Let's stop here for a moment, intertwine our pinkies. Now promise me - Promise
.
.
.
Jeon Jungkook terbangun karena sinar matahari yang masuk dari antara celah tirai nya yang melambai tertiup angin karena tak tertutup sempurna. Mata bulat nya mengerjap, melihat sekeliling kemudian menghembuskan napas.
Aku benar-benar di sini rupa nya.
Seperti mimpi, Jungkook bisa berada di rumah nya sendiri. Rumah masa kecil nya, di rumah bersama keluarga nya yang lengkap. Seperti nya kemarin Jungkook masih terbangun dengan Taehyung yang meringkuk di samping nya memeluk guling, dia masih bisa membenarkan letak selimut Taehyung agar tak kedingingan.
Lagi-lagi Taehyung, sesakit hati apapun dia atas apa yang Taehyung lakukan Jungkook tak akan bisa membenci pemuda yang sudah seperti kakak bagi nya itu. Tak ada seorang adik yang bisa benar-benar membenci kakak nya, begitupun Jungkook.
Jungkook beralih turun dari ranjang, membuka lebar jendela nya membiarkan angin membelai wajah nya. Laut, Jungkook bisa melihat laut di hadapan nya. Rumah nya yang langsung menghadap laut, ombak yang saling berkejar-kejaran, aroma laut, serta pasir yang membekas di telapak kaki nya ketika ia berjalan di atas nya. Taehyung suka laut, Jimin juga. Mereka semua suka.
"Jungkook-ah."
Jungkook menoleh, kepala kakak nya menyembul di depan pintu. "Ada apa, hyung?"
"Turunlah, ada yang ingin menemuimu di bawah." kata nya, kakak nya menatap Jungkook sebentar. Lalu kemudian menutup pintu kamar adik nya kembali.
Jungkook sedikit berpikir dan menaruh prasangka siapa yang kira nya ingin menemui nya sepagi ini. Jungkook lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan menggosok gigi, mengganti pakaian tidur nya dengan kaos hitam polos dan celana jin pendek lalu segera keluar dari kamar nya. Kenapa hati nya jadi sedikit cemas? langkah kaki nya yang menuruni tangga terdengar sangat hati-hati. Melewati lorong pendek untuk sampai ke ruang depan, Jungkook terpaku di sana. Pandangan nya tertutup kabut tipis di pelupuk mata nya tiba-tiba saja karena melihat presensi empat orang pemuda di sana yang duduk berhadapan dengan ayah dan ibu nya, juga dengan sang kakak yang memilih berdiri di depan jendela yang terbuka.
"Jungkook-ah.."
Ini nyata, panggilan Yoongi pada nya terasa sangat nyata. Juga senyum yang terukir di wajah masing-masing pemuda itu.
"H-hyung.." langkah Jungkook terbata, mata nya mengerjap-ngerjap masih tidak percaya. Lalu kemudian tubuhnya diraih oleh Hoseok yang membawa nya dalam sebuah pelukan yang hangat. Jadi, ini bukan mimpi, kan?
"Kami merindukanmu." bisik Hoseok sambil masih memeluk Jungkook erat.
Jungkook ingin tertawa, padahal mereka baru berpisah beberapa hari. Tapi rasa rindu yang tertimbun dalam hati mereka seperti merasa bahwa mereka sudah sangat lama tidak berjumpa. Lucu, bukan?
Hoseok lalu melepaskan pelukan nya, mengelap sedikit air mata yang keluar dari sudut mata nya. Jungkook lalu duduk di sebelah ibu nya, yang tentu saja tidak menunjukan wajah ramah seperti seorang tuan rumah kebanyakan. Jelas, ibu nya tidak senang dengan kedatangan tamu yang terasa terlalu pagi dan tiba-tiba ini.
"Ada apa kalian ke sini?" tanya Jungkook kemudian, "apa terjadi sesuatu?" tanya nya cemas.
Keempat pemuda itu saling berpandangan, seperti sedang bicara lewat telepati seolah mereka bisa membaca pikiran satu sama lain. Kemudian pandangan mereka semua beralih kembali pada Jungkook, "Kami ingin menjemputmu pulang." akhirnya Namjoon yang menjawab, diiringi anggukan ketiga pemuda lain nya.
"Apa yang kalian kata kan?!" Tak disangka, ibu Jungkook sudah naik pitam lebih dulu hanya dengan mendengar ucapan pemuda berlesung pipi itu. "Pulang kemana?! rumah Jungkook itu di sini, bersama kami keluarga nya!!" wanita itu terlihat sangat berapi-api, suami nya yang duduk di sebelahnya menahan lengan sang ibu untuk menenangkan nya.
Keempat pemuda itu sesungguhnya sudah menyiapkan hati mereka untuk penolakan ini, sungguh mereka tidak berharap terlalu banyak bahwa Jungkook akan kembali pada mereka setelah anak itu mengatakan seluruh perasaan yang dia simpan selama ini tentang mereka. Tetapi, meski hanya sebuah harapan kecil mereka tetap ingin berusaha mengajak Jungkook kembali ke Seoul.
"Nyonya Jeon." Seok jin menatap lekat pada ibu dari pemuda yang sudah dianggapnya sebagai adik kandungnya sendiri itu, sebagai yang tertua di antara mereka semua Seok Jin merasa memiliki tanggung jawab dan kewajiban lebih besar mewakili mereka untuk meluruskan masalah ini dengan keluarga Jungkook. "Kami benar-benar minta maaf dengan segala yang terjadi pada Jungkook selama dia jauh dari anda." Seok jin meneguk saliva, membasahi kerongkongan nya yang terasa kering. "Kami tahu, kami semua belum cukup baik untuk menjaga Jungkook selama ini." pandangan nya beralih pada kedua manik bulat milik Jungkook. "Kami belum bisa membuktikan padanya bahwa kami bukan hanya sekedar teman yang mengenal sejak lama, tapi juga kakak yang bisa dia andalkan." Seok Jin mencondongkan tubuh nya sedikit ke depan.
"Maka dari itu, kami ke sini untuk meminta satu kesempatan lagi pada Jungkook. Kesempatan untuk kami bisa membuktikan pada Jungkook bahwa kami adalah teman, saudara, kakak, dan keluarga yang juga bisa dia andalkan." Seok Jin berkata dengan sangat mantap, teman-teman nya saling melirik saat seperti ini mereka bisa melihat bagaimana dewasa nya seorang Kim Seokjin.
"Tidak bisa." ibu Jungkook tentu saja bersikeras pada keputusan nya, "aku tidak akan mengizinkan anak ku kembali pada kalian. Ini rumah nya, dan dia tidak akan kemana-mana."
"Ibu.." Jungkook yang berada di sebelahnya meraih tangan wanita itu. "Aku...aku ingin bersama mereka." lalu Jungkook mengalihkan pandangan pada keempat pemuda dengan senyum sumringah mendengar jawaban Jungkook. "Aku ingin pulang bersama mereka, Bu."
"Tidak bisa! kau bahkan baru beberapa hari di sini, dan kau ingin pergi lagi?!" wanita itu bahkan sampai bangun dari sofa. "Kau lupa apa yang mereka lakukan padamu? Kau di sana untuk mereka bukan? Itu yang selalu kau bilang pada ibu setiap kali ibu memintamu untuk pulang ke rumah. Kau selalu bicara tentang rumah mu yang lain di sana, itu semua hanya omong kosong Jungkook! Ibu tidak akan membiarkanmu kembali ke sana, rumah mu di sini bukan di tempat lain!" ibu nya lalu melangkah dengan emosi yang masih bergejolak dalam dada nya, masuk ke kamar dengan bantingan di pintu.
Jungkook menggigit bibirnya, dia tak ingin menyakiti siapapun di sini. Tidak teman-teman nya yang sudah datang ke sini untuk memperbaiki semua nya, tidak juga ibu nya yang Jungkook tahu terlalu mengkhawatirkan nya. Jungkook lalu bangkit, tergesa menyusul ibu nya masuk ke kamar dan menutup pintu pelan. Meninggalkan empat pemuda, ayah nya serta kakak nya di sana dalam keheningan.
"Bagaimana ini?" tanya Hoseok cemas.
Hoseok bertanya bagaimana pada mereka? Mereka juga tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Kemarahan ibu Jungkook begitu terlihat, tatapan mata wanita itu menyiratkan kekecewaan. Mereka seperti ini menyerah, harapan membawa Jungkook kembali pada mereka nyata nya sia-sia. Mereka harus menyiapkan hati untuk kehilangan yang kesekian kali.
"Tuan Jeon." Yoongi menoleh pada ayah Jungkook yang sedari tadi memperhatikan dalam diam. Pria itu tahu bagaimana perangai isteri nya, terlalu berapi-api dalam emosi nya. "Maaf sudah membuat keributan pagi-pagi di rumah anda." Yoongi membungkuk, "kami akan pergi sekarang." ucap nya, lalu bangun dari sofa. Diikuti teman-teman nya yang lain.
Seperti nya, ini memang akhir mereka. Tiga orang yang termuda dari mereka pergi, bukankah terlihat seperti mereka berempat benar-benar kakak yang buruk?
Keempatnya berpandangan lalu saling mengangguk, mencoba untuk merelakan apa yang tertinggal di sana. Adik mereka.
"Hyung!"
Keempat pemuda itu menghentikan langkah, keempatnya memutar badan. Menatap sosok Jungkook yang keluar dari kamar ibu nya lalu berjalan pelan-pelan ke arah mereka.
"Kalian akan pergi tanpa aku?" tanya nya.
"J-Jungkook-ah, kau.." Hoseok berkata, terbata tak yakin dengan maksud Jungkook dan raut wajah pemuda itu yang sama sekali tak bisa ia baca.
"Aku akan pulang bersama kalian." jawab nya. "Aku ingin pulang." Jungkook melebarkan senyuman nya, memperlihatkan dua gigi kelinci nya. Mata nya menyipit dengan pipi yang tertarik ke atas. Senyum yang benar-benar tulus.
Sepersekian detik kemudian, keempat pemuda itu menghambur memeluk Jungkook. Hoseok menghadiahu ciuman-ciuman di kepala Jungkook. Namjoon mengusap punggung adik termuda nya. Seokjin sudah lebih dulu terisak, dan Yoongi yang mencoba menahan air mata nya agar tak tumpah juga.
Aku harap dia juga segera pulang..
To be continued..