Keluarga Raya tentu saja tengah mengobrol dengan Keluarga Mondy. Mulai dari menceritakan kehidupan anak mereka masing-masing, sampai merencakan pernikahan anak-anak mereka.
"Ada baiknya nih ya, kalian saling mengenal dulu." ucap Papa Mondy.
"Raya.. ajak Mondy ke taman sana. Biar kalian saling kenal." ucap Papa Raya.
"Iya, Pah." jawab Raya. Pasrah.
"Sana, Mond. Ikutin Raya." ucap Mama Mondy.
"Tapi,mahh.."
"Udah sana."
"Mah, kaki Mondy lagi sakit. Mondy gabisa jalan." Mondy mengeluh. Namun Mama Mondy malah tersenyum mendengar itu. Karena ia tau Putra kesayangannya itu tengah berbohong.
"Yaudah. Mama panggilin dokter ya?" Bisik Mama Mondy. Membuat Mondy ketar-ketir.
"Udah nggak sakit kok." jawab Mondy.
"Nah. Yaudah sana sama Raya."
Mondy pun berdiri dari duduknya. Lalu Raya membawa Mondy keluar. Menuju taman di halaman rumahnya.
Lalu Raya duduk dibangku taman. Diikuti Mondy.
"Jadi lo nerima perjodohan ini?" Tanya Mondy memulai percakapan setelah beberapa saat terjadi keheningan diantara mereka.
"Sebenarnya sih ogah. Tapi gue gak bisa nolak bokap gue." jawab Raya kemudian menunduk.
"Kita harus pikirin caranya biar pejodohan ini dibatalkan." ucap Mondy.
"Caranya?"
"Ya makanya kita cari tau." ucap Mondy.
Raya diam.
"Lo punya pacar?" Tanya Mondy.
Raya kaget dan langsung melihat Mondy. "Hah?"
"Enggak nggak.. maksudnya.. bi..biar.. gue pikirin caranya. Bukan maksud gue mau sama lo." Jelas Mondy.
"Oh. Iya gue punya. Dan gue yakin lo juga pasti punya." jawab Raya.
"Kata siapa. Orang gue gapunya kok." elak Mondy. Sedikit bangga nampaknya.
Raya hanya tersenyum tanpa rasa. Maksudnya terpaksa.
"Yaudah.." lalu Mondy berdiri. "Gue mau pulang dulu. Bosen gue disini." ucap Mondy.
"Hah?"
"Bodoamat gue mau pulang." Lalu Mondy pergi meninggalkan Raya.
"Tu anak aneh banget sih. Serius gue harus nikah sama dia?" Kesal Raya.
"Yaudah.. berhubung mereka ngira gue sama dia lagi ngobrol sedangkan dia udah pulang, gue ke kamar aja deh." Lalu Raya melangkah menuju kamarnya lewat pintu belakang. Karna kalau lewat pintu depan, sudah pasti melewati ruang tamu.
Saat melewati Dapur, tidak sengaja Raya berpapasan dengan Pembantunya.
"Lho? Neng Raya disini?"
"Em.. hehe.. udah,bi. Bibi pura-pura gak tau aja. Aku mau ke kamar. Anggap kita gak ketemu disini. Oke?" lalu Raya berlari menuju kamarnya.
Setelah berada di kamarnya, Raya mengunci pintu kamarnya.
Tak lama kemudian hp Raya berdering. Ada panggilan masuk dari Haykal. Rayapun menjawabnya.
"Iya, kal?"
"Lagi ngapain nih?"
"Lagi... lagi baca buku sih." jawab raya lalu ia berbaring diatas Ranjangnya.
"Oh.. Ray,, aku besok ke rumah kamu ya."
"Hah? Mau ngapain?"
"Kapan sih kamu ngenalin aku sama orang tua kamu?"
"Haykal.. bukan sekarang waktu yang tepat. Aku mohon kamu sabar lagi. Keadaan Papa belum sepenuhnya membaik."
"Kamu yakin?"
Raya diam. Lalu ia berfikir jika ia memperkenalkan Haykal sebagai pacarnya pada orang tuanya, mungkin perjodohannya bisa dibatalkan.
"Yaudah.. besok kamu kesini ya."
"Serius nih?"
"Iya."
"Akhirnya.. oke Ray. Besok aku ke rumah kamu."
"Iya,kal."
"Nanti aku hubungin lagi ya."
"Oke."
"Dahh."
"Byee.."
Rayapun mengakhiri panggilannya. Lalu berbaring menatap langit-langit kamar. Sungguh malam yang melelahkan.
S
K
I
P
Keesokan Harinya...
"Ray.. lo mau ngenalin Haykal ke orang tua lo?" Tanya Reva.
Hari ini Raya sedang berkumpul dengan teman-temannya. Yaitu Geng Anak Jalanan, yang beranggotakan kurang lebih 15 orang dengan Boy Wirawan sebagai ketua mereka.
"Iya, Re." jawab Raya
"Waah.. bagus tuh, Ray. Ntar kalau kalian udah nikah, gue minta ponakan 5 ya." ucap Iyan yang berhasil membuat Mereka kaget.
"Heh upil cicak! Lu pikir semua itu gak butuh proses? " Ucap Dado
"Tau nih. Emang lo pikir ngelahirin anak gampang? Ngelahirin 1 anak aja kita para wanita udah taruhan sama nyawa." ucap Cindy.
"Tuh dengerin." ucap Raya.
"Hehe... iya iya gue salah."
Mereka pun tertawa melihat ekspresi Iyan. Tak lama kemudian Haykal datang.
"Ada apa ini? Ketawa gak ngajak-ngajak." ucap Haykal lantas duduk disamping Boy.
"Cielah.. ni calon pengantin baru dateng. Kesian nih mempelai wanitanya nungguin." ucap Melly.
"Iya sorry.. tadi gue ke bengkel dulu. Biasalah." jawab Haykal.
"Udah. Ray, Kal. Kalian mau berangkat sekarang?" Tanya Reva.
"Emm.. gue terserah Haykal." jawab Raya.
"Sekarang juga ayo, Ray." jawab Haykal.
"Mau sekarang nih?" Tanya Cindy.
"Oke gapapa. Gue dukung kalian." ucap Reva.
"Ntar kalau tanggal pernikahannya udah ditentukan, kita harus pesta nih." ucap Iyan.
"Aaaa... bener banget. Ini kan pernikahan pertama dari geng Anak jalanan. Jadi kita harus ngerayainnya." Sambung Melly.
Haykal dan Raya tertawa. Tak sedikit rasa syukur bisa mengenal mereka yang mempunyai rasa solidaritas yang tinggi.
"Iya iyaa... tentang pesta, kita serahin semua sama kalian." Ucap Haykal.
"Kalau gitu kita pergi dulu ya." ucap Raya.
"Oke.."
"Dan jangan lupa gue minta kalian kumpul disini ntar malam ya." ucap Haykal.
"Iyaaaa. Emang ada apa sih?" tanya Cindy.
"Ada deh." ucap Raya sambil tersenyum pada Haykal.
"Yaudah.. kita berangkat ya."
"Iya.. gue tunggu hasilnya ntar malam."
Haykal dan Raya hanya membalasnya dengan tawa kecil. Lalu Mereka pergi ke Rumah Raya.
"Nah sekarang kita mau ngapain nih?" Tanya Iyan.
"Hmm..gimana kalau kita makan bareng aja. Gue yang masak deh." ucap Reva.
"Nah bagus itu. Kita juga mau bantu. Iya kan Cin?" Ucap melly.
"Ide bagus1" jawab Cindy
"Kebetulan banget. Gue lagi laper ini." ucap iyan.
Drrttt Drttt
Tiba-tiba Hp Boy bergetar. Ada panggilan masuk.
"Bentar ya." Lalu Boy pun berjalan menjauh dari teman2nya.
"Hallo?"
"?????"
"Iya. Kenapa emang?"
"?????"
"Yaudah gua ke sana sekarang."
"?????"
"Iya."
Lalu Boy pun kembali pada teman-temannya.
"Guys.. sorry banget gue harus pergi sekarang. Ada urusan mendadak." ucap Boy sambil memakai Jaketnya.
"Hah? Yaudah hati-hati," ucap Iyan.
"Gak makan bareng kita?" Tanya Reva.
"Lain kali aja. Soalnya ini lumayan penting." Jawab Boy seraya merapikan pakaiannya. "Sayang, kamu pulang bareng Oky dulu ya." Sambung Boy pada kekasihnya, Reva.
Reva mengangguk mengerti. Memang Boy dan Reva telah menjalin hubungan kasih sejak masa SMA dulu.
"Kalau gitu gua duluan ya." ucap Boy lalu berlari tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya.
"Kok jadi aneh banget sih tu anak."
S
K
I
P
"Kamu tunggu disini dulu ya.." ucap Raya pada Haykal.
"Kenapa?"tanya Haykal. Pasalnya, Raya meminta ia untuk menunggu di depan ruang tamu.
"Aku mau mastiin kondisi didalam. Takutnya Papa lagi istirahat." jawab Raya.
"Yaudah." jawab Haykal. Lalu Raya pun masuk ke dalam ruang tamu yang kebetulan memang ada orang tua Raya disana.
"Ray? Baru pulang?"
"Iya, mah." jawab Raya.
"Ada apa? Kok kaya lagi ragu gitu?" Tanya Mamanya.
"Emm.. Mah, Pah. Ada yang harus Raya kasih tau sama kalian. Tapi sebelum itu Raya minta maaf karna gak bilang-bilang sama Mama Papa." ucap Raya. Tentu saja mereka bingung dengan Ucapan Raya
"Raya Minta maaf. Tapi Raya berharap Dengan Raya kasih tau ini, Papa mau batalin niat Papa." Sambung Raya.
"Maksud kamu Apa, Ray? Niat apa?" Tanya Papanya.
"Haykal." Panggil Raya.
Lalu Haykal pun masuk dan berdiri disamping Raya. Papa Raya melihat Haykal dengan tatapan aneh.
"Ini Haykal. Pacar... Raya." ucap Raya yang Berhasil membuat Orang Tuanya kaget.
"Pacar?" Tanya Mama Raya memastikan, dan mendapat anggukan mantap dari Raya sebagai jawaban.
"Ray. Kamu... Kamu... Aduh Raya..." Mama Raya nampak amat kebingungan.
Sementara Papa Raya berdiri dari duduknya. Menatap Haykal dengan seksama.
Dan seketika itu pula Papa Raya mengingat sesuatu.
Flashback...
"WOY! KELUAR LO! BISA NYETIR GAK SIH? KELUAR LO!!" teriak seorang pemuda
Lalu Papa Raya membuka kaca mobilnya.
"BILANGIN SAMA SUPIR LO. KALAU NYETIR TU LIHAT2" ucap pemuda tersebut dengan nada tinggi.
"Yang, kamu ngapain sih marah2 disini. Mendingan kita pergi aja. Ayoo" ucap wanita yang tiba2 datang membawa pergi pemuda tersebut yang berjalan sempoyonga,
"Sudah, pak. Jalan lagi aja." ucap Papa Raya.
"Maaf Pak. Disini emang banyak club malam. Jadi wajar saja banyak pemuda mabuk yang berkeliaran," ucap supir keluarga Raya.
Flashback off
Amarah mulai menyelimuti dirinya saat Ayah Raya mengingat dengan jelas siapa pria yang diakui Putri semata wayangnya ini sebagai pacarnya.
"Raya.. apa dia orang yang mau kamu nikahi?" Tanyanya.
"Iya, Pah." jawab Raya.
"Tidak! Papa Tidak Mengizinkan kamu menikah dengan Pria Pemabuk seperti dia!" Ucap Papa Raya.
Raya dan Haykal langsung kaget.
"Pemabuk?" Tanya Raya memastikan.
"Papa Tidak akan pernah mengizinkan kamu menikah dengan Pria ini." tegas Papa Raya.
"Pah.. maksud Papa apa? Haykal baik, Pah. Dia gak suka mabuk-mabukan." ucap Raya membela.
"Sejak kapan kalian pacaran?" Tanya Papa Raya.
Haykal sedikit menarik nafasnya. "Sudah 3 bulan om." jawab Haykal.
"Tapi pacar kamu 2 hari yang lalu bukan Putri saya." ucap Papa Raya saat mengingat Haykal dibawa pergi oleh wanita lain dimalam itu.
"Maksud Papa apa?" Tanya Raya yang tidak mengerti.
"2 hari yang lalu, saat Papa pulang dari rumah sakit, Ada seorang pemuda yang mabuk lalu marah-marah sama Papa. Lalu pacarnya membawanya. Pacarnya itu bukan kamu, Ray. Tapi gadis lain." jelas Papa Raya. Membuat Mama Raya mengingat kejadian itu
"Maksud Papa,, dia.. Haykal?" Tanya Mama Raya.
"Iya. Dan Papa tidak akan melepaskan kamu untuk Pria seperti dia." ucap papa Raya dengan tegas.
"Tapi,pah..."
"Kamu boleh pergi sekarang. Saya tidak ingin semakin marah sama kamu dan Raya." ucap Papa Raya pada Haykal.
"Om,,, saya bisa jelaskan-"
"Kamu bisa pergi." potong Papa Raya.
"Tapi--"
"Sebelum saya bertindak kasar!" lagi lagi Papa Raya memotong ucapan Haykal. Nampaknya ia benar benar sudah muak dengan Haykal.
Mama Raya menatap putri kesayangannya. Kemudian ia beralih menatap Haykal. "Haykal, lebih baik kamu pergi sekarang." ucap Mama Raya yang tak ingin membuat situasi memanas.
Tanpa Pikir panjang, Haykal langsung pergi meninggalkan Raya dan orang tuanya.
"Pah.. Raya---"
"Sekali Papa bilang tidak ya tidak." ucap Papa Raya. "Dan... Apa kamu sendiri tidak tau kalau dia itu seorang pemabuk?" Sambungnya.
Raya menangis. Tidak percaya dengan fakta yang baru saja terungkap. Mama Rayapun memeluknya.
'Udah, Sayang. Jangan nangis. Sekarang kamu tau sikap dia yang sebenarnya. Mama sama Papa gak mungkin bohongin kamu, Sayang."
"Mah.. tolong ambilkan obat Papa dikamar. Papa udah mulai pusing." ucap Papa Raya. Mama Rayapun mengangguk dan bergegas mengambil obat untuk suaminya.
Papa Raya mendekat pada Raya lalu memeluknya.
"Ray.. 1 permintaan Papa. Menikah dengan Mondy. Hanya itu. Hanya itu permintaan terakhir Papa. Sebelum Papa pergi untuk selamanya." ucap Papa Raya sambil mengusap rambut Raya.
"Pah.. jangan ngomong gitu." ucap Raya disela sela tangisannya.
"Kalau gitu.. kamu mau kan nerima perjodohan ini?" Tanya Papa Raya.
Raya melepaskan pelukannya. "Pah.. maafin Raya. Tapi Raya sama Haykal saling sayang." Raya masih saja berharap bisa menikah dengan Haykal. Walau ia sudah tau yang sebenarnya tentang Haykal.
"Raya sayang. Nak, perlahan lahan kamu juga akan menyayangi Mondy. Cinta bisa datang dengan sendirinya. Papa yakin Mondy yang terbaik buat kamu. Bibit bebet bobotnya sangat jelas. Papa bisa tenang kalau kamu menikah sama dia." jelas Papa Raya.
Raya diam.
"Ray kalau kamu gak mau nikah sama Mondy nggak apa-apa. Papa akan diam menunggu waktu Papa habis." ucap Papa Raya seperti menakut-nakuti.
"Pah Raya mohon jangan bilang gitu."
Rayapun menangis dan kembali memeluk papanya. Hari ini benar-benar kacau. Ia harus menjauhi kekasih hatinya, dan harus benar-benar setuju dengan keputusan orang tuanya untuk menikah dengan pria pilihan orang tuanya.
Skip
Malam Hari...
"Akhirnya.. gue akan segera terbebas dari masalah yang bahkan baru dimulai ini." Ucap Mondy. Lalu ia mengambil Hpnya dan segera mencari nomor telepon seseorang.
"Oh iya. Gue kan belum tukeran no hp sama si idul fitri itu." lalu Mondy mengambil jaketnya dan segera turun menghampiri Papanya
"Pah.. Kunci motor Mondy mana?" Tanya Mondy pada papanya.
"Mau kemana kamu?" Tanya Papa Mondy.
"Mau ke Rumah Raya." jawab Mondy.
"Hah? Papa tidak salah dengar kan?"
"Iya. Mana sini kuncinya." ucap mondy.
"Yakin mau ke rumah Raya? Malam-malam begini?" Tanya Papanya memastikan.
"Iya, pah. Kalo gak percaya Papa pasang aja GPS di motornya biar tau Mondy itu beneran pergi ke Rumah Raya." jawab Mondy.
"Mau ngapain?" Tanya Papa Mondy.
"Mondy mau ketemu aja, Pah. Udah sini kuncinya." ucap Mondy.
"Baru aja pisah malam kemarin udah kangen aja. Nih." Lalu Papa Mondy pun melemparkan kuncinya pada Mondy. Dan dengan sigap Mondy menangkapnya.
"Mondy pergi dulu." lalu Mondy pergi tanpa menunggu jawaban dari Ayahnya.
Skip
Mondypun sampai di depan Rumah Raya. Lalu ia memarkirkan motornya dan segera menghampiri pintu masuk utama.
Tok tok tok
Tak lama kemudian Mama Raya membukakan Pintunya.
"Eh.. Mondy?"
"Malam, Tante.."
"Malam. Ada apa? Sendiri aja?"
"Iya, tan. Rayanya ada?"
"Ada. Ayo masuk."
Mama Raya terdiam sejenak melihat calon menantunya ini sudah bisa berkunjung sendirian tanpa disuruh. Setaunya,, bukannya Mondy juga menolak perjodohan ini?
Mama Raya pun membawa Mondy masuk dan membawanya duduk di ruang tamu.
"Bentar ya. Tante panggilin Rayanya."
"Iya,tan." lantas mama Raya pun pergi memanggil Raya.
.
"Ray.. Ada Mondy di bawah. Samperin gih." ucap Mama Raya.
Raya tersentak kaget. "Ngapain dia?"
"Em.. Iya, Mah." Jawab Raya
Lalu Raya turun dan menemui Mondy sementara Mama Raya pergi menuju kamarnya untuk memberi tahu suaminya kedatangan Mondy.
.
"Ada apa?" Tanya Raya pada Mondy.
"Gue mau bicara sama lo." jawab Mondy dengan ekspresi aneh. Membuat Raya 'ngeh' dengan topik apa yang akan disampaikan Mondy.
Tak lama kemudian ia menarik tangan Mondy untuk menuju Taman rumahnya. Agar tak ada yang mendengar percakapan mereka.
"Gimana? Lo udah nemuin cara agar kita gak jadi nikah?" Tanya Raya setelah mereka sampai di taman rumahnya.
Mondy pun berdiri membelakangi Raya. "Gue tau lo punya pacar. Dan gue juga gak mau nikah sama orang yang bahkan baru gue temui. Dan gue tau lo sayang banget sama pacar lo. Dan pacar lo juga. Oleh karena itu gue mau bantu kalian buat bisa menikah. Selain itu gue juga belum mau nikah. Jadi gue cari cara buat kalian dan ini buat gue juga. Tapi akhirnya gue nyerah dan nyari bantuan. Akhirnya gue dibantuin sama sepupu gue buat bikin perjodohan ini batal. Gue tau cara ini sedikit Parah. Tapi gue rela ngelakuin ini demi perjodohan kita dibatalin. Dan karna gue laki2 jadi gue ngalah dan biar gue aja yang lakuin cara gila ini dan habis itu kita pasti terbebas dari perjo---"
Saat Mondy berbalik menghadap Raya, betapa kagetnya ia saat melihat Raya menangis diam-diam.
"Ray?"
"Perasaan gue gak ngapa-ngapain lo tapi kenapa lo nangis? Yang seharusnya nangis itu gue. Karna gue yang harus lakuin cara gila ini dem---"
"Gue mohon lo terima perjodohan ini aja, Mon." Potong Raya.
"Apa?" Mondy kaget lalu mendekati Raya.
"Gue Mohon. Terima perjodohan ini."
"Ehh gabisa gitu. Enak aja. Gue gak mau. Lagian bukannya lo udah punya pacar? Pasti lo ingin menikah sam---"
"Gue Mohon! Terima perjodohan ini." Raya menangis semakin menjadi.
"Lo kenapa sih? Bukanny---"
"Bokap gue kena kanker!! Dan dokter bilang umurnya udah gak lama lagi. Jadi gue mohon bantuan lo. Terima perjodohan ini." ucap raya sambil menangis.
Mondy diam. Dia kaget dengan apa yang diucapkan Raya. Jika mondy menolak, ia akan merasa bersalah. Tetapi ia juga tidak bisa Jika ia menerimanya.
"Gue mohon,Mond. Gue mohon.." Ucap Raya sambil menyatukan telapak tangannya memohon.
"Ray...."
Thanks udah mampir ke cerita gaje ini🙏🙏 maaf kalau banyak typo.
Salam penulis :
pena_biru03