Hera memarkirkan mobilnya di halaman rumah Om Dani yang sudah ramai. Ada dua mobil lainnya yang terparkir. Kedatangannya langsung disambut oleh pelukan sang ibu.
Sofa di lantai satu itu sudah penuh oleh keluarga dari ayahnya. Kini Hera duduk di antara ibunya dan Tante Sari. Di hadapannya ada Om Dani dan Om Galang. Tante Val sudah siap menyimak cerita Hera.
"Kamu beneran dilamar?" tanya Om Dani membuka pembicaraan.
Hera mengangguk, tiba-tiba dia merasa tegang.
"Mas Dani lama, ih. Dilamarnya gimana?" tanya Tante Val yang sudah tak sabar.
"Udah semingguan, sih. Di kantor dan ga ada aba-aba sama sekali. Hera juga baru tau dia tertarik sama Hera di hari itu." jelas Hera.
"Om denger kamu dapet beasiswa ke Inggris. Terus kamu korbanin beasiswanya?" Om Galang bertanya kali ini.
Hera mengangguk lagi.
Om Dani terlihat bingung, "Kamu suka sama dia?"
Hera mengangguk, "Dia yang nganter Hera ke Bandung waktu Ibu masuk rumah sakit. Hera nyaman sama Bian, Om."
"Kamu yakin? Bukannya kamu belum sekenal itu sama dia?" Om Dani sedikit khawatir pada keponkannya itu.
"InsyaAllah, Om. Kami sepakat selama persiapan pernikahan, kami bakal saling mengenal." jawab Hera mantap.
"Oiya, Hera sama Sabian komit berdua dan kami belum mau hubungan kita dipublikasi. Cuma keluarga dekat dan sahabat kami yang tau. Jadi Hera minta jangan sebarin ke siapa-siapa. Nanti kalo undangan udah disebar, baru deh." pinta Hera menatap seisi ruangan.
Semua mengangguk setuju.