Happy reading....
Suasana meja makan pagi ini bahkan lebih canggung dari sebelumnya yang biasanya rame karna suara berisik haechan dan jeno.
Tapi sekarang sangat berbeda. Mereka hanya makan seperti biasa, jeno dan mark saja sampai bingung.
"Ayah, Bunda berangkat duluan yah. Ada tugas yang bunda harus selesaiin secepatnya" taeyong hanya mengangguk tanpa menatap ten.
"Baiklah, hati-hati yah?" Bahkan suaranya pun terdengar canggung.
"Bunda" adek nahan tangan bunda
"kita berangkat bareng yah?" Ucap adek cemberut.
Ten terdiam tidak tau harus berbuat apa. Hingga akhirnya dia mengangguk. Ten benar-benar tidak bisa menolak kalau anaknya yang berbicara.
"Habiskan makanan kalian, bunda akan menunggu dimobil"
[Spatium Vitae]
"Adek. Kamu rasa ada yang aneh gak sih sama ayah dan bunda?" Tanya jeno. Setelah mengantar anak-anak kesekolah. Jeno mengajak haechan duduk ditaman entah itu untuk duduk saja atau sekedar menonton permainan sepak bola didepannya.
Haechan masih terdiam.
"Kenapa? Kamu tau sesuatu?" Tanya jeno bingung saat melihat haechan malah nunduk dan bukannya menjawab.
"Kak, sebenarnya...semalam aku denger ayah sama bunda tengkar" ucapnya lirih.
Jeno kaget. Apa dia gak salah dengar? Selama hidupnya, Mereka harmonis? Gak ada pertengkaran.
"Yang bener dek?" Tanya jeno ulang. Haechan mengangguk.
"Ayah sama bunda bertengkar karna apa?" Tanya jeno hati-hati.
"Kayaknya....ayah selingkuh."
2 kata yang membuat hati jeno teriris 'ayah selingkuh' bagaimana bisa? Selama ini ayah menyanyangi mereka, bahkan kadang ayah tidak segan menunjukkan keromantisannya bersama bunda didepan mereka.
"I..itu gak benar kan?" Melihat sang adik menangis, entah kenapa hati jeno juga ikut sakit. Perasaan mereka berdua terikat sangat erat, sampai jeno pun bisa merasakan detak jantung yang sekarang haechan rasakan.
"Kak...Aku takut.." haechan memeluk tubuh sang kakak, jeno membiarkan haechan menangis. Karna entah kenapa air matanya juga ikut jatuh melihat adiknya menangis.
Mereka saling berpelukan dengan jeno yang masih mengelus punggung sang adik. Walau dirinya juga menangis, tapi dirinya lebih kuat dibanding sang adik yang mudah rapuh.
"Sudah...jangan nangis, kamu yakin ayah rela ngelakuin itu? Doain aja yang terbaik..jangan nangis, ok?" Jeno melepaskan pelukannya dan mengusap sisa air mata dipipi sang adik.
"Kamu jelek kalo nangis" tambah jeno yang membuat senyum haechan kembali naik.
"Apa kita harus kasih tau abang tentang ini?" Tanya jeno, digelengi kuat oleh haechan.
"Jangan sampai abang tau tentang ini dulu!" Tegasnya.
[Spatium Vitae]
"Kenapa kamu malah ikutin aku ke rumah sakit? Aku mau kerja!"
"Kamu kira dengan kamu ngomong gitu aku percaya?"
"Kamu yah!..."
Baru saja taeyong ingin menampar ten. Tiba-tiba ia tersadar, ten itu istrinya dan ini tempat umum.
"Mau apa?! Tampar kalau berani! gak suka sama aku? Bilang aja?! Kita bisa pisah sekarang!"
Ten sudah habis kesabaran.
Taeyong menunduk dengan tangan mengepal menahan amarah.
"Ten...ini salah paham."
"Basi! Biar kita selesaiin dirumah nanti, pisah atau CERAI!"
Ten meninggalkan taeyong begitu saja. Perasaan taeyong bercampur aduk sekarang.
Ia memasuki ruangan dan mulai mengacak rambutnya frustasi.
"Arghhh!....Dimana johnny sialan itu?!"
Jangan lupa votementnya. Aku lebih suka kalian spam comment loh
Kata apa yang cocok buat mereka? Buah tak jatuh jauh dari pohonnya?