Gemuruh suara kembang api dan tiupan terompet memecah kesunyian malam itu. Di sudut lorong sebuah kota, sebuah kos-kosan berwarna hijau tampak lengang, semua penghuni kosan beranjak keluar merayakan malam pergantian tahun.
Hanya tinggal seorang perempuan disebuah kamar sederhana berukuran 4x4 meter sedang sibuk dengan komputernya. Dia Kiyara, teman kamarnya tengah pulang kampung dan dia enggan keluar dari ruangan favoritnya itu, bukan karena tidak ada teman yang mengajaknya keluar, tapi baginya perayaan tahun baru bukan sesuatu yang semestinya dirayakan. 'Hei... anggap saja dia cupu, culun, dan kaku'. Tapi, bagi Kiyara prinsip tetap nomor satu.
Sesekali dentuman suara keras membuatnya terperanjat. Langit malam itu kian bergemuruh. Kilatan cahaya menyambar masuk melalui celah-celah jendela kamarnya. Dan Kiyara masih disini, asyik dengan dunianya sendiri. Seperti biasa, Kiyara menghabiskan beberapa waktunya untuk mengerjakan tugas kuliah, atau sekedar membalas semua chat dari sahabatnya Riana yang paling heboh dan hobi curhat. Bagi Kiyara, Riana bukan sekedar teman. Tapi, sahabat rasa saudara. Selalu ada dikala susah, kadang malah Riana sumber masalah dari kesusahannya.
Jam menunjukkan pukul 01:00 dini hari teman-teman kos belum kembali. Suara dentuman di langit negeri itu membuatnya sulit untuk memejamkan mata malam itu.
Urusan di komputernya baru saja selesai. Matanya lalu beranjak kearah rak buku di yang ada sampingnya. Ada beberapa buku di sana, sebagian buku kuliah yang bentuknya kebanyakan fotocopyan dan beberapa buku fiksi.
Setelah menemukan buku yang akan dilahap malam itu, Kiyara beranjak membaringkan tubuhnya di atas kasur biru yang berada di samping rak. Malam itu Kiyara ingin menikmati indahnya negeri China melalui buku yang baru kemarin dibeli, sebuah novel karya Asma nadia, yang berjudul "asslamu'alaikum Beijing".
Entah kenapa akhir-akhir ini dia senang berseluncur ke negeri orang melalui buku, setelah kemarin keindahan Rusia yang di gambarkan melalui novel yang berjudul "Bumi cinta" karya Kang Abik baru saja di lahapnya, rasanya senang, meski belum pernah berkunjung langsung ke tempat itu, baginya membaca karya penulis andalannya membuat Kiyara seakan merasakan langsung keindahan negeri itu.
Malam semakin larut, dentuman itu belum juga berhenti, lembaran demi lembaran dilahapnya dengan seksama. Bagi Kiyara, buku itu unik, tidak hanya menceritakan keindahan Beijing namun kisah cinta Romantis tertuang indah didalamnya. Kisah cinta Asma dan Zhonggwen yang bermata sipit dari Negeri China. Sesekali keningnya berkerut, ketika Asma akhirnya memutuskan untuk tidak lagi memberi kabar pada orang terkasihnya, Zhongwen yang berada di negeri China. APS(Antiphosppholipid Syndrome) yang di derita Asma membuatnya harus merelakan perasaanya.
Kiyara menarik nafas panjang. Mata menatap langit-langit kamarnya.
Cerita itu mengingatkan pada kisahnya sendiri yang memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan seseorang, penyakitnya memang bukan APS seperti yang di derita Asma, tapi menurutnya sama ganasnya dengan penyakit berbahaya itu, Kiya tengah menderita penyakit Fallin in Love Syndrome. Kiyara sadar akan aktifitas ibadahnya yang kian menurun, setiap saat berkomunikasi dengan orang yang belum halal untuknya dan belum tentu juga jodohnya. Kiyara merasa bersalah pada dirinya, pada lelaki itu.
Suatu hari, setelah sebuah pesan terakhir di jejaring sosial facebook, Kiyara memutuskan untuk menyudahi semuanya, semua tentang lelaki itu coba ditepisnya jauh-jauh. Mencoba membangun kembali puing-puing imanya yang telah runtuh berkeping keping.
Kini ada cinta yang lebih agung yang harus dikejarnya. Cinta sejati seorang hamba pada Rabbnya, seperti kesucian cinta Rabiatul Adawiyah, seperti kesucian cinta Yusuf pada Rabbnya melebihi cintanya pada Zulaikha.
Pukul 01:30 WITA, Kiyara menyudahi bacaanya, matanya kian sayu. Dentuman di kota itu berangsur ditelan sunyi. Seperti halnya kisahnya yang telah terhenti.
******
To Be continued