"Sehun kau serius?" Hyomin bertanya dengan suaranya yang bergetar.
Malam sudah tiba, Hyomin sudah rapih dengan outfit-nya yang serba putih. Rambutnya dibiarkan terurai tak diikat dan wajahnya polos tanpa sapuan make up. Tubuhnya bergetar ketika Sehun mengajaknya untuk pergi foto prewedding. Jujur Hyomin terlalu kaku untuk melakukan itu. Hyomin tipe orang yang tidak percaya diri dengan wajahnya sendiri, ia tidak suka berforo. Bahkan dalam ponselnya, hanya ada beberapa foto dirinya yang bahkan hanya seratus ratus foto saja. Sisanya, hanya foto makanan atau kata-kata mutiara dari twitter.
Serelah makan siang tadi, Sehun bilang jika malam ini mereka akan melakukan foto prewedding. Dan Sehun juga mengatakan ia telah menyewa gedung untuk acara pernikahan mereka yang akan dilakukan dua minggu lagi. Bagi Hyomin dua minggu itu adalah waktu yang cepat --bahkan sangat cepat. Apalagi ia akan menikah dengan tipe orang seperti Sehun. Yang dingin, melakukan hal semaunya, dan juga suka bermain-main dengan pistol. Sikapnya yang kurang ajar setiap kali bertemu dengan Hyomin membuatnya semakin takut untuk melanjutkan hidupnya.
Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, yang hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup. Menikah juga didasarkan dengan cinta, bukan hanya karena perjodohan. Hyomin takut jika ia menikah dengan Sehun. Ia membenci pria itu, bahkan di dalam diri Sehun tak ada yang Hyomin suka kecuali wajahnya. Harus diakui Hyomin menyukai bentuk wajah Sehun dan harus diakui bahwa pria itu benar-benar tampan. Bukan hanya itu, Hyomin takut dengan masa depannya. Bagaimana jika ia mempunyai anak dan Sehun selalu kasar dengan anaknya sendiri?
Apalagi Sehun adalah tipe orang yang misterius, pikirannya sulit ditebak, dan hidupnya penuh dengan kebebasan. Hyomin takut jika tiba-tiba Sehun meninggalkannya dan menelantarkannya. Jujur Hyomin takut semua itu terjadi.
"Memangnya sejak tadi aku sedang bercanda, hah?!" Sehun membalas perkataan Hyomin dengan bentakan.
Hyomin mengigit bibir bawahnya, tubuhnya bergetar, kakinya mendadak lemas tapi ia masih sanggup berdiri.
"Tolong beri aku waktu, Sehun," ucap Hyomin lirih.
"Baik aku undur," Hyomin menghela nafasnya. Tubuhnya yang lemas kini menjadi sedikit bertenaga. "Lima belas hari lagi kita menikah."
Hyomin membulatkan matanya. Tubuhnya kembali lemas dan kepalanya mendadak pening. Sehun benar-benar gila! Hanya satu hari Sehun memundurkan waktu pernikahannya?! Apa bedanya!
"Dua puluh hari!" tawar Hyomin dengan nada yang membentak.
"Lima belas hari atau kau berhenti menjadi seorang Dokter?"
Kali ini Hyomin benar-benar membenci Sehun. Tangannya megepal tanda jika ia kesal, entah kenapa hari ini Hyomin tidak bisa melawan Sehun. Mungkin karena pria yang ada di hadapannya ini adalah calon suaminya, makannya ia tidak berani melawan. Hyomin takut menjadi istri yang durhaka lalu terkena azab. Tapi Hyomin juga pernah melihat satu film tentang suami yang diazab karena durhaka, jadi ia bisa melawan Sehun kan? Tapi kenapa ia tidak bisa?
Ini benar-benar menyebalkan! Hidup memang tidak adil.
Nafas Hyomin berhembus pelan, ia mati-matian menahan emosinya agar tidak meledak-ledak. Malam ini Hyomin berusaha agar tidak melawan apa yang Sehun katakan, jika ia melawan Sehun keadaan tidak akan bertambah baik, malah bertambah buruk.
"Ayo!" ucap Sehun sambil menarik tangan Hyomin.
Mereka masuk ke dalam mobil. Sehun memasukan perseneling lalu menjalankan mobilnya. Malam penuh bintang serta bulan yang berdiri menambah cerhanya malam. Tapi malam tak secerah suasana hatinya yang begitu gelap dan suram. Hyomin seperti masuk ke dalam ruang yang gelap dan ia tak tahu bagaimana harus keluar. Ia ingin menangis, tapi air matanya sudah mengering dan tidak bisa keluar. Malam ini, cukup hatinya saja yang menangis karena kesalahannya, jangan sampai matanya juga ikut menangis.
Entah kesalahan mana yang Hyomin tangisi. Jika kesalahan saat Hyomin melihat pembuhan di depan rumah sakit, itu bukan sebuah kesalahan, tapi sebuah ketidak sengajaan. Tapi kenapa ia merasa bersalah karena hal itu?
Setelah beberapa menit, mobil yang Hyomin dan Sehun kendarai berhenti di sebuah studio. Hyomin melepas seatbelt-nya lalu turun dari mobil. Digengamnya tangan Hyomin kuat-kuat, lalu kakinya melangkah masuk ke dalam studio. Hyomin tiba di dalam studio, di sana sudah ada seorang pria dengan kamera SLR yang mengalung di lehernya.
"Hai Sehun, kau siap melakukan foto prewedding?" tanya seorang pria yang dijawab dengan deheman oleh Sehun. "Calonmu sangat cantik."
Sehun menatap sang foto grafer dengan kesal. "Jaga matamu jika tidak ingin keluar dari tempatnya."
"Santai, dude! Aku hanya bercanda," Sehun mengendus kesal. "Ayo kita mulai, sebelumnya kau dan calonmu itu ganti baju."
Sehun mengangukan kepalanya lalu mentap Hyomin. "Kau ganti baju sana," ucap Sehun yang dianguki oleh Hyomin.
Dalam waktu beberapa menit setelah Sehun berada di sini, sikapnya sedikit berubah. Bahkan ia terlihat posesif saat Hyomin dipuji oleh orang lain.
Apa Sehun sudah mempunyai perasaan?
*****
"Ini lihat hasilnya."
Setelah hitungan jam bergaya di depan kamera, Sehun dan Hyomin selesai melakukan foto prewedding. Mata mereka menatap hasil foto yang diambil beberapa menit yang lalu. Dilengkapi dengan jas hitam dan dasi kupu-kupu yang dipakai oleh Sehun, serta gaun hitam yang dipakai oleh Hyomin, mereka tampak bahagia dengan senyum di wajahnya. Sehun mengalungkan tangannya di leher Hyomin sambil memegang kalung, begitupun Hyomin yang ikut memegang kalung.
Sudut bibir Hyomin tertarik, ternya di dalam foto Sehun begitu manis saat tersenyum. Wajahnya yang tampan dengan rambutnya yang blonde, perpaduan yang pas untuk Sehun.
"Kau terlihat cantik," puji Sehun membuat Hyomin menatapnya sebentar. Sehun dengan matanya yang tajam masih menatap foto mereka.
Setelah memandang foto pertama, sang foto grafer menggeser foto selanjutanya. Dengan gaya yang sama, Sehun merangkul tubuh Hyomin di dalam foto tersebut. Rangkulannya begitu erat dibandingkan foto pertama. Sedangkan Hyomin melipat tangannya di dada.
Hyomin kembali tersenyum, entah apa yang membuatnya tersenyum tapi Hyomin ingin tersenyum. Andai saja calon suaminya ini adalah seorang yang ia cari selama ini, pasti di dalam foto tersebut Hyomin akan terlihat lebih bahagia.
Ponsel Sehun berdering membuat Hyomin reflek dan melirik ke arah Sehun. Wajah Sehun yang biasanya terlihat santai kini ada setitik ekspresi panik, dengan buru-buru Sehun kembali menaruh ponselnya ke dalam saku celana lalu menggengam tangan Hyomin erat-erat.
"Aku harus pergi."
"Tapi kau belum melihat semuanya, Sehun."
"Besok saja, aku harus pergi. Hyomin kau seorang Dokter kan?" tanya Sehun sambil memegang kedua bahu Hyomin dan wajahnya dipenuhi dengan peluh. Hyomin hanya menganguk kan kepalanya lemas.
"Ikut aku sekarang!" Sehun menarik tangan Hyomin dan memaksanya masuk ke dalam mobil.
"Sehun kita ingin kemana?" tanya Hyomin penasaran.
"Sudah kau diam saja!"
Sehun memajukan mobilnya dengan cepat. Sumpah demi Tuhan Hyomin masih ingin hidup! Sehun benar-benar gila! Meskipun Hyomin tak tahu kemana Sehun membawanya, yang pasti jalan ini berbeda dengan jalan sebelumnya. Dan Hyomin yakin ini bukan jalan pulang.
Setelah beberapa menit di dalam mobil dengan kecepatan tinggi, akhirnya Hyomin dan Sehun tiba di sebuah bangunan. Bangunan itu terlihat tertata dengan rapih dan di atasnya ada sebuah tulisan.
Panti Asuhan Oh.
Apa ini milik Sehun? Tanya Hyomin di dalam hatinya.
"Cepat turun!" perintah Sehun dengan suaranya yang membentak.
Hyomin menurut dan buru-buru turun dari mobil. Sehun kembali menarik tangan Hyomin dan berlari masuk ke dalam panti asuhan tersebut. Mereka berhenti di satu kamar ber-nomor 17, dengan hati-hati Sehun membuka pintu kamar tersebut dan melangkah masuk. Yang pertama Hyomin lihat saat masuk ke dalam kamar yaitu; ia melihat ada seorang anak laki-laki yang sedang meringkuk di dala selimut.
"Kau periksa dia cepat!" lagi-lagi Sehun memerintah dengan nada yang masih saja membentak.
"Tapi aku tidak membawa peralatanku," jawab Hyomin.
"Ck! Sebentar aku akan mengambil peralatan Dokter dulu."
Hyomin hanya menganguk ketika Sehun keluar kamarnya.
*****
"Dia hanya kelelahan, hanya perlu istirahat yang cukup dia akan sembuh."
Sehun menghela nafasnya, syukurlah salah satu anak panti asuhan bernama Eunwoo hanya kekelahan. Pikiran Sehun sudah melayang ke hal yang tidak-tidak, ia selalu takut jika salah satu anak-anak di panti asuhan ini sakit.
Hyomin membereskan barang-barangnya lalu memasukan ke tas medis yang Sehun bawa tadi.
"Sehun, panti asuhan ini milikmu?" tanya Hyomin.
"Iya."
"Kenapa?"
Sehun mengernyitkan alisnya. "Apanya yang kenapa?"
"Kenapa kau membangun panti asuhan?" Hyomin mengutuk dirinya sendiri. Entah kenapa pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutnya.
"Memangnya tidak boleh? Kau pikir aku orang yang seperti apa, hah?! Lagipula aku suka anak-anak, mereka lucu sama sepertiku."
Hyomin memutar kedua matanya malas saat mendengar kalimat terakhir dari Sehun.
"Ayo pulang! Aku ingin tidur."
Sehun membalikan tubuhnya dan keluar dari kamar. Tapi Hyomin masih mematung di tempat. Ia sungguh tidak percaya bahwa Sehun menyukai anak-anak. Pria yang jahat dan kejam itu ternyata masih memiliki hati nurani dan Hyomin senang melihatnya.
Mungkin rasa takutnya terhadap Sehun sedikit berkurang.
Mungkin...
Catatan si Willis:
Ternyata para pembaca kurang teliti ya hahaha. Gapapalah banyak yang tidak sadar.
Malam ini ChanHun mau bawain lagu We Young gais!
Tadinya mau update lagi, cuma Amanda Rawles ngajakin jalan malam ini. Sampai sini dulu ya updatenya.
Kasih foto Sehun yang bening2 deh.
Bening beud. Pusing akutu.