PAST & PRESENT #25 how to be close
.
.
.
Author POV
Seoul, 2016
Hari itu setelah ulangan dadakan di kelas X-1, tidak dapat dipungkiri hampir satu kelas kini merasa kelaparan setelah menguras otak. Bahkan Bomin yang biasanya bisa mengerjakan dengan mudah tanpa belajar lebih dahulu saja merasa kesulitan mengerjakan soal.
Karena itu Sanha dan Youngjae langsung saja menarik ketiga teman mereka—Bomin, Sunwoo, dan Hyunjoon—ke kantin sebelum ruangan itu penuh sesak oleh siswa-siswi lain yang juga kelaparan.
"Woah... memang makanan akan terasa seratus kali lebih nikmat kalau sedang kelaparan," celetuk Youngjae begitu menyuapkan sesendok nasi beserta lauk pauknya ke dalam mulut.
Mendengar celetukan Youngjae, Bomin dan teman-temannya segera saja menyantap makan siang mereka dengan lahap. Beberapa menit pertama, mereka bahkan tidak berbicara sedikitpun karena terlalu sibuk menikmati makanan mereka.
Saat sedang menikmati makanannya, tak sengaja kedua mata Bomin menangkap sosok gebetan-nya baru saja mengambil makanan bersama temannya. Siapa lagi kalau bukan Dabin bersama temannya yang bernama Chaeyoung?
Bomin tersenyum tipis melihat gadis itu melongok mencari bangku untuk makan.
Hari ini memang kantin terlihat lebih sesak dari biasanya. Meja-meja terlihat penuh oleh siswa-siswi SMA Geumdong yang kelaparan. Haruskah Bomin mengajak Dabin dan Chaeyoung bergabung bersamanya dan teman-temannya?
Namun belum juga ia bergerak satu senti pun, tiba-tiba saja dilihatnya gadis itu sudah beranjak dari tempatnya berdiri.
Berjalan.
Lalu bergabung dengan Donghyun dan Joochan.
Haha. Salahkah jika Bomin ingin menertawai dirinya sendiri saat ini?
Tak ingin semakin sesak melihat pemandangan tersebut, Bomin pun kembali melanjutkan makannya. Ia bahkan tak memedulikan Hyunjoon yang menyikutnya. Pasti laki-laki itu ingin menunjukkan kepadanya Dabin yang makan di meja yang sama dengan Donghyun. Lagipula disitu ada Sanha, Sunwoo, dan Youngjae. Mereka nanti malah tahu dirinya menyukai Dabin kalau ia dan Hyunjoon membahas tentang Dabin di sana.
Tapi memang nasib Bomin sedang tidak bagus.
....
Lain dengan Bomin yang terlihat kelam, Dabin hari ini terlihat begitu cerah. Ia bahkan dengan penuh percaya diri menghampiri meja yang ditempati Donghyun dan Joochan begitu mendapati semua meja di kantin sudah penuh.
"Permisi... Sunbaenim, apa kami boleh makan di sini?" tanya Dabin pada Joochan dan Donghyun.
Joochan dan Donghyun yang tengah melahap makan siang mereka sontak menoleh ke dua orang siswi yang tengah berdiri di samping meja mereka sambil membawa makan siang. Melihat salah satunya adalah Jung Dabin—junior-nya di klub dance—Donghyun melemparkan senyum pada Dabin.
"Silahkan. Duduk saja, Dabin-ssi," ucap Donghyun mempersilahkan Dabin dan temannya
Dabin dan Chaeyoung—temannya—pun langsung mendudukkan diri mereka di atas kursi dan meletakkan nampan berisi makanan di atas meja. Dabin duduk di sebelah Donghyun dan temannya duduk di samping Joochan.
Joochan sendiri yang melihat Dabin duduk di seberangnya jadi merasa canggung. Kemarin sepulang menonton perlombaan Donghyun, Yoojung sudah memberitahunya tentang kesalahpahaman yang terjadi antara gadis itu dan Jung Dabin. Hadiah sepatu yang dulu diberikan padanya melalui Yoojung, rupanya bukan untuk Joochan melainkan untuk Donghyun. Dan hal ini tak ayal membuat Joochan merasa tidak enak pada Dabin.
"Dabin-ssi," panggil Joochan membuat gadis itu—bahkan temannya dan juga Donghyun—menoleh ke arah Joochan. "Maaf sebelumnya karena aku salah paham. Nanti barangnya akan kukembalikan padamu tapi hari ini belum ku bawa. Belum aku pakai kok," lanjutnya menjawab tatapan bertanya yang dilemparkan Dabin.
Bola mata Dabin melebar mendengar perkataan Joochan. Ia melirik Donghyun yang bingung dengan apa yang dibicarakan Joochan. Ia tidak mau Donghyun tahu yang sebenarnya dari orang lain. Karena itu Dabin memilih untuk mengalihkan pembicaraan.
"Sunbaenim, bisa kita membicarakan hal itu nanti saja?" pinta Dabin sambil melirik Donghyun.
Seolah mengerti, Joochan menganggukkan kepalanya. "Baiklah," balasnya.
"Memangnya ada apa?" tanya Donghyun yang kebingungan.
"Aniyo, Sunbaenim. Gwaenchanhayo," sahut Dabin dengan cepat.
Mereka pun melanjutkan makan siang mereka sambil sesekali mengobrol. Lebih tepatnya Dabin yang membuka percakapan antara dirinya dan Donghyun. Sedangkan Nakrung dan Joochan lebih banyak diam. Joochan sendiri masih merasa canggung karena kesalahpahaman dan fakta bahwa gadis itu menyukai sahabatnya, Kim Donghyun, membuat Joochan semakin terbungkam.
....
Mati-matian Bomin berusaha untuk tidak melirik ke arah Dabin dan Donghyun, tapi tiba-tiba Sanha justru berceletuk sambil menunjuk Dabin. "Ya! Dabin dan Chaeyoung duduk dengan kakak kelas! Lihat itu!" tunjuk Sanha menggunakan sendoknya.
Sontak Sunwoo dan Youngjae langsung melihat ke arah yang dituju. Sedangkan Bomin dan Hyunjoon yang sudah melihat duluan tadi tidak ikut menoleh.
"Kok Dabin dan Chaeyoung bisa kenal kakak kelas?" heran Sunwoo.
"Mereka satu klub," jawab Bomin, teringat bahwa Dabin memang berada di klub yang sama dengan Donghyun—klub dance.
Hyunjoon yang sedang mengunyah makanannya, langsung menoleh kea rah Bomin dan menatap temannya itu. Ia bisa merasakan hawa panas dari temannya yang satu ini—yang akhir-akhir ini sering curhat padanya.
Tapi Sanha, Sunwoo, dan Youngjae tidak tahu. Mereka tidak bisa merasakan aura panas itu dan terus meng-gossip-kan Dabin dan Chaeyoung yang tiba-tiba bergabung dengan kakak kelas itu.
"Jangan-jangan, antara Dabin atau Chaeyoung ada yang naksir kakak kelas. Itu mereka duduk sama Joochan Sunbaenim kan dan temannya siapa itu namanya yang tetangganya Bomin—ah aku tidak ingat," lanjut Sanha sambil masih memperhatikan Dabin dan Chaeyoung.
Bomin semakin merengut mendengar perkataan Sanha sedangkan Hyunjoon cuma bisa menahan tawa melihat ekspresi kecut Bomin.
"Ya! Ya! Ayo taruhan! Menurut kalian, siapa yang sedang naksir kakak kelas?" celetuk Sunwoo.
"Ya!" sahut Bomin. Tapi Sunwoo, Sanha, dan Youngjae mana peduli.
"Menurutku... Chaeyoung sedang naksir Joochan Sunbaenim. Joochan Sunbaenim kan terkenal sekali. Pasti mereka. Aku yakin," ucap Youngjae.
Sunwoo yang tadi memulai pun mengangguk setuju dengan Youngjae. "Aku juga berpikir begitu. Aku ingat pernah mendengar Chaeyoung dan Chaeyeon meng-gossip- kan Joochan Sunbaenim," kata Sunwoo.
"Mwo? Jinjja?" sahut Youngjae.
Tiba-tiba Sanha menyahut, "Ei... aku yakin bukan Chaeyoung. Pasti Dabin. Dabin pasti diam-diam naksir Joochan Sunbaenim."
Bomin yang duduk di tepi, hanya bisa melihat teman-temannya dengan tatapan datar. Kenapa mereka malah jadi meng-gossip-kan Dabin-Chaeyoung dan kakak kelas? Lagipula tebakan mereka salah semua!
"Kalau aku...," ucap Hyunjoon menggantung. Ia melirik Bomin yang terlihat mulai acuh dengan pembicaraan mereka. "Aku bertaruh kalau sebenarnya Dabin yang sedang naksir kakak kelas dan itu bukan Joochan Sunbaenim tapi Donghyun Sunbaenim."
Bomin yang tadi berusaha tidak memedulikan teman-temannya, sontak langsung melotot ke arah Hyunjoon. Ia menggerakkan bibirnya tanpa suara kea rah Hyunjoon, "Ya! Apa yang kau lakukan?"
Tapi sepertinya Hyunjoon tidak peduli. Laki-laki itu terlalu sibuk menahan tawa melihat Bomin. Lagipula, sepertinya tidak ada yang menanggapi ucapan Hyunjoon dengan serius. Buktinya, Sanha, Sunwoo, dan Youngjae justru menertawai Hyunjoon dan mengatakan itu tidak mungkin.
Sedangkan Hyunjoon hanya tertawa. Karena hanya dia yang tahu apa yang sebenarnya.
....
Gara-gara kejadian di kantin tadi siang, Bomin jadi ingin memberanikan diri untuk mendekati Dabin. Jika Dabin saja bisa mendekati Donghyun, seharusnya ia juga bisa kan? Toh keadaannya sama dengan Dabin. Sama-sama bertepuk sebelah tangan.
Pucuk dicinta ulam tiba. Seperti sedang beruntung, Bomin yang sedang berjalan seorang diri akan pulang, tiba-tiba melihat Dabin yang sedang berdiri di dekat gerbang—menunggu jemputannya datang.
"Heh... siapa yang peduli dengan kenyataan kalau Dabin menyukai Donghyun Hyung? Yang penting dekat dulu dengan Dabin," batin Bomin. Laki-laki itu pun menggerakkan kakinya menghampiri Dabin.
Langkah kaki Bomin berhenti tepat di depan gadis itu. "Hai, Dabin," sapanya.
Dabin yang sedang bermain ponsel untuk membunuh waktu membosankan sambil menunggu jemputan, heran melihat Bomin yang tiba-tiba menyapanya. Ini kedua kalinya Bomin menyapanya secara langsung setelah sekian lama tidak saling berbicara.
"Oh... Bomin. Tumben ku menyapaku?" tanya Dabin.
Bomin tersenyum tipis. "Kita kan teman jadi... tidak ada salahnya kan aku menyapamu?" balasnya.
Tapi sepertinya Dabin masih aneh dengan sikap Bomin yang tiba-tiba berubah ini. Atau memang Bomin memiliki sindrom power rangers yang suka berubah? Dulu juga Bomin yang ramah tiba-tiba jadi ketus ke dia. Sekarang tiba-tiba ramah lagi?
"Jangan terlalu dipikirkan! Aku hanya ingin menyapa," ujar Bomin menyadari Dabin yang masih terlihat heran melihatnya menyapa gadis itu.
"Hmm... geurae...," gumam Dabin.
Senyum Bomin mengembang mendengarnya.
"Ah iya, Bomin-ssi. Tiba-tiba aku teringat perkataanmu yang menyuruhku untuk melupakan perasaanku pada Donghyun Sunbaenim," celetuk Dabin membuat raut wajah Bomin langsung berubah sebal. "Bagaimana ini, Bomin? Sepertinya aku tidak bisa mengikuti kata-katamu. Kemarin aku habis pergi jalan dengan Donghyun Sunbaenim," lanjutnya.
Bomin merasa telinganya seketika menjadi panas. Apalagi hatinya. Ia menatap Dabin dengan datar. "Aku sudah tahu," kata Bomin sambil menahan rasa cemburunya yang kini mulai meluap-luap.
Salah satu alis Dabin terangkat. "Darimana kau tahu?" tanya Dabin.
Pasalnya, seingatnya ia tidak meng-update apapun di akun SNS-nya kemarin. Bahkan temannya yang tahu tentang dia pergi dengan Donghyun hanyalah Eunbin saja jadi bagaimana Bomin bisa tahu?
"Kau tidak tahu? Donghyun Hyung selalu curhat padaku," pamer Bomin.
"HAH? JINJJA?" sahut Dabin. "Apa dia membicarakanku?" tanya Dabin semangat.
"Mana mungkin. Dia membicarakan kakakku," jawab Bomin.
Mendengar jawaban Bomin membuat Dabin jadi kesal. Begitu melihat mobil jemputannya datang, tanpa banyak kata gadis itu pun langsung berjalan meninggalkan Bomin dan masuk ke dalam mobil.
Bomin tersenyum tipis melihatnya.
....
tbc
....
Maaf kalau ceritanya aneh :(