Angin kencang diterjang banjir bandang
Bumi terguncang gemuruh kilat kian kemari bersanding langit pekat petang
Manusia berbicara nampak bisu, tak berguna, bebasnya binasa dibalut kekang
Bibir mengatup tertutup rapat, langkahnya kecang tertancap duri-duri tak lagi berlari lalu terhadang
Hamba-Mu takut Ya Allah
Melihat terjangan kemunafikan lalu-lalang dihadapan dua bola hitam pengamat kerinduan
Hamba-Mu rindu Ya Allah
Bulir-bulir bening pecah, mengalir deras hingga basah bersama lantunan Al-Qur'an menembus telinga menuju hati berujung cinta
Jiwa ini sungguh rapuh tanpa hati yang sempurna penuh tawakal
Jiwa ini sungguh tak berarti melangkah pilu tak berilmu lalu malu
Jiwa ini sungguh sendiri jika bibir berhias lidah hanya terbuka untuk menusuk mencibir mencaci
Jiwa ini berkarat penuh kerak tak sanggup bergerak hanya nampak usang tak berpenghuni sungguh merugi
Terhempas
Berhenti berharap melebihi batas
Terhempas
Berhenti mengira sukma berlari pada batang mawar berduri
Terhempas
Berhenti menanti gelinding bola materi hati yang tersakiti
Terhempas
Hilang lelah, hanya agar segalanya menjadi Lillah
Igc. 22 Nov '18. 11:37pm