebihan, sudah sering kamu melihatku seperti ini, kenapa baru sekarang kamu protes ! "
Aku tidak terima perempuan itu mengabaikan perut sixpacku yang menawan ini
" ya!! Bukannya sering hanya pernah beberapa kali dan itupun juga tidak sengaja! " perempuan itu masih menutup kedua matanya dengan sebelah tangannya yang sebetulnya tidak ada gunanya juga karena dia masih bisa melihatku bertelanjang dada
"asal kamu tau aku butuh perjuangan keras untuk bisa membuat perutku kotak - kotak seperti ini, tapi lihatlah dengan tidak sopannya kamu malah mengabaikanku dasar keterlaluan! "
Aku sengaja semakin menggodanya dengan memperlihatkan otot - ototku yang atletis serta sedikit berpose di hadapannya
Drtttt
Drttt
Drtttt
Ponsel yang tadi sempat di lempar ke atas kasur oleh Meyra kembali bergetar berkali-kali dan dengan tanpa berdosanya Meyra kemudian meraihnya dengan tangan yang masih menutupi matanya dan seketika ia tersenyum saat membuka aplikasi chatnya
"Apa ini nomor kak Davin ? " Meyra mengacungkan hpnya kearahku dan kali ini ia tak lagi menutup matanya lalu sekilas kulihat ada chat dari seseorang dan saat aku perhatikan dengan seksama gambar profilnya memang Davin
" aishh.....!! dari mana orang itu dapat nomor kamu" aku terlihat tidak suka melihat Meyra berbalas chat dengan Davin, bisa-bisanya laki-laki itu mendapatkan nomor istriku
"Dan ini......foto anak kecil yang dikuncir rambutnya ini foto siapa?
Meyra kembali mengacungkan hpnya yang memperlihatkan foto seorang anak laki-laki yang rambutnya dikuncir seperti anak perempuan, dengan gayanya mengejek Meyra itu menaik turunkan alisnya, membuat aku membelalakkan mata
"hah......!! " aku terkejut setengah mati saat Meyra memperlihatkan fotoku masa kecil, dengan rambut yang di kuncir dua, kata mami sewaktu kecil banyak yang bilang aku ini cantik, anak cowok tapi cantik, ya sudah saking gemesnya mami suka menguncir rambutku seperti anak perempuan, dan sialnya sekarang aku malu sekali istriku mengetahui foto - fotoku yang seperti itu, aku berusaha meraih hp Meyra namun nihil Meyra lebih gesit menarik hpnya kembali
"Meyra sini hpnya, hapus nggak fotonya!!atau......!! " kataku dengan nada tinggi
"atau apa......!! " lagi - lagi Meyra mengejek dan menjaga jarak agak jauh dengan diriku
Aku berusaha mengejar perempuan itu tapi dengan gesit dia mampu menghindar dan perempuan itu semakin membuatku gregetan
" Meyra ......hapus nggak !! " perintahku tapi tak diindahkan oleh perempuan itu
" jangan salahkan aku jika nanti kamu sampai tertangkap olehku" ancamku tapi tak jua membuatnya bergidik
"nggak......!mas Abim ga punya hak karena ini hp Meyra " Meyra menyembunyikan hpnya dibelakang punggung sambil berjalan mundur
Aku kembali mengejarnya tapi perempuan itu berhasil menghindar, kami seperti anak kecil kejar-kejaran mengitari ranjang dan pada saat Meyra hendak lari menghindar dari kejaranku secara tidak sengaja kakinya terbelit seprey yang menjuntai membuatnya oleng seketika, aku terkesiap dengan sigap aku menangkap tubuh rampingnya tapi sayang tangan kiriku tidak mampu menopang tubuhnya hingga akhirnya kita sama - sama terjatuh diatas kasur dengan posisi dia berada di bawahku, yang perlu di syukuri untungnya jatuh di atas kasur bukan ke lantai, untuk sesaat pandanganku dan pandangannya beradu dengan jarak yang sangat dekat, keadaan jantungku juga sudah tidak karuan, aku yakin Meyra pun bisa merasakannya, terlebih lagi aku dalam keadaan bertelanjang dada
Dalam jarak sedekat ini aku sempat tergoda dengan bibir tipis dengan lipstik warna pink nude yang begitu menggodaku, entah sadar atau tidak aku semakin mendekatkan bibirku kearahnya semakin dekat......dekat..... dan.......
"ma-mas.....aku susah bernafas bisa tolong mi-minggir!! "
Perempuan itu terbata seraya menahan dadaku dengan kedua tangannya menempel di dada bidangku dengan posisi aku menindihnya
"ma-maaf.....!" seketika aku tersadar dari perbuatanku, hampir saja aku melanggar janjiku, aku beranjak dari tubuhnya dengan rasa canggung yang luar biasa, detak jantungku seperti genderang yang bersaut-sautan
"ya sudah a-aku pakai kemeja yang lain saja mungkin kemeja navy nya kotor sedang di cuci mbok ijah"
Aku segera beranjak dari kamar Meyra menuju kamarku sendiri dengan perasaan campur aduk
Sesampainya di kamar aku langsung menutup pintu kamarku lalu bersandar pada pintu tersebut dan memegang dadaku yang masih berdebar hebat
'Ya Allah apa yang terjadi dengan jantungku, kenapa rasanya tidak karuan, keadaan seperti ini sudah lama sekali tidak aku rasakan '
Saat aku sadari tangan lembutnya menempel pada dada bidangku tanpa penghalang apapun, kulit bertemu dengan kulit membuat seluruh tubuhku merasakan gelayar hangat yang cukup sulit untuk aku jelaskan, dan lebih gilanya lagi aku hampir saja menciumnya, bibir tipisnya benar-benar mampu menghipnotisku dan sampai sekarang pun aku masih terbayang - bayang betapa manisnya bibir itu jika aku cium, oh myGod stop!! Abim ini salah seharusnya ini tidak boleh terjadi, aku merutuki kebodohanku sendiri, akan tetapi sisi hatiku yang lain berkata bukankah dia itu istriku dan dia halal bagiku, tidak------tidak-----tidak aku sudah berjanji padanya untuk tidak menyentuhnya, lagi pula aku tidak mencintainya aku yakin ini hanya perasaan semu karena perempuan itu bersikap baik padaku selama ini, tidak! Aku tidak ingin jatuh untuk kedua kalinya
----------------000-------------------
"bos semua data tentang perempuan bernama Sania sudah saya taruh di meja kerja "
" kerja bagus! "
Ceklik
Sambungan telphon terputus
Setelah kejadian tak terduga tadi pagi, aku memilih untuk segera berangkat ke kantor, aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi jika aku berlama-lama berada di dekat perempuan itu
Tepat di saat aku sampai di depan pintu ruanganku anak buahku menelpone bahwa tugas yang aku berikan telah beres dan hasilnya telah berada di atas meja kerjaku
Kulangkahkan kakiku memasuki ruang kerjaku lalu kuraih map kuning yang berada di atas meja, kuteliti satu persatu lembar demi lembar, tapi aku terkejut saat membaca riwayat penyakitnya
'melakukan pengobatan selama 4 tahun di Singapura, apa maksudnya '
Kembali kubolak-balik lembaran kertas yang berisi informasi tentang Sania namun tak kutemukan informasi yang kubutuhkan, tapi tunggu, masih ada satu lagi map yang belum aku buka, lantas kuraih map berwarna coklat berukuran sedang tapi sepertinya isinya bukan dokumen dan tepat seperti dugaanku map coklat yang sedang berada di tanganku ini berisi beberapa lembar foto Sania
Sudut bibirku terangkat kala kutatap foto - foto Sania yang masih tetap terlihat cantik masih sama saat terakhir aku melihatnya hingga ingatanku melambung ke masa lalu dimana aku dan dia mengikat janji untuk saling setia tapi sejurus dengan itu tatapanku berubah menjadi tatapan kebencian kala aku ingat dia meninggalkan aku dan pergi dengan laki-laki lain
Kulempar foto - foto itu hingga berserakan dan kupijit pelipisku yang terasa pening setiap kali mengingat penghianatan Sania
"halo veronica!!sampai jam berapa jadwalku hari ini " melalui sambungan telphon aku bertanya pada sekretarisku
"satu jam lagi bapak ada rapat pimpinan dan nanti pada jam satu ada meeting dihotel agria dengan client pak " jawab sekretarisku terperinci
"oke veronica terima kasih, suruh Ob untuk membersihkan ruanganku"
Ceklik
Kumatikan sambungan telphon tanpa menunggu jawaban dari Veronica
" halo.....temui aku di cafe dekat hotel agria jam tiga" kembali aku menghubungi anak buahku setelah aku memastikan pada Veronica pada jam tiga jadwalku sudah free
"baik boz!! "
Ceklik
Ku lempar handphone ku sembarang, Aku tidak bisa tinggal diam dengan semua ini, kita lihat sampai seberapa jauh permainanmu
Tbc