MY PRINCE || JJK βœ”

By kleponketan

65.6K 5.8K 503

✍🏻 SELESAI & SUDAH DIREVISI ✍🏻 "A-apa?! Ci-ciuman?"~KNM "Apa bisa kita lakukan sekarang?"~JJK Kim Nami, gad... More

βˆ† Main Cast
01 | Tanda
02 | Kenangan
03 | Kisah pt. 1
04 | Kisah pt. 2
05 | The Nightmare
06 | The Small Smile is Back
07 | Siapa Sangka?
08 | Cemburu?
09 | Tell You
11 | Dia Aneh
12 | Jangan Lagi!
13 | Grow
14 | Ratu?
15 | The Judgment
16 | The Begin
17 | Ini Nyata
18 | Topeng
19 | The Fury
20 | The Flash
21 | Than a Moment
22 | The Luv
23 | The Child [End]
~ Cerita Baru ~

10 | Maaf

2.2K 243 25
By kleponketan

Biasakan vote sebelum baca
Atau
Biasakan baca setelah vote

Selamat membaca :v

======================


Nami melangkahkan tungkainya di koridor sekolahnya. Seperti biasa, ia berjalan seorang diri. Sepi dan dingin sebab waktu masih menunjukkan pukul 06.30. Dan para penghuni sekolah biasa datang di waktu akhir. Mereka terlalu tertib 😑.

Dengan pandangan kosong ia melajukan kakinya. Pikirannya kalut tentang Jungkook. Jika Jungkook telah mendapatkan kekuatannya kembali maka Jungkook dapat membantunya. Tapi, Nami masih ragu untuk meminta bantuannya itu.

"Nami! Hati-hati!"

Sontak pekikan itu membuayarkan lamunannya. Nami menghentikan langkahnya.

"Eh, Eunwoo,"

"Kau hampir saja menabarak tong sampah itu. Kau mau masuk ke dalam situ?" kata Eunwoo sambil menunjuk dua tong sampah di depan Nami. Nami pun mengikuti arah ujung telunjuk Eunwoo.

"Ah, maaf." Nami mengeluarkan cengiran canggungnya.

"Dasar ceroboh," ejek Eunwoo, "kau melamun ya?"

"Eeh ... ti-tidak," bohong Nami. Ia menggeleng cepat.

"Oh, ya sudah."

Mereka melanjutkan perjalanannya. Suasana hening kembali menyelimuti. Hingga akhirnya panggilan Eunwoo yang memecah keheningan.

"Nami."

"Iya?" balas Nami.

"Tentang pertanyaanku kemarin ..." Eunwoo menjeda ucapannya,"... apa kau sudah memiliki jawaban?"

Pertanyaan Eunwoo yang sukses membuat Nami membisu. Jantungnya seperti berhenti berdetak beberapa detik. "Bagaimana ia masih mengingatnya? Aku harus jawab apa?"

"Bagaimana?" tanya Eunwoo lagi.

Nami berpikir sejenak.

"Emmmh, a-aku akan menjawabnya nanti di taman sekolah," jawab Nami canggung. "Bisakan?" tanyanya mendelik.

Eunwoo hanya menganggukkan dan mengulum bibirnya. Pandangannya beralih turun ke lantai yang dipijakinya. Hingga timbul suara dari seseorang yang dibencinya. Mimik wajahnya berubah seketika.

"Hai, Nami!"

"Oh, h-hai, Jungkook," jawab Nami.

Jungkook memposisikan dirinya di antara Nami dan Eunwoo. Kedua tangannya merangkul pundak mereka. Entah sejak kapan Jungkook berubah menjadi sesosok yang sok akrab dan meninggalkan sikap dinginnya.

"Ngomong-ngomong, kalian tadi membicarakan taman sekolah, memangnya ada apa dengan taman sekolah?" tanya Jungkook.
"Eeh, tidak ada," Nami mencoba menjawab. Sekali lagi gadis itu berbohong.

Merasa risih dan jijik, Eunwoo melepas rangkulan Jungkook secara paksa dan kasar. Hingga tangan Jungkook terhempas ke belakang dan hampir terjungkal. Ia tak menggubrisnya selagi tangan kanannya masih tertaut di pundak Nami.

Menyadari Nami yang masih setia dalam rangkulan Jungkook, Eunwoo segera berucap, "Nami, ayo! Ini sudah mau masuk." Tangan Eunwoo meraih pergelangan tangan Nami dan menyeretnya cepat. Rangkulan Jungkook melonggar dan terlepas begitu saja.

"Aku duluan, ya, Kook," pamit Nami disaat dirinya masih terseret arus langkah Eunwoo yang semakin cepat.

Jungkook tak menjawab. Dirinya masih terpaku di tempat itu. Tangannya mengepal kuat hingga kuku jarinya memutih.

***

Kejadian seret menyeret telah selesai. Kini tak ada yang mau angkat bicara.

Mereka telah sampai di depan pintu kelas. Nami berjalan masuk dan diikuti Eunwoo di belakangnya. Belum Nami melangkahkan yang ke dua kalinya, sebuah kaki sudah terpalang di tengah-tengah pintu yang membuatnya jatuh dan menimbulkan suara tubrukan. Kacamatanya terbang entah kemana.

"Hahaha, lihatlah! Si cupu terjatuh. Hahaha."

Tawa dari penghuni kelas menggema ke penjuru ruangan, kecuali Eunwoo. Ia segera membantu Nami berdiri.

"Eeung ... Dimana kacamataku?" tanya Nami pada Eunwoo. Eunwoo mencari di mana letak benda itu. Nami juga ikut mencari walau pandangannya sangat tidaklah jelas.

"Ada apa cupu? Kau mencari ini?" tanya Seulgi, siswa yang memalangkan kakinya tadi. Tangannya mengayun-ayunkan benda yang dicari Nami.

Nami hendak mengambilnya, tapi malah dilempar ke siswa di seberangnya, Joy. Ia mengikuti kemana arah kacamatanya berada. Postur tubuh Joy yang tinggi membuat Nami tak bisa meraihnya karena Joy mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Ia melompat-lompat pun tak bisa dicapainya. Malahan menjadi bahan tertawaan bagi seluruh siswa, kecuali Eunwoo.

Tak ambil diam, Eunwoo mengambil paksa kacamata itu dari tangan Joy. "Kembalikan!" ucapannya yang dingin dan tegas tak membuat Joy bergetar.

Diberikannya kacamata itu pada Nami. "Terima kasih."

Eunwoo kembali menatap tajam pada manik Joy. Kebencian tersorot jelas di sana. Ia berjalan perlahan ke arah Joy sehingga membuat Joy sedikit mundur agar tak mengikis jarak. Sampai tubuh Joy telah menempel pada dinding, Eunwoo tetap melajukan langkahnya. Jarak mereka cukup dekat sekarang.

Eunwoo menggebrak dinding di samping tubuh Joy dengan geramnya. Tangan kanannya difungsikannya sebagai sandaran tubuhnya dan agar orang di depannya tak lari dari kukungannya.

"Apa?! Apa maumu?!" bentak Eunwoo. Tentu saja tak menurunkan keberanian Joy.

"Aku hanya ingin dia musnah dari dunia ini!" ujarnya tak mau kalah dengan Eunwoo.

Netra Eunwoo memerah, telinganya memanas. Deru napas yang tak teratur membuat suasana di kelas itu juga ikut memanas. Ini merupakan tontonan baru bagi mereka yang sudah kehabisan drama di hidupnya.

Tangan Eunwoo mengepal dan hendak memukul wajah Joy, tapi diurungkannya. "Untung kau perempuan, kalau kau laki-laki aku akan-," Eunwoo memutus ancamannya.

"Kau akan apa?" Joy mencoba memancing emosi lawan bicaranya.

"Aku akan menghabisimu," lirih Eunwoo agar tak ada yang medengarnya selain Joy.

"Tapi jika kau tetap melakukannya ....

... aku akan tetap melakukannya juga," lanjut Eunwoo.

"Eunwoo, sudahlah," Nami menarik lengan Eunwoo dan mencoba melerai. Menurut saja, Eunwoo mengikuti Nami yang berakhir pada bangkunya.

***

Teeeeeeeeett!

Bunyi bel istirahat yang begitu nyaring di telinga.

"Baiklah anak-anak, kita lanjutkan minggu depan, Selamat siang," ujar guru di depan kelas sebelum meninggalkan ruangan.

"Siang, pak," ucap murid-murid serempak.

Sesuai janji, Nami akan menyatakan jawabannya pada Eunwoo. Jadi, dirinya akan menyiapakan mental sebelum itu.

"Aku tunggu di sana," kata Eunwoo. Ia berdiri dan berjalan keluar.

Setelah mengetahui Eunwoo benar-benar telah hilang di sebalik pintu, Nami menghirup oksigen kuat-kuat dan menghembuskannya secara perlahan. Berharap gugupnya segera hilang.

Nami pov

Aku harus menemuinya sekarang. Aku tak ingin membuatnya kecewa. Tapi bagaimanapun aku tetap akan melakukannya.

Aku berdiri dan melangkah menuju taman sekolah. Tak sering aku kesana karena sebagian waktuku di sekolah kugunakan untuk bersemedi di perpustakaan. Sebagian besar buku-buku di sana sudah aku baca. Tapi belum tentu pula semua isinya dapat termuat di otakku ini.

Aku telah sampai di tempat yang asri nan sejuk. Beberapa pohon tertanam untuk menjaga wilayah agar tetap teduh. Kursi taman ikut melengkapinya. Walaupun terlihat enak dipandang, tapi minat siswa untuk pergi ke kantin di saat jam istirahat berlangsung tetap menjadi nomor satu. Jadi jangan heran jika taman di sekolah ini terbilang sepi dan jarang yang mengunjunginya.

Nampak seorang siswa di sebuah kursi yang menghadap langsung ke kolam ikan. Eunwoo. Langsung saja aku menuju ke arahnya. Tubuhku berhenti tepat di depannya dan menghalanginya untuk melihat ikan-ikan yang berenang dan saling mengejar.

"Maaf, menunggu lama," ucapku pada Eunwoo.

"Hemm, tidak apa. Duduklah sebentar," pintanya.

"Ah, tidak perlu."

"Jadi?"

"Kau tahu kan kalau aku tidak suka basa-basi. Jadi, ...."

Eunwoo menaikkan sebelah alisnya sementara menunggu jawaban dariku.

"... maaf, aku tidak bisa."

"Maksudmu?" tanya Eunwoo tak mengerti. Alisnya menyatu dan memicingkan netranya.

"A-aku tidak bisa menerimamu." Hais! Mengapa aku jadi gugup seperti ini.

Kulihat dia menunduk. Sepertinya dia sedang memperhatikan tanah di bawahnya.

"Apa ini karena si aneh itu?" pertanyaannya membuatku bingung. Si aneh?

"Si aneh? Siapa maksudmu?"

"Orang yang sama, yang sok akrab dan merangkulmu pagi tadi."

Aku mencoba mengingatnya. Siapa yang merangkulku tadi?

Aha! Jungkook.

"Dia punya nama. Dan namanya Jungkook," kataku menjelaskan.

"Aku tak perlu tahu namanya. Yang ingin kutahu, apa ini karena si aneh yang mempengaruhimu untuk menolakku?" Eunwoo lantas berdiri tepat di depanku.

"Hah? Eunwoo?! Apa maksudmu?! Dia bahkan tak ada hubungannya dengan ini. Sama sekali tidak," bantahku.

"Apa karena dia yang sama dengan sepertimu, kau menolakku? Apa karena dia yang lebih tampan dibanding denganku? Atau kau ingin meru-"

"Cukup, Eunwoo! Cukup!" Jari tanganku menyatu di depan wajahnya.

"Berhentilah menghujaniku dengan kata-kata tak masuk akalmu itu. Bersikaplah selayaknya sahabat. Jangan seperti ini, kau malah seolah-olah menjadi musuhku," lanjutku. Air mataku telah membasahi netraku. Berharap tak turun dan memperlihatkan sisi lemahku.

Dia mengusap wajahnya kasar.

"Nami, maafkan aku. Tapi, tolong jelaskanlah mengapa kau menolakku?"

Aku menghirup napas dan mnghembuskannya kasar. Itu hanya usahaku agar genangan air di pelupuk mataku tak semakin meninggi.

"Aku hanya tak ingin merusak hubungan yang telah kita buat. Kita seorang sahabat. Kita harus selalu mendukung dan bersama. Jika kita berhubungan lebih dari itu dan kita dibuat kecewa karenanya, maka yang kita pertahankan menjadi sia-sia. Kau satu-satunya yang kupunya sekarang. Aku tidak ingin kehilanganmu dan juga kebersamaan kita. Yang kuingin hanya itu dan tak lebih."

Tak terasa pipiku yang kering telah dibasahi oleh tetesan air mata. Aku benar-benar tak bisa mengontrol emosiku. Aku menunduk supaya wajahku tak terlihat olehnya.

Greepp!

Eunwoo memelukku. Aku tak membalasnya, tanganku tak sanggup. Kubiarkan tanganku tetap di sejajar tubuhku.

"Maafkan aku. Aku tidak berpikir sejauh itu. Tolong, aku juga tidak mau kehilanganmu, Nami."

Aku tak meresponnya. Isakan demi isakan terlontar dari mulutku yang menjadi penyebab aku tak kuasa menjawabnya. Aku masih membenamkan wajahku pada dada bidang miliknya.

"Aku terlalu bodoh berada di dekatmu. Egoku yang terlalu besar menutupi hati kecilku hingga berani menuduhmu. Otakku terlalu kerdil untuk berpikir sejauh dan senyata itu. Maafkan aku, Nami." lanjutnya.

Aku tetap setia dengan kegiatan menangisku. Aku benar-benar tak kuasa untuk mengeluarkan sebuah suara dari rongga mulutku. Jadi, aku memilih untuk tetap diam di pelukannya.

"Maukah kau memaafkanku?" tanya Eunwoo.

Bagaimanapun semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Entah kesalahan di sengaja maupun tidak disengaja. Jika kita tidak memberikan kesempatan, maka tidak akan ada lagi yang namanya memperbaiki perilaku. Jadi kuputuskan untuk memaafkannya.

Aku perlahan mengangguk di dekapannya. Mungkin karena ia merasakan gesekan di dadanya, Eunwoo mempererat pelukannya. Akhirnya, aku dapat membalasnya hingga kami benar-benar melakukan pelukan yang sesungguhnya.

Kini hanya satu yang kupikirkan, bagaimana hidupku setelah ini. Bahagia atau malah semakin tersiksa. Tolong, tetaplah seperti ini, Eunwoo. Aku membutuhkan dukunganmu.

"Terima kasih... Nami."

Nami pov end

°Jangan berlebihan, itu hanya mengukir senyuman sedetik kemudian luka selamanya°

~pio~


TBC


Wahai para makhluk halus, tunjukkan dirimu!

Please vote and coment!

See you next chapter 👐

~pio

Continue Reading

You'll Also Like

8.3K 1.5K 46
"Kalau kau hanya ingin menceramahi ku, diamlah. Aku tidak butuh omong kosongmu itu." "Sifatmu yang seperti itu yang membuatmu tak memiliki teman" Bah...
332K 25.1K 111
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
19.9K 2K 32
Kalian tahu Stigma itu apa? Kalau menurut Eunha, Stigma itu "Cap" yang melekat pada seseorang atau sesuatu. Seperti manusia yang di cap kebaikannya a...
46.8K 4.9K 48
usaha chenle dalam menyatukan kembali kedua orangtuanya yang sudah bercerai .. " fightink .. ini baru langkah awal .. " chenle " siapa nih yang nelep...