Cast :
Min Hyorin A.k.a Kim Charin
Cho Kyuhyun A.k.a Cho Kyuhyun
Lee Donghae A.k.a Lee Donghae
*Story Begin*
Charin Point of view
Aku melihatnya! Bagaimana netra coklat terang itu menatapku dengan tatapan bersalah, tidak lagi dengan pandangan memuja ataupun seantusias dulu. Dan aku benci menyadari hal tersebut. Menyadari betapa dia sama hal nya dengan seorang iblis memiliki banyak muka dihadapanku.
Aku diam membeku dengan pandangan sedatar yang aku bisa, walaupun aku tak yakin bisa menahan sesuatu yang akan menyeruak keluar dari mata bulatku. Ia menunduk dan beberapa kali menggumamkan kata maaf yang tidak ingin aku dengar sama sekali. Kau tau!! Aku menginginkan sebuah penjelasan bukan kata maaf yang terdeskripsikan sebagai sebuah fakta dengan apa yang kulihat.
Aku mengalihkan pandanganku ketika menyadari air asin jernih itu keluar dari netraku. Kepalaku pening saat kejadian yang aku benci terulang dalam memory ingatanku, bagaimana dengan lihai pria tampan dihadapanku menempelkan bibir merahnya, ah tidak lebih tepatnya melumat dengan gerakan hebat pada gadis yang tak kukenal sama sekali.
Kuusap pipiku saat merasakan aliran bening itu akan mengalir. Kucoba sekuat tenaga untuk menatapnya semantap mungkin, namun aku tak sehebat itu. Semuanya tak sesuai rencanaku untuk tetap terlihat tegar dihadapannya, tidak! Aku tak sekuat itu.
"Ada yang kau ingin jelaskan padaku?" Tanyaku setenang mungkin.
Ia diam, dengan posisi yang menundukan kepalanya. Ia mendongakkan wajahnya padaku, menatapku dengan datar berbeda dengan pandangannya 25 menit yang lalu. Why? Ada apa dengan pandangan itu? Apa ia tak menyukai pertanyaanku?
"Kau sudah melihatnya, lalu apa aku harus menjelaskannya?" Dengan senyum miring ia mengeluarkan kata-kata yang membuatku tertohok. Senyum jahat itu sangat tak sesuai dengan tatapannya yang sendu kearahku.
Kualihkan pandanganku sekilas mencoba mencari objek yang lebih menarik daripada pria dihadapanku. Aku menunduk sebentar kemudian beralih menatapnya dengan datar. "Aku kecewa padamu, tapi tak sebesar rasa kecewaku terhadap diriku sendiri". Ku meyakinkan diriku bahwa aku harus kuat dengan perkataanya.
Kulangkahkan kaki jenjangku, meninggalkan pria itu dan berusaha sekuat hati untuk tidak kembali lagi menoleh kepadanya.
Cho KyuhyunPoint Of View
"Cho Kyuhyun, mari kita bercerai".
Aku ingat bagaimana dia 'istriku' mengatakan kata-kata yang paling aku benci dalam hidupku, sebelum ia meninggalkan ku dihalaman belakang kantorku. Ku akui aku memang bodoh membiarkan pihak ketiga masuk dalam kehidupan kami. Namun siapapun aku yakin akan melakukan hal yang sama sepertiku.
Istriku yang terlalu sibuk dengan pekerjaanya dan lebih mementingkan para pasiennya membuatku muak setiap harinya. Baginya tidak ada hari tanpa memikirkan para pasiennya. Kami memang menikah sudah lebih dari satu tahun, aku ingat bagaimana sulit nya ia berjuang hanya untuk mencapai cita-citanya. Mungkin kalian bertanya kenapa aku bisa tahu, itu karena dulu aku adalah sahabatnya sekaligus pemilik rumah sakit yang sekarang ia tempati.
Hari berganti, bulan berlalu, dan tahun tak dapat dihentikan. Kupikir hidupku akan merasa lebih berwarna saat menikah denganya, tapi pada saat bulan ketiga ditanggal tua ia mulai berubah, tak ada lagi sosok yang menyambutku setiap pagi dan malam seusai aku bekerja, tak ada lagi suara bising yang sering mengoceh dihadapanku, dan tidak ada lagi perhatian dari dirinya ketika aku lelah.
Aku diam ketika sikapnya membuatku muak, tidak pernah terlintas dalam pikiranku untuk bercerai darinya. Aku memang berselingkuh namun itu hanya sebagai hiburan semata untuk mengusir rasa jengah ku. Apa aku salah?.
Author Point Of view
Pria tampan bertuxido hitam itu keluar dari mobil silver dengan model yang terlalu mencolok. Langkah gontai itu memasuki sebuah rumah mewah bercat abu-abu. Dan jangan lupakan jejeran mobil yang terpatri di halaman rumah itu yang akan membuat siapapun yang melihatnya akan merasa takjub pada pemandangan mewah ini.
Ia berdiam diri sebentar saat melihat pintu kamar yang menjadi saksi bisu kebahagiannya bersama sang istri yang perlahan-lahan lenyap seperti asap. Ia memegang knob pintu itu sambil mencoba menguatkan diri agar bisa menghadapi seseorang didalamnya. Seseorang yang pertamakali membuatnya mencintai dengan tulus.
Saat pintu itu terbuka pandangan sendu miliknya langsung tertuju pada ranjang yang sudah terdapat tubuh ringkih yang membelakanginya.
Ia berjalan mendekat pada sosok itu sebelum akhirnya ia membuka jas yang ia kenakan dan melemparnya begitu saja. Ia melakukan hal yang sama. Berbaring menghadap istrinya yang ia yakini hanyalah berpura-pura tidur, itu terlihat dari pundaknya bergetar menahan tangis.
Ia sesak, ada perasaan bersalah dan takut secara bersamaan dalam hatinya. Takut akan kehilangan sosok yang begitu ia kagumi. Ia tahu sangat tahu, jika selama ini Charin mencoba membagi waktu padanya, walau ia sangat sibuk, ia bahkan mencoba menyempatkan diri untuk memasak sarapan dan makan malam untuknya. Namun bukan itu yang diinginkannya, ia hanya ingin melihat istrinya dan berbagi cerita dengannya. Namun mengapa semua itu terasa sulit baginya?.
Ia bergerak sedikit mencoba mendekatkan posisinya pada sang istri, dan dengan perlahan melingkarkan tangan kekarnya pada pinggang ramping wanita itu. Ia mengeratkan rengkuhannya saat wanita itu hanya diam membisu. Ia mencium tengkuk putih mulus itu, oh ya Tuhan sudah berapa lama ia tak mencium aroma yang menguar dari tubuh istrinya yang membuat candu. Apa ia yang terlalu sibuk atau sang istri yang seakan menjauh, dan bisa jadi dia yang terlalu sibuk menyalahkan istrinya sehingga ia lebih fokus pada Lusi sekretarisnya sekaligus selingkuhannya?. "Jangan pergi!". Ucapnya bukan dengan kalimat sendu melainkan dengan nada tegas yang sangat kentara.
"Perlu kau tahu aku takkan membiarkanmu pergi, bahkan selangkahpun kau mencoba menjauh dariku aku akan menarik dirimu kembali, tak peduli walau itu bukan keinginanmu!". Suara itu benar-benar terdengar angkuh dan tegas membuat wanita itu muak seketika.
Ia tak akan mau berpisah dengan istrinya. Takkan pernah! Ia mencintai istrinya dan akan selalu begitu, mengenai perselingkuhannya bukankah sudah ia katakan jika ia hanyalah ingin mengusir rasa bosan itu walau ia menyadari jika apa yang ia lakukan tidak merubah suasana hatinya. Ia hanya menginginkan istrinya, hanya itu.
Pria itu memejamkan matanya sambil berguman 'jangan pergi!' Beberapa kali. Saat mengingat perkataan terakhir istrinya siang hari yang mengucapkan kata-kata laknat yang ia benci, kemudian rasa takut kehilangan itu muncul lagi dan melingkupi ruang hatinya. Ia bersalah, sangat bersalah maka dari itu ia akan meminta maaf lagi pada istrinya.
Ia membalikkan tubuh istrinya yang sedari tadi mencoba mengabaikannya. Tatapan pria itu langsung terjatuh pada wajah sang istri yang sedang terpejam. Namun begitu air mata tak kunjung berhenti dari pejaman itu. Ia menghapus aliran kecil yang menghiasi wajah sang istri, namun bukan berhenti aliran itu seakan menjadi tambah deras, seolah memberitahukan padanya seberapa perih luka yang diterima istrinya.
Ia memeluk istrinya, menempelkan kepala itu ke dada bidang nya, mencoba menyalurkan rasa rindu dan bersalah serta takut kehilangan yang sangat terlihat. Astaga Tuhan apa yang telah ia lakukan? Ia benar-benar telah menghancurkan sosok rapuh ini. Hanya karena rasa bosan ia mengambil keputusan untuk berselingkuh membiarkan pihak ketiga masuk diantara rumah tangganya.
Ia semakin mengeratkan pelukannya saat dirasa sang istri sudah mulai terlelap, yang kemudian yang dilakukannya adalah mengikuti wanitanya ke alam mimpi, dia berdoa dalam hati semoga esok adalah hari yang lebih baik dari hari sekarang atau sebelumnya.
.....................................................................
'Maaf'? Adalah satu kata yang membuat siapapun mudah mengucapkannya, bahkan mereka rela melakukan sujud hanya untuk kata tersebut. Ketika usaha gagal untuk meyakinkan mereka yang kita sakiti, apa yang harus dilakukan? Diam? Atau Apakah melakukan usaha yang lebih keras lagi agar rasa bersalah itu lenyap dalam hati sehingga meninggalkan jejak kelegaan yang membahagiakan?. Entahlah, yang jelas sekarang Cho Kyuhyun sangat amat bahagia hari ini. Pukul 20.38 dihari sabtu malam minggu disaat kepulangannya dari singgasana kantornya ia mendapatkan sebuah kejutan yang tak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Kalian tahu apa itu? Istrinya, Kim Charin memaafkannya dengan tulus dan ikhlas, oh Tuhan! Bolehkah ia mengulangi perkataanya lagi? Ia dimaafkan! Oleh istrinya! Adakah hal yang lebih membahagiakannya lagi daripada hal ini?. Ada perasaan membuncah dan menggelitik di dadanya. Rasa yang membuatnya bahagia saat mengingat perkataan istrinya sehabis mereka makan malam yang saat itu diselimuti hawa dingin dan canggung, atau mungkin hanya ia yang canggung?.
'Kau bosan? It's ok, i know'.
Ekspresi datar itu tak hilang dari wajah cantiknya. 'Aku mengerti, Cho Kyuhyun. Aku mengenalmu, bahkan lebih daripada dirimu sendiri. Sudah berapa lama kita berhubungan? Oh ayolah bahkan lebih dari 5 tahun. Ingat satu hal Cho Kyuhyun! Sebelum menjadi istrimu aku terlebih dulu menyandang status sahabat terdekat di hidupmu. Tentu aku tahu bagaimana dirimu yang sebenarnya'. Ucapnya dengan tegas.
'Kau hanya mencari tempat untuk pelampiasan agar menghilangkan rasa bosan bukan?, aku tahu itu. Hatimu masih milikku, dan akan selalu begitu. Sampai kapanpun!. Aku adalah rumahmu, lalu ketika kamu pergi, itu bukan hal yang harus dikhawatirkan. Karena aku tahu tempatmu adalah aku dan kehadiranmu dirumah lain hanya untuk sekedar singgah'. Dengan satu tarikan nafas Charin mencoba terlihat hebat dan tegas.
Wanita cantik itu menunduk menatap tangannya yang bertautan di bawah meja makan. 'Maka dari itu kukatakan, kembalilah kerumahmu Cho Kyuhyun, ada seseorang yang sedang menunggumu. Ada seseorang yang takut akan kehilanganmu. Dan orang itu adalah aku. Aku yang mencoba berani memberikanmu sebuah maaf yang luarbiasa. Seperti mengulang masalalu dimana kamu selalu membuat kesalahan namun aku tetap memaafkanmu, dan akan selalu begitu meski kamu membuat kesalahan sebesar apapun itu, kata itu akan selalu aku beri, dan itu hanya untuk dirimu'.
Pada saat itu, hari itu, malam itu, dan detik itu juga ia merasa sangat amat bersyukur pada Tuhan yang telah memberikan seorang bidadari yang sangat cantik namun hatinya pun tak kalah cantik dari wajahnya. Wajah yang selalu menghiasi hati Seorang Cho Kyuhyun, ia berjanji pada Tuhan apapun yang terjadi ia tak akan pernah meninggalkan maupun membiarkan Charin pergi dalam hidupnya, hal itu tidak akan pernah terjadi, terdengar egois memang. Tapi Cho Kyuhyun benar-benar tak peduli, ia hanya mencoba mempertahankan miliknya walau dengan cara kotor apapun.
.....................................................................
Siang hari yang terasa hangat namun tak dingin itu terasa menyenangkan bagi siapapun untuk keluar rumah, meski hanya sekedar jalan-jalan, maupun menghabiskan waktu weekend dengan seorang kekasih, dan beberapa dari mereka lebih menyukai berada ditempat yang bernuansa indah dan romantis yang dipercaya dapat menghilangkan rasa penat, tak berbeda jauh dengan Charin ia juga butuh untuk melampiaskan kepenatannya, dan itu ia tumpahkan pada coffe bercampurkan vanila yang biasa disuguhkan di Restoran temannya.
Ia mengedarkan pandangannya saat merasakan ada seseorang yang memanggil namanya, setelah menyadari siapa si pemanggil itu ia pun lantas tersenyum senang, pasalnya ia sangat merindukan sahabat jauhnya itu.
"Astaga kau sangat cantik hari ini". Pujinya saat setelah menduduki bokongnya pada kursi dihadapan Charin.
Charin yang mendengar pujian berlebihan itu hanya mendengus kesal. Masalahnya temannya ini sangat pandai dalam merayu gadis tanpa memandang usia dan status gadis tersebut, sialnya ia adalah salah satu dari sekian banyaknya gadis yang pria itu goda dan gombali, dan hal yang menguntungkan untuk Charin adalah ia tak mudah jatuh pada pesona pria manapun, yah kecuali suaminya Cho Kyuhyun.
"Berhenti membual Tuan Lee Donghae!". Charin mencoba mengabaikan kekehan yang keluar dari bibir manis sahabatnya itu, ia kesal, sangat kesal. Bagaimana mungkin sahabatnya itu tak takut akan nada tajam yang mencoba ia keluarkan, nada biasa yang ia katakan pada setiap bawahannya di Hospital seoul itu.
"Aku bersumpah, aku tak berani membual padamu sayang. Itu pujian khusus untuk dirimu".
Perkatan Lee Donghae yang tidak terdapat nada bercanda itu mampu membuatnya tak berkutik. Oh ayolah, Donghae bukannya hanya sekedar sahabat jauh untuknya ia bahkan merupakan sahabat pertamanya sebelum Kyuhyun masuk dalam kehidupan mereka, dan membuatnya harus merasa jauh dengan sosok yang ada dihadapanya.
"Hae-ya, jangan seperti ini. Kita adalah tem-".
Belum sempat Charin meluruskan ucapanya, Donghaee dengan cepat menyela dengan cengiran lebar khas dirinya.
"Aku paham, dan aku mengerti. Kau santai saja, aku tak akan merebutmu dari kyuhyun. Karena aku tahu bagaimana besarnya rasa cintamu padanya". Sehingga kau bahkan rela memilihnya. Lanjutnya dalam hati.
Charin berdehem sebentar untuk menghilangkan rasa canggung yang tiba-tiba saja melingkupi suasana mereka. Charin mengalihkan pandangannya kearah suasana restoran yang terkenal ini, yang bahkan sudah memilik cabang diberbagai negara. Astaga sahabatnya ini benar-benar kaya raya.
Charin menatap Donghae sebelum mengatakan
"sepertinya hidupmu bahagia dinegara sakura, itu terlihat dari bagaimana hebatnya bisnismu sampai ke luar negeri".
Decaknya sesekali mengagumi dekorasi yang ada pada restoran besar milik pria dihadapannya yang hanya tersenyum tipis mendengar ucapannya.
"Yah kau benar. Aku sangat bahagia serta bangga dengan hasil kerja kerasku, tapi sialnya kebahagiaanku masih kurang. Tak ada seorang gadis yang rela kunikahi, bukankah itu menyebalkan?". Ucapan Donghae seketika membuatnya tertawa lepas, bahkan saking lepasnya ia sampai menutup mulutnya agar tidak memiliki peluang untuk lalat yang masuk.
Bukan perkataan Lee Donghae yang membuatnya dirinya tergelak, hanya saja ekspresi yang dikeluarkan pria itu benar-benar terlihat lucu dan konyol dipandangannya.
"Yak oppa, jangan seperti ini. Kau itu tampan hanya saja kau terlalu tertutup pada setiap gadis. Bagaimana mungkin ada gadis yang melirikmu jika wajah dingin serta angkuhmu itu benar-benar menyurutkan kepercayaan diri mereka, huh dasar pria sombong!".
Gerutunya sesekali mencebikkan bibir mungilnya dihadapan pria itu.
"Hey aku bukan sombong atau angkuh, hanya saja aku tak suka gadis agresif, kau tahu? Bahkan beberapa dari mereka dengan lancangnya memintaku untuk melakukan One Night Stand, apakah mereka itu sudah tak memiliki harga diri eoh? Benar-benar murahan. Dan terang saja aku lebih suka gadis baik yang terhormat". Astaga demi Tabuti dan si kapur ajaibnya itu, Charin sangat terkejut dan hanya bisa melongo saat mendengar penuturan sahabatnya yang panjang kali lebar kali tinggi dan satu lagi, kali ayam. Aduh kenapa tiba-tiba ia merasa lapar ya?.
"Lalu bagaimana hubunganmu dengan suami kaya mu itu?". Pertanyaan Donghae membuat ia mengalihkan pandanganya kearah pria itu, dan dengan cepat mengubah ekspresi konyolnya dihadapan sahabat idiotnya ini.
Charin menghela nafas beratnya ketika ia mendengar pertanyaan yang sedikit sensitif ini. Entahlah ia tak mengerti dan tak bisa menjelaskan sendiri pada dirinya mengapa ia memilih keputusan yang memberatkan hatinya, sungguh ia hanya mencoba tak egois untuk masalah menyebalkan ini.
"Aku memberikannya kesempatan, walau memberatkan".
Charin menundukkan kepalanya saat mengucapkan kata-kata sederhana namun menyesakkan itu, bukannya ia tak ikhlas hanya saja ia tak begitu yakin mengenai keputusannya semalam saat mencoba memberikan maaf pada suaminya yang telah berani bermain dibelakanya. Ia hanya terlalu terbayang dengan ingatan saat ia mengunjungi kantor sang suami dengan hati gembira, bahkan saking bahagianya ia memasakkan makanan kesukaan suaminya untuk hari jadi pernikahan mereka yang kedua tahun, ia merasa bersalah pada suaminya karena tidak bisa memanage waktu dengan benar, bahkan hanya untuk meluangkan waktunya sedikitpun. Maka dari itu ia menyiapkan kado dan ingin memberikan kejutan pada suami tercintanya yang bahkan tak pernah merayakan hari jadi mereka selama dua tahun ini. Tapi sialnya rasa bersalahnya dibalas dengan pengkhianatan yang menjijikan dan ia benci saat mengingat memori itu.
"Aku sudah lama mengenal dirimu, bahkan kita sudah bersahabat jauh sebelum pria brengsek itu muncul, tapi selama bertahun-tahun aku bersahabat denganmu tak pernah sedikitpun aku mengerti cara berpikirmu. Sebenarnya apa yang ada dalam otak cantikmu itu? Kenapa kau sangat rela memaafkan bajingan rendah itu, setidaknya sebelum memberikan maaf alangkah baiknya kau memberikan ia sedikit pelajaran agar tak mengulangi kesalahanya dikemudian hari!".
Donghae sangat dibuat kesal oleh Charin hari ini, oh yang benar saja! Ini bahkan hari pertemuan pertama mereka setelah kepulangan Donghae karena saking sibuknya ia dengan bisnisnya di luar negeri, namun yang ia dapat dari pertemuannya adalah rasa kesal dan marah saat mengetahui sahabatnya itu dengan mudah memaafkan si Cho Kyuhyun menyebalkan itu.
"Aku tahu, aku terlalu lemah jika dihadapannya. Melihat tatapan sendunyapun aku sudah merasa kalah Hae-ya, aku bingung apa yang harus aku lakukan jika tak memaafkannya. Aku terlalu mencintainya, bahkan aku rela berjuang untuk mendapatkannya terlebih dahulu walau aku sadar dulu ia tak pernah menganggapku seorang gadis yang sesungguhnya. Aku mengerti ia hanya menganggapku sebatas sahabat baiknya, tapi aku mengabaikan fakta itu semua dan memilih berusaha mendapatkannya walau dengan cara apapun, aku sadar betapa egoisnya diriku saat mengatakan pada orang tuaku jika aku ingin memiliki Cho Kyuhyun, sehingga mereka berniat melakukan perjodohan hanya demi diriku. Kupikir Cho Kyuhyun tak menyukaiku namun faktanya adalah sebaliknya, hal itulah yang membuatku lengah dan melupakan kewajibanku sebagai istri yang seharusnya melayaninya dengan baik, tapi yang kulakukan adalah sebaliknya karena terlalu berpikir dangkal jika Cho Kyuhyun tak mungkin melakukan hal sekejam ini. Aku terlalu bodoh, dan aku kecewa pada diriku sendiri. Istri macam apa aku ini? ".
Donghae yang sudah mengetahui kehidupan rumah tangga mereka hanya mampu diam ketika Charin menjelaskan kebimbangan hatinya. Wanita itu terisak, terdengar menyedihkan ditelinga siapapun yang mendengarnya. Para pengunjung restoran yang memang selalu padat di akhir pekan menjadi penonton gratis ketika mereka melihat seorang gadis muda dan cantik sedang tersedu-sedu sesekali munutup wajahnya untuk menghilangkan rasa pening yang tiba-tiba menjalar dalam kepalanya.
Donghae yang merupakan lawan bicara itu mendapatkan tatapan tajam dari pengunjung restoran disini. Telinga Donghae yang memang tajam pendengarannya itu hanya diam saja ketika mendengar beberapa orang membicarakan dirinya dengan hal negatif, astaga memangnya apa yang mereka tahu tentang kehidupannya dan wanita dihadapanya ini kenapa mereka menganggap dirinya yang telah menyakiti wanita ini. Benar-benar keterlaluan memang, seharusnya ia sedikit mendapatkan pujian saat dengan ikhlas dan berwibawa membiarkan wanita bersuami ini menjadikannya tempat berkeluh kesah.
Merasa jengah dengan tatapan orang-orang memandang dirinya, ia pun bangkit dari kursinya menghampiri Charin yang sedang dirundung kesedihan. Donghae berdiri disamping wanita itu setelah akhirnya menarik sahabat yang ia cintai itu masuk kedalam dekapannya yang hangat. Wanita itu hanya diam sesekali punggungnya bergetar menahan isakan yang ingin keluar keras jika saja Donghae tak mengeratkan pelukanya. Sungguh Charin sangat merindukan pria ini, segalanya tentang pria yang telah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya, walaupun ia selalu berkomunikasi dengan baik setelah Donghae pergi meninggalkannya ke luar negeri tetap saja rindu itu tak berkurang sedikitpun pada Sosok yang selalu melindunginya walaupun keadaan pria itu sendiri butuh pelindung, namun pria itu bersikeras untuk menjadi tameng dalam hidupnya.
"Tenanglah, kau harus selalu baik-baik saja ketika ada aku".
Perkataan Donghae seketika membuatnya mendadak sesak dan sakit disaat yang bersamaan, ada rasa bersalah dalam diri Charin. Ia berpikir apakah mungkin ini karma untuknya karena telah menyianyiakan pria sebaik Donghae, ia yang terlalu fokus mengejar cinta Kyuhyun yang belum tentu dapat membuatnya bahagia, sampai melupakan sosok yang seharusnya tak ia campakkan begitu saja mengingat berapa banyak kebaikan yang ia terima dari sosok penyayang dan lemah lembut itu.
Charin mengeratkan pelukannya, ketika melihat dengan jelas bagaimana Donghae menciptakan aliran deras dipipinya sendiri yang tirus. Adakah seseorang yang memberikan sebuah tangisan padanya? ikut bersedih dalam penderitaanya? Dan jika itu terjadi dalam hidupnya ia yakin hanya Lee Donghae saja yang mampu melakukanya. Untuk pertamakalinya Charin merasakan rasa bersalah yang sangat besar pada pria dihadapanya, dan sebagai gantinya ia harus rela menebus dosanya melalui karma yang telah Tuhan berikan, karena ia tak mau Donghae merasakan kesedihan untuk kesekian kalinya, biarlah ia merasakan apa yang pria itu rasakan.
To Be Continue